Vance Voetberg
Bagi banyak orang-orang, menikmati latte atau teh panas adalah hal yang biasa dilakukan seperti halnya menyikat gigi. Anda tahu rutinitasnya: misalnya kalau jam kerja keluar rumah pagi-pagi dan mulai bekerja jam 8:30. Kopi dan teh membantu kita melewati kesibukan hari-hari anda.
Namun menurut penelitian terbaru, saat kita minum kopi atau teh panas dari cup kertas sekali pakai, kita seperti menelan ribuan mikroplastik yang merusak kesehatan.
Meskipun orang mungkin tidak mengira bahwa gelas kertas mengandung plastik, namun hampir semua peralatan makan dari kertas menggunakan mikroplastik sebagai pembungkus.
Dua penelitian terpisah menunjukkan bahwa ketika cairan panas dituangkan ke dalam cangkir kertas, mikroplastik larut dari lapisan ke dalam cairan panas, sehingga mengubah secangkir kopi atau teh menjadi obat mujarab mikroplastik.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Hazardous Materials, para peneliti menemukan bahwa mengonsumsi cairan panas dari cangkir kertas standar berukuran 12 ons menghasilkan sekitar 88.000 partikel mikroplastik, atau bahkan lebih.
Setelah satu tahun minum hanya satu cangkir kopi atau teh dari cangkir kertas setiap hari, jumlah total partikel mikroplastik yang dikonsumsi akan menjadi lebih dari 32 juta.
Ketika dipanaskan antara 85 dan 90 °C, cangkir kertas terbukti melepaskan ribuan mikroplastik ke dalam cairan. Sebagai referensi, sebagian besar latte disajikan pada suhu sekitar 90 °C sementara kopi yang diseduh disajikan pada suhu 87 hingga 93 °C.
Para peneliti dalam studi lain juga menemukan bahwa gelas kertas “tampaknya tidak melepaskan lebih sedikit partikel mikroplastik daripada gelas plastik.”
Seperti yang mereka simpulkan dalam penelitian yang diterbitkan dalam Science of the Total Environment, “puing-puing mikroplastik yang dilepaskan dari cangkir sebagai jenis sumber paparan bagi manusia harus menjadi perhatian serius.”
Dampak mikroplastik terhadap kesehatan ekosistem laut telah mendapatkan liputan media secara luas. Sedotan yang dapat terurai secara hayati dan menyelamatkan penyu telah menjadi klise lingkungan yang tersebar luas. Namun, yang belum banyak diketahui adalah ancaman langsung yang ditimbulkan oleh mikroplastik terhadap kesehatan manusia, terutama kesehatan hormon dan reproduksi.
Hormon dan Mikroplastik
Memiliki kadar hormon yang seimbang sangat penting untuk reproduksi pada pria dan wanita. Namun, upaya menyeimbangkan hormon ini menjadi semakin sulit karena banyaknya bahan kimia yang mengganggu produksi hormon alami tubuh-mikroplastik adalah salah satu penyebab utama.
“Bahan kimia yang ditemukan dalam plastik adalah bahan kimia yang dapat meniru bentuk hormon,” kata Dr. Ivone Mirpuri, seorang dokter yang berspesialisasi dalam patologi dan endokrinologi, kepada The Epoch Times. Bahan kimia ini melakukan perjalanan ke reseptor pada sel kita, bukan hormon sebenarnya, yang “meningkatkan efek hormon, atau memblokirnya.
Dia berkata, “Apa pun itu, hal yang memicu proses abnormal dan mendatangkan malapetaka pada cara kerja sistem endokrin, dengan konsekuensi yang mengkhawatirkan.”
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik mengubah testosteron dan estrogen pada pria dan wanita.
Sebuah penelitian pada tikus, paparan kronis terhadap polistiren, mikroplastik yang digunakan dalam berbagai produk rumah tangga, menurunkan kadar testosteron dan merangsang spermatogenesis abnormal pada tikus jantan. Dalam studi lain yang mengulas penelitian tentang mikroplastik dan ancamannya terhadap reproduksi pria, para penulis memperingatkan bahwa “kemungkinan risiko kesehatan reproduksi dari mikroplastik tidak boleh diabaikan.”
Mirpuri percaya bahwa keberadaan mikroplastik di mana-mana berkontribusi pada peningkatan infertilitas yang mengejutkan.
“Karena banyak bahan kimia yang mengganggu endokrin seperti mikroplastik bekerja mirip dengan estrogen, kami melihat banyak masalah dalam sistem reproduksi,” katanya.
Bukti-bukti Anekdotal Mulai Bermunculan
Meskipun penelitian akademis belum ekstensif, beberapa dokter telah melihat efek toksisitas mikroplastik dalam praktik mereka.
Matt Angove, seorang penyedia layanan kesehatan naturopati, memiliki seorang pasien pria yang “bugar dan makan lebih sehat daripada 99 persen populasi,” kata Angove dalam sebuah wawancara dengan The Epoch Times. Pasien tersebut adalah contoh hidup sehat. Namun, pasien pria tersebut memiliki libido yang lemah dan ingin memulai terapi penggantian testosteron.
Seperti yang ditunjukkan oleh hasil laboratorium pasien, penanda testosteronnya tidak terlalu rendah, meskipun tidak optimal. Yang mencolok adalah kadar estrogen pasien pria. Estradiol, bentuk utama dari estrogen, seharusnya sekitar 25 hingga 35 pg/ml pada pria sehat. Kadar estradiol pasien ini mencapai 99 pg/ml.
Mengetahui bahwa banyak bahan kimia yang meniru estrogen biologis, Angove menilai apakah pasien ini memiliki paparan kronis terhadap bahan kimia tersebut. Setelah mengevaluasi gaya hidupnya, Angove menyadari bahwa kehidupan pasien ini dibanjiri dengan paparan mikroplastik.
“Setiap hari, pasien ini minum enam botol air plastik, makan siang dari Tupperware plastik, dan mengonsumsi beberapa cangkir kopi dari cangkir kertas berlapis plastik,” kata Angove.
Angove berspekulasi bahwa paparan mikroplastik pada pasien tersebut meningkatkan kadar estrogennya. Oleh karena itu, ia menyarankan pasien untuk meminimalkan paparan mikroplastik melalui beberapa perubahan sederhana.
“Pasien beralih ke botol air stainless dan termos kopi, serta mengganti Tupperware plastiknya dengan gelas,” kata Angove.
Pasien melakukan perubahan sederhana ini tanpa intervensi gaya hidup atau obat-obatan lainnya. Dalam waktu tiga bulan, kadar estradiol pasien turun dari 99 menjadi 29 pg/ml sementara total testosteronnya meningkat dari 471 menjadi 668 ng/dl. Seiring dengan hasil laboratorium yang objektif, Angove mengatakan bahwa gejala pasien berkurang dan pasien “merasa lebih baik dari sebelumnya.”
Angove menyatakan bahwa kasus seperti ini semakin sering terjadi. “Di seluruh tempat praktik saya, saya menyaksikan peningkatan masalah reproduksi pada pria dan wanita,” kata Angove.
“Sangat jelas bahwa mikroplastik dan bahan kimia pengganggu endokrin lainnya memfasilitasi masalah ini,” ujarnya.
Pengalaman praktik Dr. Angove sejalan dengan bukti terbaru yang menunjukkan bahwa jumlah sperma pria telah menurun 50 persen dalam 50 tahun terakhir. Laporan yang memprihatinkan ini terjadi bersamaan dengan garis waktu prevalensi plastik yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan kita.
Pada tahun 1950, produksi plastik di seluruh dunia mencapai setidaknya dua juta ton. Pada tahun 2021, produksi plastik melonjak menjadi lebih dari 390 juta ton.
Namun, seperti yang dikatakan oleh Angove, mikroplastik tidak hanya menjadi penyebab utama dari krisis kesuburan yang dihadapi umat manusia.
“Ini adalah masalah multifaset yang mencakup racun seperti mikroplastik, tetapi juga pilihan gaya hidup kita seperti mengonsumsi makanan olahan dan menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar daripada di luar ruangan,” katanya.
Kurangi Paparan Mikroplastik
Dari udara yang kita hirup hingga air yang kita minum, sudah menjadi hal yang mustahil untuk menghindari mikroplastik sama sekali. Meski begitu, kita bisa mengurangi paparan mikroplastik hingga ribuan-jika bukan jutaan-partikel jika kita memilih untuk tidak menggunakan gelas kertas.
Alih-alih meminum teh atau kopi favorit Anda dari cangkir sekali pakai, pertimbangkan untuk menggunakan termos stainless steel atau cangkir keramik. Peralihan sederhana ini bisa menjadi katalisator yang memulihkan kesehatan dan kesuburan Anda.
Jika Anda menggunakan cangkir kertas, setidaknya jangan menuangkan kopi panas. Angove menekankan pentingnya untuk tidak pernah mencampurnya dengan panas; hal ini dapat membantu mengurangi pelepasan mikroplastik.