Otoritas Beijing Hentikan Rakyat Tiongkok Hadiri Acara Kedutaan Besar AS

Saat perang perdagangan AS-Tiongkok berlanjut, ketegangan antara kedua negara tersebut telah meningkat. Rejim Tiongkok berusaha membangkitkan sentimen anti Amerika di antara rakyatnya.

Pada 10 Oktober, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beijing menyelenggarakan sebuah forum tentang topik transformasi pendidikan di Tiongkok modern. Namun, pasukan keamanan setempat melarang orang-orang menghadiri acara tersebut, dengan alasan bahwa Tiongkok sedang berperang dengan Amerika Serikat. Beberapa orang yang muncul di Kedutaan Besar AS untuk acara tersebut dibawa pergi oleh polisi dan ditahan.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beijing sering menyelenggarakan acara pendidikan terbuka untuk masyarakat umum dan gratis. Para ahli dan akademisi dari berbagai bidang berbagi pengalaman dan pemikiran mereka. Pada 10 Oktober, Kedutaan Besar menyelenggarakan diskusi yang diberi nama “Paul Monroe dan Transformasi Pendidikan untuk Tiongkok Modern.” Namun, pemerintah lokal tidak mengizinkan orang-orang Tiongkok untuk menghadiri acara tersebut.

Penduduk Beijing Chen Hongwang dan putranya, yang berada di tahun kedua sekolah menengahnya, menantikan acara tersebut karena mereka pikir itu akan menjadi pengalaman pendidikan yang baik bagi mereka. Namun pihak berwenang setempat menghentikan mereka menghadiri acara tersebut pada 10 Oktober. Chen berbicara dengan New Tang Dynasty Television (NTDTV) pada 12 Oktober tentang pengalamannya. Chen mengatakan bahwa ketika dia sedang menunggu di luar Kedutaan Amerika Serikat (untuk masuk ke dalam), polisi setempat menghentikannya.

Chen berkata, “Polisi mengatakan ‘perang dagang AS-Tiongkok sedang berlangsung, jadi kontak dengan orang-orang Amerika dilarang.’ Dia meminta kartu identitas saya, lalu polisi lain datang dan mereka memaksa saya masuk ke kendaraan.”

Chen mengatakan ada orang-orang Tiongkok yang lain yang juga dilarang memasuki Kedutaan Besar AS dan dibawa pergi oleh polisi setempat. Chen dan tiga lainnya ditahan di kantor polisi Kecamatan Maizidian di Beijing, dan mereka dibebaskan tengah malam.

Aktivis hak asasi manusia Beijing, Ge Zhihui mengatakan kepada Radio Free Asia (RFA) bahwa pada malam 10 Oktober, ketika dia tiba di luar gerbang timur Kedutaan Besar AS, beberapa polisi menghentikannya. Polisi membawanya ke tahanan dan dia tidak diizinkan untuk makan dan minum. Ge dibebaskan malam itu juga.

Ge mengatakan bahwa di masa lalu, dia telah menghadiri banyak acara di Kedutaan Besar Amerika Serikat dan dia tidak pernah dihentikan oleh polisi. Namun kali ini berbeda. Polisi mengatakan kepada Ge bahwa dia tidak dapat menghadiri acara tersebut karena Tiongkok sedang berperang dengan Amerika Serikat.

“Perang dagang tidak ada hubungannya dengan kita. Saya punya makanan untuk dimakan, jadi saya tidak terlalu memperhatikan perang dagang,” kata Ge.

Warga Beijing Guo Likun juga muncul di Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk acara tersebut. Namun polisi menyuruhnya pergi karena tidak ada acara. Tetapi Guo memiliki surat undangan (untuk acara) tersebut yang dia tunjukkan kepada polisi. Polisi mengabaikan undangan tersebut dan membawanya pergi, bersama dengan tiga lainnya. Keempatnya ditahan di kantor polisi setempat. Guo mengatakan polisi Beijing benar-benar “menindas” rakyat.

Guo berkata, “Polisi tidak mengizinkan kami masuk ke dalam (tempat kejadian). Ini gila! Polisi menangkap kami tanpa dokumen hukum apa pun … mereka menangkap siapa saja dan melakukan apa yang mereka inginkan. Saya hanya datang untuk menghadiri acara ini.”

Siapa yang diuntungkan dari Perang Dagang?

Meskipun Partai Komunis Tiongkok (PKT) membatasi kebebasan berekspresi di Tiongkok karena meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat atas masalah perdagangan, sejumlah besar orang dari daratan mendukung Amerika Serikat untuk alasan sederhana, mereka percaya orang-orang Tiongkok akan mendapat manfaat sementara PKT akan kalah dari perang dagang.

Sebuah artikel populer berjudul “Penjelasan Tiga Menit tentang Sejarah Perang Perdagangan AS-Tiongkok” telah beredar di internet Tiongkok. Artikel tersebut berbunyi, “Dapatkah Anda membayangkan sepasang sepatu yang berharga 300 yuan ($43) di Tiongkok hanya seharga $5 di Amerika Serikat? Dapatkah Anda bayangkan microwave yang harganya 500 yuan ($72) di Tiongkok hanya berharga $20 lebih di Amerika Serikat? Dapatkah Anda membayangkan steak daging sapi yang harganya 200 yuan ($29) per pon di Tiongkok hanya berharga $5 per pon di Amerika Serikat?”

Jika rezim Tiongkok terlibat dalam praktik perdagangan yang adil, maka rakyatnya akan benar-benar mendapat manfaat dari itu. Orang-orang Tiongkok dapat membeli mobil mewah impor tanpa label harga yang mahal; mereka bisa membeli susu formula bayi Amerika dan Australia yang tidak terkontaminasi bahan beracun; dan mereka dapat mengakses vaksin yang terjangkau dan aman.

Jika rezim Tiongkok melonggarkan cengkeramannya yang ketat terhadap masyarakat, tidak akan ada sensor di internet dan media. Orang Tiongkok akan dapat mengakses informasi apa pun di internet dan menonton segala macam film Hollywood.

PKT mengendalikan semua aspek untuk masyarakat, tetapi banyak orang Tiongkok daratan merasa semakin sulit untuk terus hidup dalam kondisi seperti itu. (ran)

Rekomendasi video:

Strategi Siber Trum Melawan Spionase Siber

https://www.youtube.com/watch?v=TPt8j9ojqPI