Ada Apa? Warga Tiongkok Mulai Borong Emas, Tarik Uang dari Bank dan Pasar Saham

Olivia Li – The Epochtimes

Penduduk Tiongkok mulai merasakan tekanan perlambatan ekonomi. Ketika mata uang yuan terus merosot serta beberapa bank kecil dan menengah mengajukan pailit baru-baru ini. 

Kini banyak warga Tiongkok memilih untuk membeli emas. Langkah lainnya adalah menarik uang mereka dari bank. Hal demikian dilakukan untuk melindungi aset mereka.

Selain itu, pemerintahan Komunis Tiongkok mengeluarkan pemberitahuan yang tidak biasa pada akhir Juni lalu. 

Instruksi ini bertujuan mendorong anggota Partai dan kader Komunis Tiongkok untuk berinvestasi di saham. 

Pemberitahuan ini ditafsirkan oleh banyak orang sebagai langkah putus asa untuk menyelamatkan ekonomi Tiongkok.

Devaluasi Mata Uang

Yuan atau renminbi Tiongkok turun tajam pada 2 Juli lalu, menyentuh level terlemahnya terhadap dolar AS dalam seminggu. 

Pada pukul setengah empat sore waktu Beijing, Yuan Onshore ditutup pada nilai 6,8835 terhadap dolar, turun 391 poin dari hari perdagangan sebelumnya. Sedangkan Yuan Offshore ditutup pada 6,8856, yang merupakan penurunan hampir 300 poin.

Kantor berita Reuters edisi bahasa Mandarin, pada 2 Juli lalu mengutip keterangan dari seorang pedagang mata uang yang mengatakan bahwa optimisme investor terus berkurang. Ini setelah mereka melihat pasang surut dalam putaran negosiasi perdagangan sebelumnya. 

Sumber ini mengatakan, investor tergesa-gesa memperdagangkan yuan ke dolar AS setiap kali dolar sedikit melemah. 

Oleh karena itu, saat ini, dolar sangat stabil dan mata uang Yuan masih menghadapi tekanan ke bawah lebih lanjut.

Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah sangat memengaruhi perekonomian Tiongkok. 

Secara khusus, setelah Presiden Trump mengumumkan untuk menaikkan tarif barang-barang Tiongkok senilai $ 200 miliar dari 10 persen menjadi 25 persen pada 5 Mei, yuan telah terdepresiasi sekitar 2,5 persen sejauh ini.

Sebelumnya, Deutsche Bank telah memperkirakan bahwa kenaikan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen akan menyebabkan devaluasi yuan menjadi 7,1 terhadap dolar. 

Jika Amerika Serikat memutuskan untuk mengenakan tarif pada barang-barang Tiongkok senilai $ 300 miliar tambahan, yuan dapat terdepresiasi lebih lanjut menjadi 7,4 terhadap dolar.

Ming Chu-cheng, seorang profesor ilmu politik di National Taiwan University yang berspesialisasi dalam politik Tiongkok, memperkirakan di saluran Youtube-nya, bahwa jika yuan pernah turun di bawah 7 yuan per dolar, maka akan memicu krisis kepercayaan ekonomi Tiongkok. 

Devaluasi mata uang Yuan akan semakin cepat, capital outflow akan terjadi di Tiongkok dan Hong Kong. 

Jika perseteruan antara Amerika Serikat dan Tiongkok tentang hubungan perdagangan berlanjut untuk waktu yang lama, Tiongkok  akan jatuh ke dalam krisis keuangan.

Ming berkata : “Akhirnya Tiongkok akan menjadi Venezuela kedua.” 

Membeli Emas dan Mengambil Uang Dari Bank

Penduduk Tiongkok kini berusaha untuk menyelamatkan kekayaan mereka dengan membeli emas. Pasalnya, mata uang Tiongkok terus mengalami penurunan nilai.

Menurut laporan 24 Juni dari portal berita Tiongkok, Sina, seorang manajer di toko emas Hangzhou mengungkapkan bahwa penjualan emas meningkat secara signifikan sejak Mei. 

Toko ini melihat semakin banyak transaksi besar baru-baru ini. Transaksi besar mencapai lebih dari 1 kilogram emas dalam satu pembelian.

Manajer ini menuturkan : “Seorang pelanggan membeli 3,5 kilogram batangan emas hanya dua hari yang lalu. Volume penjualan untuk batangan emas dan ornamen emas melebihi ekspektasi kami dalam dua bulan ini.

Zhu, seorang pengusaha dari Hangzhou, mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa orang-orang lokal membeli emas karena mereka khawatir mata uang Tiongkok akan terus terdepresiasi.

Menurut Zhu, pengusaha ingin menukar yuan ke mata dolar AS, tetapi kontrol valuta asing semakin ketat. Jadi, mereka harus membeli emas sebagai gantinya. Meskipun setiap warga negara Tiongkok diizinkan untuk menukar mata uang senilai 50.000 dolar AS setahun, bank menggunakan segala macam alasan untuk menolak permintaan mereka ketika akan menukar dalam jumlah besar. Kadang-kadang, pihak Bank bahkan menolak untuk menukar dolar AS senilai 5.000 dolar AS. Jika tidak ada kontrol valuta asing seperti itu, memegang dolar AS adalah cara terbaik bagi pengusaha untuk melakukan meindungi nilai terhadap inflasi. 

Zhang Li, seorang penduduk Wuhan, kepada Radio Free Asia mengatakan bahwa berita terbaru tentang bank Komersial Baotou diambil alih oleh Bank Sentral Tiongkok yang dikarenakan kebangkrutan, telah membuat banyak orang khawatir tentang uang yang mereka simpan di rekening bank.

Zhang mengungkapkan, Beberapa warga mulai memilih untuk menyimpan uang dengan cara yang paling primitif, yaitu menyimpan uang di rumah. 

Ia menuturkan, Banyak orang yang dia kenal mengambil uang dari bank, karena mereka takut kehilangan uang jika bank mengajukan kebangkrutan.

Anggota Partai Didorong untuk Membeli Saham

Komisi Inspeksi Disiplin Pusat, pengawas anti-korupsi Tiongkok, menerbitkan sebuah artikel di situs resminya pada 24 Juni, mengatakan bahwa anggota Partai dan kader Komunis Tiongkok dapat terlibat dalam kegiatan perdagangan efek yang legal. Langkah mereka dinilai mendukung perkembangan ekonomi Tiongkok.

Kembali pada Oktober 1993 silam, Dewan Negara Komunis Tiongkok pernah menetapkan dalam peraturannya bahwa pejabat pemerintah pada level atas di tingkat kabupaten tidak diizinkan untuk membeli atau menjual saham.

Baru pada bulan April 2001, Dewan Negara secara bertahap mencabut larangan perdagangan saham oleh Partai atau pejabat pemerintah.

Seorang investor saham jangka panjang, Zhou dari Provinsi Hubei, mengatakan kepada Radio Free Asia, bahwa mayoritas investor saham di Tiongkok telah menderita kerugian besar. Kini jumlah orang yang tertarik dalam perdagangan saham berkurang secara drastis.

Kini setelah pemerintah pusat meminta anggota Partai Komunis Tiongkok dan pejabat pemerintah untuk memasuki pasar saham, kembai menjadi tanda tanya. 

Investor saham, Zhou ini berkata : “Kami bertanya-tanya, apakah itu berarti tidak ada lagi uang yang masuk ke pasar saham dan pasar saham akan segera runtuh? Mungkin mereka mendorong anggota Partai dan kader untuk menaruh uang mereka, karena pasar saham sangat membutuhkan uang untuk mempertahankannya. ”

Reporter Epoch Times, Jiang Wangchao berkontribusi pada laporan ini.

FOTO : Seorang teller bank Tiongkok bersiap menghitung setumpuk dolar AS bersama dengan tumpukan uang kertas 100 yuan Tiongkok di sebuah bank di Hefei, Provinsi Anhui, Tiongkok pada tanggal 9 Maret 2010. (STR / AFP / Getty Images)