Rencana Tiongkok Gunakan Amerika Latin untuk Agenda Ekonomi dan Politik

Laporan baru skala luas oleh komisi kongres AS tentang Tiongkok telah menggambarkan garis besar strategi rezim Tiongkok di Amerika Latin untuk mendapatkan keuntungan yang meningkatkan kepentingan politik dan ekonominya.

Laporan tersebut, yang dirilis 17 Oktober oleh Komisi Pengkajian Ekonomi dan Keamanan AS-Tiongkok, telah menggambarkan dengan gamblang apa tujuan Tiongkok di kawasan Amerika Latin dan Karibia, yaitu: untuk mendapatkan akses ke sumber daya-sumber daya alam dan pasar-pasar konsumen di kawasan tersebut, membentuk kebijakan luar negeri dan opini publik yang mendukung Tiongkok; dan mendapatkan “pengaruh geopolitik di wilayah yang secara geografis dekat dan secara historis tunduk pada pengaruh AS,” kata laporan tersebut.

Selain meningkatkan keterlibatan-keterlibatan militer di wilayah tersebut yang dapat dilihat sebagai hal yang mengkhawatirkan bagi Amerika Serikat, laporan tersebut mencatat bahwa peningkatan perdagangan dengan Tiongkok telah secara langsung menyebabkan matinya produsen-produsen lokal di negara-negara Amerika Latin.

PERDAGANGAN

Rejim Tiongkok pada tahun 2015 telah menetapkan rencana ekonomi untuk meningkatkan perdagangan dengan 33 negara Amerika Latin, dengan tujuan mencapai setidaknya $250 miliar pada tahun 2020. Wilayah tersebut berfungsi sebagai pasar yang berkembang untuk perusahaan-perusahaan Tiongkok mendapatkan pangsa pasar sebelum pindah ke pasar-pasar yang lebih mapan di Amerika Serikat dan Eropa, menurut laporan.

Upaya-upaya Tiongkok yang telah dicapai dalam kesepakatan tersebut kini telah menjadikannya sumber-sumber impor terbesar di Panama, Paraguay, Chili, Peru, Kuba, dan Bolivia.

Dari impor-impor Tiongkok di wilayah Amerika Latin, 91 persen adalah barang-barang manufaktur. Sementara itu, kawasan tersebut terutama mengekspor sumber daya-sumber daya alam ke Tiongkok, seperti kedelai, tembaga, bijih besi, tembaga olahan, dan minyak. Komoditas-komoditas ini menyumbang 72 persen dari ekspor kawasan tersebut ke Tiongkok pada tahun 2016.

Tingkat perdagangan itu semakin memperdalam ketergantungan daerah tersebut pada produk-produk bernilai rendah untuk mendorong ekonominya. Sementara itu, sektor-sektor manufaktur Amerika Latin yang menyediakan lebih banyak pekerjaan bagi penduduk lokal sedang dihisap oleh persaingan dari impor-impor Tiongkok yang murah.

Laporan AS tersebut telah mengutip laporan 2017 dari Organisasi Buruh Internasional yang menemukan pekerjaan Argentina, Brasil, Chili, dan Meksiko dari tahun 1995 hingga 2011 di “komputer, tekstil, dan alas kaki, serta perdagangan, telah berkurang 1 juta pekerjaan karena impor-impor Tiongkok.”

Analisis lain, oleh dua sarjana ekonomi di Boston University, memperkirakan bahwa kenaikan impor Tiongkok telah mengancam 75 persen barang manufaktur Amerika Latin untuk ekspor antara tahun 2008 hingga 2013.

PENANAMAN MODAL ASING

Beijing juga telah menargetkan investasi asing di wilayah tersebut untuk kepentingannya sendiri. Di Panama, misalnya, ia berusaha untuk menguasai Terusan Panama, pusat komersial penting bagi keduanya Amerika Serikat dan Tiongkok, dengan memiliki dan membangun fasilitas pelabuhan di kedua sisi terusan (kanal). Beijing bahkan sedang membangun kedutaan baru di dekat kanal tersebut.

Mungkin tidak mengherankan, Panama menjadi negara Amerika Latin pertama yang menandatangani perjanjian untuk bermitra dengan Tiongkok dalam inisiatif One Belt, One Road (OBOR), di mana Beijing membangun proyek-proyek infrastruktur di negara-negara di seluruh dunia sebagai sarana untuk mendapatkan pengaruh geopolitik.

Laporan AS tersebut mencatat bahwa pengaruh Tiongkok atas Terusan Panama dapat menimbulkan masalah keamanan: Laksamana Kurt W. Tidd mengatakan dalam dengar pendapat kongres Februari bahwa “peningkatan jangkauan Tiongkok ke tempat-tempat akses global penting seperti Panama menciptakan komersial dan kerentanan keamanan bagi Amerika Serikat.”

Seperti halnya negara-negara lain di mana Tiongkok memiliki ambisi-ambisi OBOR, Tiongkok telah memberi pinjaman berbunga tinggi ke negara-negara Amerika Latin yang memiliki sedikit kemampuan untuk membayar utangnya. Pada tahun 2017, Tiongkok memiliki sekitar sepertiga dari total utang publik Ekuador, misalnya.

Tiongkok juga sering menerapkan persyaratan-persyaratan khusus pada pinjaman-pinjamannya, seperti pada tahun 2009, ketika China Development Bank memberikan pinjaman $1 miliar kepada perusahaan telekomunikasi Meksiko América Móvil untuk proyek infrastruktur jaringan telekomunikasi. Persyaratan-persyaratan pinjamannya termasuk ketentuan yang mengharuskan pembelian peralatan dari Huawei, raksasa telekomunikasi Tiongkok.

MILITER

Laporan AS tersebut juga menunjukkan bahwa Tiongkok telah meningkatkan penjualan persenjataannya ke wilayah tersebut dalam upaya untuk mendapatkan bantuan politik.

Tiongkok juga memiliki beberapa proyek dengan tujuan-tujuan militer yang mengkhawatirkan: Ia berencana untuk membangun sebuah stasiun pengendali misi satelit dan ruang angkasa senilai $50 juta di wilayah Patagonia Argentina.

Tiongkok telah mengklaim pangkalan tersebut hanya akan digunakan untuk kegiatan luar angkasa sipil, tetapi “para ahli menegaskan bahwa fasilitas tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan intelijen pada satelit-satelit, peluncuran-peluncuran rudal, dan pergerakan-pergerakan pesawat tak berawak (drone), dan untuk mengganggu komunikasi, jaringan elektronik, dan sistem elektromagnetik di Belahan Bumi Barat,” kata laporan.

Selain itu, beberapa lembaga riset telah melaporkan bahwa Tiongkok memiliki perjanjian dengan pemerintah Kuba untuk menggunakan fasilitas era Soviet yang dapat mencegat satelit dan mengumpulkan sinyal-sinyal intelijen. (ran)

Rekomendasi video:

Misi Rahasia Penyelundupan Senjata Tiongkok di Afrika

https://www.youtube.com/watch?v=FlRR9JlP-sc