Amerika Tertinggal oleh Tiongkok Dalam Pertarungan 5G Wireless

Amerika Serikat sedang dikalahkan oleh Tiongkok dalam perlombaan untuk membangun komunikasi nirkabel generasi berikutnya, yang dikenal sebagai 5G, dan berisiko kehilangan manfaat ekonomi potensial, menurut laporan oleh perusahaan konsultan Deloitte yang dipublikasikan pada 7 Agustus.

Tiongkok saat ini memiliki 10 kali lebih banyak situs untuk mendukung komunikasi 5G daripada Amerika Serikat. Hanya dalam tiga bulan dalam tahun 2017, perusahaan-perusahaan menara telepon dan operator telepon seluler Tiongkok telah menambahkan lebih banyak situs daripada yang dilakukan Amerika Serikat dalam tiga tahun sebelumnya, laporan Deloitte menemukan.

Negara-negara pertama yang mengadopsi komunikasi nirkabel generasi mendatang tersebut akan mengalami “keuntungan-keuntungan di luar proporsi,” karena 5G membawa “era potensi ekonomi yang belum terjamah,” kata laporan tersebut.

Tiongkok telah mengalahkan pembelanjaan Amerika $24 miliar sejak 2015 dan telah membangun 350.000 lokasi menara telepon seluler baru, sementara Amerika Serikat telah membangun kurang dari 30.000.

Laporan tersebut mencatat bahwa kemungkinan juga sekitar 35 persen lebih murah untuk memasang peralatan yang diperlukan guna menambah kapal induk untuk 5G di Tiongkok dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Laporan ini muncul setelah Komisi Komunikasi Federal AS mengumumkan aturan baru untuk menawar spektrum pita tinggi, yang diharapkan akan digunakan di masa depan untuk 5G.

Dan Littmann, kepala di Deloitte, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “bagi AS untuk tetap kompetitif dan akhirnya muncul sebagai pemimpin, perlombaan mencapai 5G harus dievaluasi secara hati-hati dan tindakan-tindakan cepat harus diambil.”

Amerika Serikat masih bisa mengejar, kata laporan itu, dan merekomendasikan AS untuk menyesuaikan kebijakan dalam mengurangi waktu untuk memposisikan kesiapan, mendorong operator-operator untuk berkolaborasi, dan mengimplementasikan database statistik dan praktik-praktik terbaik.

Sementara itu, karena perusahaan-perusahaan telekomunikasi Tiongkok seperti Huawei berusaha menyediakan perangkat keras jaringan 5G untuk operator seluler di seluruh dunia, negara-negara menjadi waspada bahwa menggunakan peralatan Huawei dapat menimbulkan masalah-masalah keamanan yang serius.

Di Korea Selatan, misalnya, operator seluler utama sedang mempertimbangkan kembali penggunaan peralatan Huawei meskipun harganya lebih murah, menurut laporan Korea Times. Para pejabat AS telah memperingatkan perusahaan telekomunikasi Korea Selatan tentang potensi peralatan tersebut akan digunakan untuk spionase.

Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Korea Selatan, Yoo Youngmin, juga mengakui bahwa “jika peralatan Huawei diperkenalkan, ada kemungkinan bahwa berbagai masalah keamanan menjadi masalah.” (ran)

ErabaruNews