Home Blog Page 448

Banjir Kritikan Online Terkait PKT Mengubah Nama “Pneumonia Virus Korona” Menjadi “Infeksi Virus Korona”

0

 oleh Li Li – NTD

Setelah Partai Komunis Tiongkok (PKT) melonggarkan kebijakan mencegah penyebaran epidemi, pihak berwenang Tiongkok pada 26 Desember mengumumkan selain akan mengubah nama “pneumonia virus korona” menjadi “infeksi virus korona”, juga mengumumkan rencana mengubah langkah-langkah dalam penanganan kasus infeksi COVID-19 mulai awal bulan depan (Januari 2023). Pengumuman ini memicu sejumlah besar perselisihan yang dapat dilihat pada pencarian panas Weibo. Tetapi media resmi menutup kolom komentar.

Pada 26 Desember malam, Komisi Kesehatan dan Medis Tiongkok mengeluarkan pengumuman yang isinya antara lain akan mengubah nama “pneumonia virus korona” menjadi “infeksi virus korona”. Disebutkan pula bahwa mulai 8 Januari 2023, langkah-langkah dalam pencegahan dan pengendalian untuk penyakit menular tingkat A yang ditularkan oleh virus korona jenis baru (Penanganan Tingkat A terhadap Penyakit Tingkat B”) akan dicabut. Dan infeksi virus korona tidak lagi termasuk dalam pengelolaan penyakit menular karantina yang diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Perbatasan dan Karantina Republik Rakyat Tiongkok.

Pengumuman tersebut juga menyebutkan bahwa strain mutan Omicron telah menyebar luas di seluruh dunia, dan menginfeksi sejumlah besar orang, tetapi kasus tanpa gejala dan ringan mencapai lebih dari 90%, dan tingkat yang parah dan fatal sangat rendah. Para ahli di dalam dan luar negeri umumnya percaya bahwa periode patogenisitas virus telah menurun secara signifikan, dan penyakit yang diakibatkannya secara bertahap akan berkembang menjadi penyakit infeksi pernapasan biasa.

Melalui penilaian yang komprehensif, pemerintah Tiongkok yakin bahwa kondisi tersebut sekarang terpenuhi, sehingga infeksi virus korona baru sekarang sudah dapat dimasukkan ke dalam “Penanganan Tingkat B terhadap Penyakit tingkat B”. Bahwasanya mulai 8 Januari 2023 nanti, orang yang terinfeksi tidak lagi perlu menjalani karantina, dan tidak lagi mengidentifikasi kontak dekat, juga tidak lagi menentukan area berisiko tinggi dan rendah.

Pengumuman itu juga menetapkan bahwa dalam hal kebijakan keimigrasian, kewajiban tes PCR dan isolasi terpusat bagi warga negara Tiongkok setelah kembali dari luar negeri akan dicabut. Bagi warga negara asing yang ingin berkunjung ke Tiongkok hanya perlu membuktikan tes PCR negatif 48 jam sebelum perjalanan tanpa perlu lagi mendaftar ke kedutaan atau konsulat Tiongkok di luar negeri untuk mendapatkan kode kesehatan, lalu isikan hasilnya ke dalam kartu deklarasi kesehatan bea cukai. 

Selain itu, dalam hal penerbangan internasional, tindakan pengendalian seperti “lima buah satu” dan pembatasan faktor muatan penumpang juga akan dibatalkan, dan peraturan terkait yang diberlakukan pada angkutan penumpang di pelabuhan laut dan darat juga secara bertahap akan dilonggarkan. Selain itu, pengumuman juga menyinggung soal rencana pemerintah melonggarkan izin perjalanan luar negeri bagi warga negara Tiongkok.

Selain itu, pengumuman tersebut juga mengusulkan 11 langkah lain, termasuk meningkatkan jumlah vaksinasi bagi penduduk lansia Tiongkok, meningkatkan persediaan obat-obatan terkait dengan epidemi, reagen pengujian, dan sebagainya.

Segera setelah pengumuman tersebut beredar, kritik dan diskusi hangat muncul di antara para netizen Tiongkok. Media resmi “CCTV News” sampai-sampai memblokir sebagian besar komentar, tetapi topik ini masih menjadi topik paling dicari di Weibo.

Beberapa netizen dengan sinis menyebutkan : “Apa saja hasil penelitian selama 3 tahun ? Hanya mengurusi ganti nama ?” “Apakah dengan mengganti nama lalu radang paru-paru menghilang ?”

“Apa gunanya mengganti nama ? Apakah tidak melihat sudah begitu banyak kematian terjadi ?” Terinfeksi dan mati…” “Wabah yang sangat menular ! Hampir semua orang yang terinfeksi mengalami demam tinggi yang tidak kunjung reda ! Berapa banyak orang tua yang meninggal karena infeksi virus ini…” ….

Ada juga netizen yang mengalami sendiri kejadian kemudian menuliskan komentarnya : “Tapi kalau bukan radang paru-paru (pneumonia), kenapa kita batuk tak henti-hentinya ?” “Di hari kelima saya positif terinfeksi, dokter mendiagnosis saya mengalami peradangan kedua paru. Sekarang jadi tidak boleh lagi disebut pneumonia virus korona, tetapi infeksi virus korona”.

Beberapa netizen juga berkomentar, “Ini benar-benar beralih dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya”. “Seperti lelucon saja, padahal baru bulan lalu otoritas mengumumkan bahwa warga tidak boleh begini tidak boleh begitu, sekarang semuanya sudah dibongkar”.

“Dari 14.000 komentar tentang perubahan nama penyakit di Weibo yang diumumkan oleh “CCTV News” hanya selusin yang ditampilkan. Barangkali memalukan, jadi tidak ditayangkan ?”

Baru-baru ini, sejak PKT mengumumkan pelepasan tindakan pengendalian, epidemi telah menyebar dengan cepat di berbagai tempat. Rumah sakit di berbagai tempat telah penuh sesak, rumah perabuan di berbagai tempat sangat sibuk, banyak pasien virus korona terkena fenomena paru-paru putih dan meninggal dunia.

Menghadapi wabah yang datangnya seperti tsunami dan banyaknya kematian, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok pada 20 Desember untuk pertama kalinya merevisi kriteria untuk menilai kematian COVID-19, kemudian pada 25 Desember mengumumkan bahwa pihaknya tidak lagi merilis informasi harian terkait kasus virus komunis Tiongkok (COVID-19).

Komentar netizens yang marah : “Inilah pemerintah kita yang mengabaikan nyawa rakyatnya”. (sin)

Berbagai Instansi Pemerintahan Tiongkok Tutup Sementara Karena Lonjakan Infeksi COVID

0

Sophia Lam – The Epoch Times

Beberapa instansi pemerintah Tiongkok, termasuk kantor polisi, pusat pengendalian pandemi, dan kantor kehakiman, ditutup sementara di tengah wabah COVID-19 yang melanda seluruh Tiongkok.

Beberapa mengklaim bahwa sebagian besar staf mereka telah dites positif COVID, demikian menurut The Epoch Times edisi bahasa Mandarin, yang menghubungi beberapa lembaga pada 23 Desember dan 24 Desember.

Kantor Polisi Shandong

Divisi registrasi rumah tangga di Kantor Polisi Hongxing West Road di Kota Jining, di Provinsi Shandong timur laut Tiongkok, telah ditutup, menurut seorang petugas di kantor polisi tersebut.

“Hanya dua polisi yang dinyatakan negatif COVID, dan saya salah satunya,” katanya kepada media pada Jumat. Ia menambahkan bahwa ada sekitar 40 polisi di kantor tersebut.

“Layanan pendaftaran rumah tangga ditutup untuk sementara waktu karena semua yang bekerja di sana terinfeksi COVID,” kata petugas itu, yang berbicara dengan syarat anonim.

Xiao (nama samaran), seorang penduduk di Flushing, New York, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa sepertiga dari polisi di Jining terinfeksi COVID dan tidak dapat kembali bekerja.

“Saya memiliki kerabat yang merupakan polisi di Jining, dia mengatakan kepada saya bahwa lebih banyak polisi di kota itu terinfeksi COVID, dan tidak ada satu pun polisi yang terlihat di jalan sekarang,” ujarnya.

Kantor Kehakiman di Beijing

Ibu kota Tiongkok, Beijing, adalah salah satu kota yang paling terpukul di negara itu di tengah wabah terkini. Rumah sakit dan krematorium kewalahan, dan apotek kehabisan obat flu dan demam.

Seorang anggota staf Kantor Kehakiman Area Jinzhan di Distrik Chaoyang Beijing mengatakan kepada The Epoch Times edisi bahasa Mandarin bahwa kantor tersebut ditutup karena sekitar 90 persen karyawannya mengidap COVID.

“Kami hanya memiliki sekitar 10 persen staf kami yang kembali ke kantor, tetapi kami tidak terbuka untuk umum, Mereka yang terinfeksi COVID semuanya ada di rumah,” kata seorang karyawan yang meminta untuk tidak disebutkan namanya pada 23 Desember.

Kantor Polisi Shanghai

Shanghai telah mengalami wabah sejak akhir Maret tahun ini, dan pusat keuangan berada di bawah lockdown ketat sebelum pihak berwenang mencabut kebijakan nol-COVID pada awal Desember.

Media tersebut menelepon kantor polisi di Distrik Changning Shanghai pada 24 Desember. Petugas yang menjawab telepon mengatakan bahwa kantor polisi akan ditutup karena “pengujian peralatan” dari 24 Desember hingga 29 Desember.

“Kami tidak dapat memberikan layanan apa pun atau menerima pelaporan kriminal. Anda perlu melapor ke kantor polisi lain,” katanya.

Ketika ditanya apakah kantor polisi ditutup karena infeksi COVID, petugas tersebut menolak berkomentar.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Pandemi Changsha

Pusat pencegahan dan pengendalian pandemi Kota Changsha, di Provinsi Hunan selatan Tiongkok, menangguhkan operasinya.

“Kami tidak buka. Kami juga [terinfeksi COVID], ini normal, bukan?” kata seorang staf kepada publikasi pada 23 Desember. Dia menolak menyebutkan namanya, karena takut akan pembalasan dari pihak berwenang.

“Kami tidak memiliki akses ke alat tes antigen atau obat-obatan flu sekarang, yang telah dikirim ke rumah sakit,” katanya. Dia terus batuk-batuk selama panggilan telepon dan mengatakan dia tidak demam.

Dia menambahkan bahwa pusat pencegahan dan pengendalian pandemi kota tidak lagi mengawasi pekerjaan pengendalian pandemi. Dia tidak mengatakan berapa lama lembaga itu akan tetap ditutup.

Radio Free Asia (RFA) melaporkan pada 23 Desember bahwa kasus “paru-paru putih” telah terjadi di beberapa kota di Tiongkok, termasuk Beijing dan Wuhan, tempat COVID pertama kali merebak pada Desember 2019.

“Paru-paru putih” adalah gejala khas pasien selama wabah Wuhan tiga tahun lalu. Ketika seorang pasien dengan pneumonia parah menjalani rontgen, paru-parunya tampak putih, menandakan bahwa mereka telah sangat terkikis oleh peradangan, yang bisa berakibat fatal.

Dalam langkah yang jarang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok, Wang Huaqing, seorang ahli dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC), mengakui pada konferensi pers pada 20 Desember bahwa ada “risiko penyakit parah dan kematian” setelah pasien terinfeksi dengan strain mutan Omicron.

Lin Cenxin dan Zhang Danxia berkontribusi pada laporan ini.

Badan Kesehatan Tertinggi Tiongkok Berhenti Menerbitkan Data Harian COVID-19 Setelah Memo yang Bocor Menunjukkan Ratusan Juta Kasus Infeksi

0

Rita Li – The Epoch Times

Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok  berhenti mempublikasikan kasus COVID-19 harian atau angka kematian setelah data yang bocor menunjukkan ratusan juta orang secara nasional diperkirakan telah tertular virus pada Desember.

“Mulai hari ini, kami tidak akan lagi mempublikasikan informasi harian tentang epidemi,” kata komisi kesehatan dalam pernyataan singkat pada  Minggu 25 Desember, setelah merilis pembaruan COVID-19 setiap hari selama tiga tahun terakhir sejak wabah awal pada tahun 2020.

“Informasi COVID yang relevan akan diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok untuk referensi dan penelitian,” tambah lembaga itu, tanpa memberikan alasan mengapa tidak lagi memberikan informasi tersebut.

Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok juga tidak memberikan rincian tentang bagaimana Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok akan melaporkan kasus-kasus COVID-19.

Otoritas pusat menghentikan pembatasan “Nol-COVID” yang ketat awal desember ini. Karantina mandiri sekarang diizinkan, pengujian PCR massal dibatalkan, dan penduduk serta pelancong sekarang dibebaskan dari pemeriksaan kode QR kesehatan. Orang-orang sekarang melakukan tes antigen mandiri untuk mendeteksi infeksi tanpa perlu melaporkan hasil positif.

Sejak pembatalan kebijakannya, otoritas nasional belum memberikan data yang jelas tentang penyebaran virus di seluruh negeri.

Risalah yang Bocor

Pembebasan mendadak dari lockdown tanpa henti selama bertahun-tahun telah mengakibatkan lonjakan kasus yang dramatis di Tiongkok, dengan hampir 37 juta orang diperkirakan telah tertular COVID-19 dalam sehari, menurut risalah yang bocor dari pertemuan Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok yang diadakan pada 21 Desember, yang pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg.

Catatan pertemuan yang sama mengatakan bahwa sebanyak 248 juta orang mungkin telah tertular virus dalam 20 hari pertama Desember, demikian ungkap laporan itu.

Data nasional menjadi ambigu sejak pergeseran kebijakan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menerima data dari Tiongkok tentang rawat inap baru terkait COVID sejak Beijing melonggarkan pembatasannya. WHO mengatakan kesenjangan data mungkin disebabkan oleh pihak berwenang yang berjuang untuk menghitung kasus di negara terpadat di dunia itu.

Pada hari terakhir pemberian angka, ada beberapa perbedaan mencolok antara angka Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok dan angka dari sumber-sumber yang lebih lokal.

Komisi kesehatan setempat di Zhejiang, sebuah provinsi dengan 65 juta penduduk, mengatakan pada konferensi pers pada Minggu bahwa jumlah infeksi baru-baru ini di sana melebihi satu juta per hari sambil menghitung bahwa jumlah harian bisa mencapai puncaknya pada 2 juta setiap hari menjelang Hari Tahun Baru, termasuk kasus asimptomatik.

Tanpa melaporkan infeksi tanpa gejala, angka Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengumumkan hanya 30 kasus baru yang dikonfirmasi untuk Zhejiang per hari,  pada h Minggu 25 desember. 

Qingdao, sebuah kota berpenduduk 9 juta orang di Provinsi Shandong timur, mengalami 490.000 hingga 530.000 infeksi per hari berdasarkan proyeksi data, demikian laporan media Tiongkok melaporkan pada Sabtu 24 desember, mengutip seorang pejabat kesehatan pemerintah setempat. Penghitungan Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok  yang dirilis pada  Minggu adalah kurang dari 40 kasus baru per hari di seluruh provinsi, dengan pengecualian kasus tanpa gejala.

China juga telah mempersempit definisinya untuk melaporkan kematian akibat COVID-19, hanya menghitung mereka yang mengalami pneumonia atau gagal napas akibat COVID.

Luo Ya dan Reuters berkontribusi pada laporan ini.

COVID-19 Menyebabkan Komplikasi Pneumonia Muncul Dalam Skala Besar di Tiongkok, Dokter : Ini Bukan Omicron

0

oleh Zhu Ying

Saat ini, situasi COVID di daratan Tiongkok telah menyebar luas dengan gejala infeksi yang secara umum lebih serius daripada yang diperkirakan oleh dunia luar. Ada seorang staf medis  Tiongkok mengungkapkan bahwa hanya beberapa jam dalam melakukan CT scan terhadap 22 orang yang datang berobat ke klinik demam, terdeteksi mereka semua mengidap komplikasi pneumonia, yang diyakininya bahwa ini bukan disebabkan oleh infeksi strain Omicron.

Seperti yang kita ketahui bersama, virus partai komunis Tiongkok (COVID-19) yang saat ini masih mewabah di dunia terutama adalah strain Omicron, dan gejala khasnya adalah infeksi saluran pernapasan atas, yang umumnya tidak masuk ke paru-paru. Namun, baru-baru ini, banyak sumber di daratan Tiongkok telah mengungkapkan di Internet, bahwa sejumlah besar pasien yang sakit kritis (atau meninggal dunia) terdeteksi lewat rontgen bahwa mereka mengalami “paru-paru putih”, yaitu terdapat berbagai tingkat bintik keruh putih dan fibrosis di paru-paru yang menyebabkan penurunan fungsinya.

Beberapa hari yang lalu, seorang pekerja medis dengan nama online “Jinse Hua Nian” memposting pengalamannya, bahwa dia telah melihat 29 orang pasien di klinik demam selama 6 jam, dan 4 orang di antaranya datang untuk meminta resep obat atas nama anggota keluarga mereka, dan 3 orang adalah penderita yang datang berobat. 21 orang pasien perlu dirawat di rumah sakit, dan 22 orang pasien yang menjalani CT scan paru-paru, ternyata semuanya mengalami komplikasi pneumonia. “Dengan kata lain, ini bukan infeksi saluran pernapasan atas, ini bukan infeksi karena strain Omicron”.

Ini bukan infeksi saluran pernapasan atas, ini bukan infeksi karena strain Omicron. (foto Internet)

Menurut laporan Radio Free Asia, netizen Tiongkok lainnya baru-baru ini memposting di lingkaran temannya menyebutkan bahwa seorang kolega di Beijing yang terlibat dalam patologi mengatakan sesuatu terkait laporan internal medis yang membuat dirinya takut, “Ada banyak strain asli yang entah dari mana asalnya yang bercampur-baur dalam epidemi ini, jadi ada banyak orang dewasa yang mengalami paru-paru putih”.

Netizen tersebut melanjutkan sebutan dari koleganya : “Karena tidak ada sekuensing asam nukleat yang dilakukan, jadi saya tidak tahu apakah itu strain asli atau bukan”. Namun, seorang pelapor mengomentari dengan mengatakan : “Virus tidak akan bermutasi kembali ke asal, jadi itu adalah virus baru yang sengaja dilepas”.

Menurut laporan tersebut, saat ini tidak mungkin secara independen untuk mengkonfirmasi soal klaim “sengaja melepas virus baru”.

Dilihat dari berita di Internet Tiongkok, gejala khas “paru-paru putih” ketika wabah pertama menyebar dari Kota Wuhan 3 tahun lalu tampaknya mulai muncul kembali dalam jumlah besar baru-baru ini. Banyak staf medis yang memposting foto CT yang diambil oleh rumah sakit, menunjukkan bahwa pasien mengalami paru-paru putih dalam derajat yang berbeda.

Misalnya : Seorang dokter bermarga Zeng dari Rumah Sakit Chaoyang di Beijing mengunggah di Weibo rekaman video proses pemutihan yang cepat pada paru-paru seorang lelaki tua berusia 70-an tahun. Kabarnya bahwa lelaki tua itu hanya 1 hari sebelumnya terinfeksi virus partai komunis Tiongkok (COVID-19). Seorang dokter di Provinsi Henan memposting tulisan pada 23 Desember sore yang menyebutkan bahwa 2 orang pasiennya meninggal di pagi harinya, dan salah satunya mengalami paru-paru putih total.

Beberapa personel dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok menjelaskan bahwa saat ini, kedua galur mutan Omicron dan Delta mungkin ada di Tiongkok pada waktu yang sama, sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Tetapi dunia luar mempertanyakan apakah otoritas PKT menyembunyikan jenis mutasi baru?

Dalam beberapa hari terakhir, COVID terus menyebar dengan cepat ke seluruh daratan Tiongkok. Pada 25 Desember, pejabat Provinsi Zhejiang secara terbuka mengakui bahwa jumlah kasus positif di provinsi tersebut telah melampaui 1 juta kasus. Diperkirakan puncak epidemi akan segera tiba. Memasuki  Januari tahun depan, di mana jumlah infeksi baru mungkin mencapai 2 juta kasus per hari. (sin)

Semua Proyek Raksasa Garapan Xi Jinping Sebelumnya Terlantar, Kini Giliran Meruntuhkan PKT

0

oleh Shi Shan

Dalam 10 tahun berkuasa, Xi Jinping terus meluncurkan proyek dan strategi raksasa, dari “Inisiatif Sabuk dan Jalan” hingga “Bank Investasi Infrastruktur Asia”, dari “Proyek Pengembangan Chip Sepuluh Triliun” hingga “Rencana Milenium Area Baru Xiong’an”, yang masing-masing membuat banyak orang terkagum sampai menggeleng-gelengkan kepala. Tetapi semua itu pada dasarnya sudah terbengkalai. Bahkan proyek terkini yang juga terlantar adalah proyek pemberantasan virus COVID-19, yang selain gagal, tetapi juga sepenuhnya memberantas kepercayaan rakyat Tiongkok terhadap pihak berwenang. Rupanya, Xi Jinping masih memiliki satu proyek super yang belum sepenuhnya terwujud, yakni meruntuhkan Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Dalam edisi kuartalan terbaru majalah “Foreign Affairs” AS, mantan pemimpin redaksi Jonathan Tepperman menerbitkan sebuah artikel berjudul “China’s Dangerous Decline (Penurunan yang Membahayakan Tiongkok)”. Ia menyebutkan bahwa Tiongkok saat ini telah memasuki momen yang sangat berbahaya. Menurut Jonathan Tapperman, tiga peristiwa besar yang muncul dalam dua bulan terakhir ini telah menjadikannya sebagai periode terpenting dalam sejarah Tiongkok.

Tiga hal ini meliputi : Pertama, Xi Jinping memanfaatkan Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok untuk melenyapkan beberapa lawan politiknya yang tersisa, sehingga berhasil mengendalikan kekuatan Tiongkok secara penuh. Kedua, akibat ketidakpuasan warga sipil, meletuslah Gerakan Kertas Putih. Dan ketiga, PKT membuat konsesi langka dengan mengumumkan pelonggaran terhadap kebijakan pemberantasan virus yang sudah mati-matian ia pertahankan selama 3 tahun.

Menurut artikel tersebut, bahwa kerusakan yang disebabkan oleh Xi Jinping sudah mulai terlihat dalam banyak hal, terutama intervensi  yang terus menerus dihadapi ekonomi Tiongkok dan kebijakan ekstrem untuk memberantas virus yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir telah menyebabkan runtuhnya ekonomi Tiongkok. Dari sisi kebijakan luar negeri, diplomasi serigala yang dipraktikkan sejak tahun 2018 telah menyebabkan status Tiongkok anjlok di hati masyarakat internasional. Hal mana juga membuat ekonomi serta perdagangan luar negeri jatuh ke dalam kesulitan

Jonathan Tepperman dalam artikelnya juga menyebutkan bahwa tekanan-tekanan itu akan menyebabkan ketidakstabilan kekuasaan di internal PKT, dan bahkan menyebabkan konflik internal semakin intens. Tepperman percaya bahwa masalah internal PKT cenderung berbentuk konflik “involusi”, meskipun juga bisa menjadi lebih tidak terduga dan agresif, seperti yang dilakukan Jerman pada menjelang Perang Dunia I dan Jepang pada Perang Dunia II.

Dia menyebutkan bahwa pada dasarnya yang mendukung legitimasi rezim PKT adalah 2 faktor berikut. Pertama adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat, dan yang kedua adalah nasionalisme. Oleh karena itu, ketika pertumbuhan ekonomi menurun, PKT mungkin akan meningkatkan pengakuan nasional melalui mengalihkan perhatian publik dengan memprovokasi kekuatan Barat. Sedangkan isu Taiwan dalam hal ini adalah yang paling perlu dikhawatirkan.

Tiongkok saat ini sedang menghadapi krisis besar ! Ini bukan ucapan yang menakut-nakuti. Selama orang yang masih bisa melihat dan yang mau mendengar, mungkin mengetahui krisis sebenarnya yang sedang terjadi di Tiongkok. Tapi apa dampak krisis terhadap PKT ? Apa yang akan terjadi terhadap sosial dan politik Tiongkok ? Apa yang akan terjadi selanjutnya ? Inilah topik yang paling menarik perhatian para elit kalangan atas di seluruh dunia. Artikel Tepperman hanyalah salah satu dari sejumlah besar pengamatan dan prediksi terkait hal ini.

Membicarakan topik ini tidak mudah, karena melibatkan banyak sekali persoalan dan berbagai faktor. Saya berpendapat bahwa prediksi Jonathan Tepperman ini tidak akan jauh meleset.

Menghadapi krisis saat ini, langkah pertama PKT pasti adalah melakukan penekanan terhadap suara-suara dalam negeri yang tidak sejalan dengannya, termasuk kekuatan internal dalam partai, serta menindas para peserta Gerakan Kertas Putih. Untuk itu, PKT akan mencari kambing hitam sebagai tempat pelampiasan keluhan internal. Namun, masalahnya yang dihadapi rezim saat ini adalah, lantaran Xi Jinping sudah dinilai berprestasi luar biasa terhadap bangsa dan negara Tiongkok, jadi bagaimana menurunkannya.

Contoh paling jelas adalah bahwa “Tang Fei” sekarang menjadi kata sensitif yang diblokir di Internet Tiongkok. Padahal “Tang Fei” adalah tanda untuk membedakan warga sipil yang berpendapat mendukung pemerintah melakukan pemberantasan dinamis dengan pendapat yang memilih hidup berdampingan dengan virus. Mereka berpendapat bahwa epidemi di Tiongkok saat ini beserta serangkaian krisis sosial yang ditimbulkannya, merupakan konsekuensi langsung dari kebijakan pelonggaran yang dilaksanakan secara tiba-tiba.

Tapi ini sesungguhnya akan bertentangan dengan masalah logika, akan sulit bagi pejabat PKT menggunakan Gerakan Kertas Putih sebagai kambing hitam untuk pelemparan kesalahannya. Karena tidak hanya orang dalam yang tahu, tetapi dunia luar juga tahu bahwa kebijakan Nol Kasus PKT itu sebenarnya tidak mungkin bisa berhasil. Jauh sebelum “Sepuluh Aturan Baru” diumumkan, epidemi telah menyebar luas di daratan Tiongkok.

Belum lagi soal peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia, misalnya, pada bulan November tahun ini, kedutaan AS telah mengeluarkan peringatan yang isinya meminta warga Amerika Serikat di Tiongkok untuk menyiapkan bahan pangan, obat-obatan, dan air minum setidaknya selama 14 hari, dan meminimalkan keluar rumah. Jelas, badan intelijen AS sudah mengetahui keseriusan masalah epidemi di Tiongkok.

Yang paling penting adalah baik pemberantasan virus secara dinamis atau pelonggaran pencegahan, sebenarnya di mata warga sipil Tiongkok itu semua adalah keputusan yang dibuat oleh PKT.

Artikel panjang Ren Zhongping yang dipublikasi di media corong PKT “Renmin Rebao” minggu lalu dimulai dengan tulisan sebagai berikut : “Di pabrik-pabrik bunyi mesin yang sedang beroperasi terdengar jelas. Di jalan-jalan dan gang, para pejalan kaki berlalu lalang. Kendaraan berseliweran di jalan raya dan kereta api bawah tanah pun sudah beroperasi penuh. Di pusat perbelanjaan, barang melimpah dan harga stabil. Para petani bekerja dengan penuh vitalitas  di ladang….. Di akhir tahun Ren Yin (2022) ini, vitalitas yang memenuhi seluruh Tanah Tiongkok seakan memperlihatkan adanya ribuan kesempatan perkembangan yang sedang menanti”. 

Menurut gambaran di atas ini, situasi di Tiongkok bukan lagi cuma baik tetapi sangat bagus, jadi mana ada krisis ? Sejujurnya, orang media seperti saya tidak memiliki kemampuan untuk melafalkan paralelisme khas karakteristik PKT. Untuk melafalkan teks semacam ini seseorang harus mengatur chi yang ada di dantian, menggunakan suaranya yang lantang, dengan mimik muka yang serius, mata melotot yang menunjukkan amarah. Contohnya seperti bakatnya aktor dalam pertunjukan program khusus Festival Lentera CCTV tahun 2020.

Gambaran indah yang dilukiskan oleh Ren Zhongping di awal tulisannya tentu saja untuk membuka jalan bagi kesimpulan dari artikelnya. Kesimpulan yang ia tulis begini bunyinya : Komite Sentral PKT yang dipimpin Xi Jinping pada intinya adalah memprioritaskan supremasi rakyat dan supremasi kehidupan, ia akan terus mengoptimalkan dan menyesuaikan tindakan pencegahan dan pengendalian epidemi sesuai dengan keadaan yang ada. Selain itu, Xi juga terus memimpin dan mempersatukan seluruh anggota partai dan kelompok etnis dalam negeri untuk bersama-sama melawan epidemi, hingga hasil positif yang signifikan dalam pencegahan dan pengendalian epidemi serta pembangunan ekonomi dan sosial terwujud”.

Oleh karena itu, istilah “Tang Fei” tidak boleh digunakan. Jika dipakai berarti mengakui bahwa masalah saat ini serius dan krisisnya sangat besar. Bagaimana “hasil positif yang signifikan” dapat tercermin ? Oleh karena itu, PKT sebenarnya sedang menghadapi dilema dan situasi yang dilematis. Namun demikian, kambing hitam tetap harus dicari dan ditemukan, Hanya saja persoalannya adalah bagaimana dan siapa yang harus dijadikan kambing hitam.

Pada tahun 1958, PKT yang dipimpin Mao Zedong meluncurkan program “Lompatan Jauh ke Depan”. Pada tahun 1962, 30 juta rakyat Tiongkok mati kelaparan dan ekonomi Tiongkok ambruk. Pada tahun 1962, PKT mengadakan pertemuan raksasa yang dihadiri 7.000 orang. Pada dasarnya semua pejabat provinsi dan militer berpartisipasi dalam pertemuan tersebut. Saat itu, Mao Zedong mengakui kesalahannya dan menyerahkan kekuasaan administratif kepada Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping, setelah itu ia mundur ke garis kedua. Dua kambing hitam yang ditemukan PKT pada waktu itu, satu adalah “bencana alam”, kambing hitam yang ditemukan Lin Biao yakni “bencana alam hebat yang berlangsung selama beberapa tahun berturut-turut”. Yang kedua adalah “Uni Soviet memaksa pembayaran hutang”. Faktanya, kedua alasan itu hanya menipu diri sendiri.

Belakangan, Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping melakukan penyesuaian ekonomi, menghilangkan kantin komune, menerapkan sistem kontrak produksi rumah tangga, sehingga perekonomian Tiongkok secara bertahap pulih. Namun 4 tahun kemudian, Mao Zedong melakukan serangan balik melalui Revolusi Kebudayaan.

Jika tidak ada hal-hal yang di luar dugaan, tampaknya PKT masih akan kembali melalui proses ini. Pada pertengahan tahun ini, PKT telah berbicara tentang perselisihan garis antara pendukung dan penentang soal pembasmian virus yang dinamis. Sekarang kita dapat melihat dengan jelas bahwa oposisi yang berada di atas angin, memaksa Xi Jinping membuat konsesi. Namun, cepat atau lambat serangan balik pasti akan terjadi.

Ini adalah konflik “involusi” PKT yang disebutkan dalam artikel Jonathan Tepperman, yaitu konflik yang terjadi dalam partai. Setelah kegagalan program “Lompatan Jauh ke Depan”, PKT melancarkan dua perang, masing-masing adalah perang dengan India pada tahun 1962, dan satu lagi perang melawan Uni Soviet pada tahun 1969. Ini juga ungkapan ketangguhan dan pengalihan konflik dalam negeri Tiongkok yang disebutkan dalam artikel Tepperman.

Oleh karena itu, PKT kemudian melakukan beberapa hal, yang pertama adalah menemukan “bencana alam” sebagai kambing hitam. Seperti yang baru saja saya katakan, itu tidak bisa disebut “Tang Fei”, tetapi sesuatu yang lain. Yang kedua adalah pembersihan oposisi di internal partai. Yang ketiga adalah mengambil risiko membangkitkan sentimen nasionalis dengan menciptakan “musuh luar” untuk mengalihkan konflik.

Ciri-ciri sistem otokratis yang ditunjukkan di semua dinasti Tiongkok adalah kaisar itu orang yang berhasil menaklukkan dunia dengan menunggang kuda memimpin peperangan. Mereka memperoleh otoritas dengan memimpin prajurit untuk memenangkan perang dan mendirikan istana kekaisaran. Dalam menjalankan sistem pemerintahan, kaisarlah yang mengendalikan birokrasi. Namun dengan berjalannya waktu, sistem birokrasi menjadi semakin rumit, karena semakin banyak urusan yang harus dikelola, sehingga lambat laun berubah menjadi sistem birokrasi yang mengendalikan kaisar. Oleh karena itu, pada akhir periode, kaisar justru yang menjadi budak birokrasi. Begitu kaisar sadar bahwa kekuasaannya mulai berkurang, kemudian ingin mengatur kembali tata cara dalam kepemimpinan di istana agar dapat lagi memandu urusan politik yang ia butuhkan pada saat itu, seringkali hasilnya malahan kehilangan kekuasaan.

Situasi inilah yang sedang dihadapi Xi Jinping saat ini.

Hanya saja Xi Jinping menghadapi situasi yang lebih parah daripada kaisar di masa lampau. Dibandingkan dengan sistem otokratis kuno, kelemahan pada sistem otokratis modern lebih jelas, karena basis legitimasinya lebih lemah. Oleh karena itu, demi pengontrolan otokratis modern membutuhkan sistem polisi rahasia yang lebih ketat, juga membutuhkan teknik kontrol pejabat yang lebih rinci. Masalahnya adalah bahwa sistem yang mengatur kepegawaian itu sendiri juga merupakan bagian dari kepegawaian. Ketika pejabat tingkat bawah sudah kehilangan kepercayaan dan keyakinan mereka terhadap pemimpin tertinggi, maka teknik pengendalian secanggih apapun hasilnya akan sia-sia.

Tao Zhu dan Chen Boda adalah tokoh inti yang duduk di Komite Sentral Revolusi Kebudayaan usungan Mao Zedong, mereka dengan cepat digulingkan. Belakangan, Lin Biao, tokoh inti dari faksi Mao Zedong, akhirnya berubah menjadi tokoh inti yang anti-Mao. Kemudian orang-orang yang paling dipercaya oleh Mao seperti Hua Guofeng, Wang Dongxing, dan Ye Jianying, mereka bersama-sama mengotaki penangkapan istri Mao Zedong. Padahal orang-orang ini adalah tokoh yang digunakan Mao Zedong untuk mengontrol sistem birokrasi, tetapi karena mereka sudah tidak lagi mempercayai Mao Zedong, sekarang berbalik menjadi musuhnya.

Oleh karena itu, faksi Xi Jinping yang meskipun telah menduduki semua posisi penting di Kongres Nasional ke-20, itu sama sekali tidak akan berpengaruh terhadap intensifikasi konflik  internal partai, mereka tidak akan mampu mengakhiri “involusi”. 

Dibandingkan dengan Mao Zedong, jelas Xi Jinping derajat wibawanya lebih rendah, otoritas pribadinya juga jauh di bawah Mao. Karena wibawa itu tidak akan datang dengan sendirinya, juga tidak berkaitan langsung dengan jabatan. Dalam teori manajemen bisnis Barat, ada perbedaan antara pemimpin dan manajer. Seorang manajer dalam sebuah tim belum tentu merupakan pemimpin tertinggi dalam tim. Ketika keduanya dapat saling bekerja sama, maka tim menjadi lebih efisien dan biasanya sukses. Tetapi jika keduanya tidak dapat bekerja sama, pilihan terbaik adalah salah satunya keluar. Jika manajernya keluar, tim masih bisa diselamatkan, jika pemimpinnya yang keluar, tim pada dasarnya lumpuh.

Selama 10 tahun terakhir, Xi Jinping telah memberikan kinerja yang menunjukkan bahwa ia bukan seorang pemimpin melainkan seorang manajer. Hampir semua proyek besar yang secara pribadi ia putuskan untuk diterapkan telah berubah menjadi proyek terbengkalai. Terutama soal kebijakan Nol Kasus yang sudah berjalan selama 3 tahun terakhir, selain mempengaruhi kehidupan 1,4 miliar rakyat Tiongkok, juga kini menjadi terbengkalai, malahan lebih banyak rakyat yang terinfeksi dan meninggal dunia. Oleh karena itu, yang paling ditakuti Xi Jinping adalah munculnya seorang pemimpin sejati, karena karakter seperti inilah yang paling mengancam dirinya, sehingga harus segera dimusnahkan. Di bawah sistem otokratis, proses ini sangat kejam dan berdarah, dan jelas bukan sesuatu yang mudah ditebak oleh orang biasa.

Oleh karena itu, saya pikir dia (Xi) mungkin tidak bisa berkuasa sampai menggerakkan perang nasionalisme. Mampu bertahan lagi selama dua atau tiga tahun lagi sudah bagus. Kali ini, Xi Jinping akan melaksanakan proyek berskala besar terakhir yang hasilnya juga akan mangkrak, yaitu menterlantarkan atau menjatuhkan PKT. Hanya saja rakyat Tiongkok perlu menyiapkan mental. Ini akan membuat gejolak yang tidak kalah dengan epidemi virus komunis Tiongkok (COVID-19). Jatuhnya PKT juga akan menyebabkan rakyat Tiongkok mengalami gejolak dan krisis sosial yang besar. (sin)

Drone Korut Menyusup ke Wilayah Udaranya, Korsel Balas dengan Mengerahkan Jet Tempur

NTD

Drone Korea Utara  dicurigai menyerbu wilayah udara Korea Selatan pada 26 Desember pagi. Militer Korea Selatan langsung membalas dengan mengerahkan pesawat tempur untuk mencoba menembak jatuh drone tersebut, tetapi salah satu pesawat serang ringan KA-1 jatuh di  Hoengseong, Provinsi Gangwon, Korea Selatan. Untungnya, dua orang awak pesawat berhasil menyelamatkan diri. 

Sekitar pukul 10:25 pagi, Kantor berita Yonhap melaporkan militer Korea Selatan mengkonfirmasi melalui peralatan pemantauan dan mata telanjang bahwa pesawat tak berawak telah memasuki wilayah udara Korea selatan dan menuju ke selatan ke daerah Gimpo, Paju, dan Provinsi Gangwon di Provinsi Gyeonggi.  Bahkan beberapa di antaranya mencapai daerah tempat tinggal masyarakat sipil. 

Selain beberapa siaran peringatan dan penembakan, militer Korea Selatan juga mengerahkan pesawat tempur  dan helikopter serang untuk merespons insiden tersebut.

Sekitar pukul 11:40 pagi, salah satu pesawat jatuh ke sebuah lapangan di Kabupaten Wangseong, Provinsi Gangwon. Dua orang yang berada di dalam pesawat, yang berusia 27 dan 25 tahun, berhasil lolos dengan selamat dan dibawa ke rumah sakit untuk perawatan.

Salju lebat  turun di berbagai wilayah Korea Selatan dalam beberapa hari terakhir. Foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan pesawat jatuh di lapangan bersalju, dengan puing-puing reruntuhan yang tak menyebar luas. Pihak militer sedang menyelidiki penyebab insiden tersebut. 

Ini adalah tahun kelima sejak 9 Juni 2017, drone Korea Utara  terlihat mengganggu wilayah udara Korea Selatan. Drone yang tiba di Korea Selatan pada tahun 2017 sedang mengambil gambar di pangkalan Terminal High Altitude Defence (THAAD) di Kabupaten Seongju, Provinsi Gyeongsang Utara, tetapi jatuh dalam perjalanan kembali ke utara karena kegagalan mesin. (hui)

Sambut Tahun Baru 2023, Berikut Sejumlah Panggung Hiburan di Berbagai Titik di Jakarta

0

ETIndonesia- Menyambut tahun baru 2023, Pemprov DKI Jakarta menyelenggarakan berbagai acara yang tersebar hingga tingkat kota. Puncak perayaan pergantian tahun akan dilaksanakan di Panggung Budaya Taman Mini Indonesia Indah pada 31 Desember 2022, yang akan dimulai pukul 20.00 – 01.00 WIB.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta, Andhika Permata, mengatakan, Festival Malam Tahun Baru 2023 akan menjadi perayaan tahun baru pertama yang dilaksanakan di ruang terbuka setelah beberapa tahun tidak terselenggara dikarenakan pandemi COVID-19. Namun, para pengisi acara telah divaksinasi dan diimbau kepada warga yang ingin berpartisipasi untuk tetap menjaga prokes.

“Pada waktu yang sama akan digelar juga “Malam Muda-Mudi“ dengan konsep acara car free night di sepanjang Jl. MH. Thamrin hingga Jl. Sudirman. Di sepanjang lokasi ini, akan ada sejumlah lokasi titik hiburan kesenian yang terdapat panggung hiburan dengan menyuguhkan berbagai genre musik yang berbeda-beda. Setiap lokasi titik hiburan kesenian akan diisi dengan penampilan band dan kesenian yang berbeda di setiap panggung, dengan pengisi acara sejumlah artis dan penampilan seni yang tengah disiapkan oleh Disparekraf Provinsi DKI Jakarta,“ kata Andhika, Selasa (27/12) dalam rilsinya.

Lokasi titik hiburan kesenian pada “Malam Muda-Mudi”, antara lain: Area Pos Bloc, Area Sarinah, Area Stasiun MRT Bundaran HI, Area Jl. Imam Bonjol Bundaran HI, Area Da Vinci Penthouse, Area SCBD, Area FX Sudirman, Area Patung Pemuda Membangun, dan Area M Bloc Space.

Selain itu, dalam memeriahkan Festival Malam Tahun Baru 2023 diselenggarakan juga festival di berbagai tingkat kota/kabupaten yang berada di enam lokasi, yaitu :

– Kota Jakarta Pusat berlokasi di Thamrin 10;

– Kota Jakarta Utara di Halaman Wali Kota Jakarta Utara;

– Kota Jakarta Barat di Halaman Kantor Wali Kota Jakarta Barat;

– Kota Jakarta Selatan berlokasi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan;

– Kota Jakarta Timur berlokasi di Old Shanghai; dan

– Kabupaten Kepulauan Seribu di Pulau Untung Jawa.

Untuk Kawasan Monumen Nasional (Monas) terbuka untuk publik dan akan beroperasi sampai dengan pukul 01.00 WIB, serta di Kawasan Monas akan ada suguhan air mancur menari mulai pukul 19.30 WIB dan atraksi lampu warna warni mulai pukul 18.00 WIB. Sedangkan, di Kawasan Kota Tua akan beroperasi sampai dengan pukul 01.00 WIB yang dimeriahkan penampilan komunitas-komunitas Kota Tua.

Adapun, destinasi wisata yang turut serta dalam menyambut libur sekolah dan memeriahkan perayaan tahun baru 2023 adalah Ancol Taman Impian yang akan menggelar sejumlah atraksi yang bisa menjadi pilihan warga Jakarta untuk berlibur dan merayakan tahun baru dengan acara menarik yang digelar seperti parade, bazar seni, street art performance, live music, serta pertunjukan kembang api yang juga akan memeriahkan perayaan tahun baru di Ancol Taman Impian.

“Agar acara berjalan dengan lancar dan aman, kami juga bersinergi dengan berbagai pihak, seperti dengan Polda Metro Jaya, BNPB, Kemenparekraf, PLN, dan juga antar OPD di Pemprov DKI. Di antaranya dengan menyiapkan pasukan keamanan dan kebersihan hingga ke tingkat wilayah kota,“ ujar Andhika. (PPID/asr)

Rumah Duka Changchun, Tiongkok Penuh dengan Jenazah, Lonjakan Terjadi dalam Dua Hari Terakhir

0

Jing Zhongming – NTD

COVID-19 semakin serius di Tiongkok yang menyebabkan sejumlah besar kematian dan rumah duka “jatuh” satu demi satu. Sebuah video yang diambil oleh seorang pekerja rumah duka di Changchun menunjukkan jenazah berjejer dan mengatakan  telah terjadi peningkatan jumlah jenazah dalam dua hari terakhir.

Pada 25 Desember, sebuah video yang diambil oleh petugas rumah duka di tempat tertentu di Changchun, ibu kota Provinsi Jilin, Tiongkok diungkap ke publik.  Video tersebut memperlihatkan bahwa koridor rumah duka dipenuhi deretan jenazah, sebagian diletakkan di atas kardus, dan lainnya diletakkan langsung di lantai. Dihitung secara kasar, ada sekitar 70 jenazah dalam rekaman itu.

Staf yang merekam video tersebut mengatakan, “Baru dua hari (sejak jenazah diantar) dan puluhan lagi dikremasi hari ini”, “Ini bahkan bukan hal yang baru lagi (yang berarti jenazah  tidak lagi diperlakukan dengan rasa hormat yang layak mereka dapatkan)” dan “Tidak ada orang yang mampu untuk mati seperti ini”.

Pembuat video juga dengan berlebihan mengatakan: “Ketika semua orang di Changchun meninggal, kita bisa pergi ke Changchun.” Menilai dari ini, rumah duka mungkin tidak berada di kota utama Changchun.

Pembuat video juga membual, “Ketika semua orang di Changchun meninggal dunia, kita bisa pergi ke Changchun. Menurut penilaian ini, rumah duka mungking tidak  berada di kota utama Changchun.

Informasi publik menunjukkan bahwa ada dua rumah duka utama di Changchun, yang pertama adalah Pusat Layanan Pemakaman Changchun (juga dikenal sebagai  Xiyuan, Rumah Duka Changchun, Rumah Duka Chaoyanggou) dan yang lainnya adalah Rumah Duka Longfeng. Selain itu, ada juga rumah duka di distrik Shuangyang dan Jiutai di Changchun. Lebih jauh lagi, ada rumah duka di pinggiran kota Changchun.

Pada  23 Desember, sebuah video antrean panjang mobil jenazah di luar Rumah Duka Changchun diposting di internet.

Pada 25, ada lagi sebuah video yang menunjukkan sejumlah besar antrean mobil jenazah di luar Rumah Duka Chaoyanggou di Changchun pada tengah malam.

Pembuat video mengatakan bahwa itu adalah “pemandangan yang belum pernah ia lihat selama bertahun-tahun”.

Tangkapan layar video web.

Saat ini  wabah besar sedang mengamuk di daratan Tiongkok. Berita tentang runtuhnya sistem pemakaman telah dilaporkan di banyak kota di Beijing, Tianjin, Chongqing, Shanghai, Hebei, Henan, Liaoning, Jiangsu, Heilongjiang, dan provinsi lainnya. Sejumlah besar video rumah duka yang dipenuhi tumpukan mayat beredar di internet. (hui)

Krematorium di Distrik Tenggara Beijing Kewalahan, Membakar 150 Jenazah Setiap Hari Hingga Waktu Tunggu Lebih Seminggu

0

Sophia Lam

Sebuah krematorium di Distrik Tongzhou, Beijing, mengumumkan pembatasan untuk jenazah bukan penduduk,  menurut Beijing Youth Daily pada Kamis.

Krematorium harus “memelihara peralatan kremasi” dan menerima maksimal 20 jenazah setiap hari dari orang-orang yang tidak memiliki sertifikat tempat tinggal distrik dan meninggal di rumah sakit di luar distrik, demikian pemberitahuan yang diposting oleh pihak krematorium.

Biro Urusan Sipil Distrik Tongzhou mengatakan kepada Beijing Youth Daily pada 22 Desember bahwa krematorium distrik tersebut  kewalahan karena peningkatan jenazah yang akan dikremasi.

“Di masa lalu, beban kerja harian [Krematorium Tongzhou] adalah sekitar 40 mayat. Sekarang karyawan harus bekerja lembur untuk mengkremasi 140 hingga 150 mayat setiap hari,” demikian yang ditulis oleh media yang dikelola pemerintah, menambahkan bahwa krematorium kekurangan staf karena beberapa karyawannya terinfeksi COVID.

Waktu Tunggu 7 Hari

Media luar negeri juga melaporkan tentang operasi krematorium yang kelebihan beban.

“Kami sangat sibuk setiap hari; kami belum pernah sesibuk ini sebelumnya,” kata Mr Lin, seorang staf yang bekerja di Krematorium Babaoshao Beijing, kepada The Epoch Times pada 14 Desember.

Ketika berbicara dengan The Epoch Times edisi bahasa Mandarin dalam wawancara sebelumnya, Liu, seorang karyawan yang bekerja di Krematorium Tongzhou, mengatakan bahwa waktu tunggu kremasi adalah tujuh hari dan bahwa upacara perpisahan telah dibatalkan.

Reuters melaporkan pada  Rabu “antrean tetap sekitar 40 mobil jenazah” menunggu kremasi dan “tempat parkir penuh” di Tongzhou Crematory.

Rumah duka dan krematorium lain di Beijing dilaporkan sangat sibuk sejak pertengahan Desember, dengan waktu tunggu kremasi lima hari hingga 11 hari.

Berlawanan dengan krematorium yang luar biasa di Beijing, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengumumkan total 550 kasus COVID di Beijing pada 22 Desember. Komisi ini melaporkan tidak ada kematian pada hari itu.

Di Provinsi Liaoning timur laut Tiongkok yang kurang padat penduduknya, waktu tunggu kremasi dilaporkan setidaknya dua hari di ibu kota provinsinya, Shenyang. Penduduk harus mencari solusi seperti mengkremasi orang yang mereka cintai di rumah duka daerah yang lebih terpencil dan membayar biaya yang lebih tinggi untuk layanan kremasi dan pemakaman.

Angka-angka yang kontradiktif memicu keraguan tentang waktu lebih awal dari pecahnya gelombang baru pandemi dan situasi yang lebih parah.

Radio Free Asia (RFA) melaporkan pada 19 Desember bahwa ada infeksi berskala besar dalam sistem medis di Beijing, mengutip seorang pejabat tingkat tinggi dalam sistem politik dan hukum Beijing. Pejabat Tiongkok tersebut mengatakan bahwa Beijing menutupi epidemi serius tersebut karena menjaga stabilitas selama kongres nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok, yang diadakan pada Oktober di ibu kota.

Direktur keadaan darurat WHO, Mike Ryan, mengatakan pada konferensi pers di Jenewa pada 14 Desember bahwa virus itu menyebar “secara intensif” di Tiongkok jauh sebelum pencabutan tindakan nol-COVID, demikian yang dilaporkan Reuters. (asr)

Militer Rusia Bombardir Kherson pada Malam Natal, Jalanan Dipenuhi Kendaraan Hancur Hingga 10 orang Tewas dan  58 Terluka

NTD

Setidaknya 10 orang tewas dan 58 lainnya terluka pada malam Natal (24/12/2022) ketika Rusia membombardir kota Kherson di Ukraina selatan, meskipun mereka telah lama mundur.

Yuriy Sobolevskyi, wakil Majelis Dewan Regional Kherson, mengatakan bahwa sebuah rudal mendarat di sebelah supermarket di tepi Lapangan Kebebasan di Kherson. “Ada warga sipil di daerah itu dan semua orang menjalani kehidupan mereka sendiri dan melakukan hal mereka sendiri,” katanya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang baru saja kembali dari kunjungan ke Amerika Serikat, memposting foto-foto di Telegram yang menunjukkan jalan-jalan Kherson  dipenuhi mobil-mobil yang terbakar, kaca-kaca jendela yang pecah dan mayat-mayat yang bergelimpangan, demikian yang dilaporkan Central News Agency, mengutip AFP. “Ini adalah keadaan pusat kota Kherson… pada pagi hari sebelum Natal,” tulisnya. 

Seorang polisi Ukraina berjaga di samping mayat warga sipil yang tewas setelah Rusia menembaki kota Kherson, Ukraina, 24 Desember 2022. (DEMITAR DILKOFF/AFP via Getty Images)

Dia juga menuduh tentara Rusia “membunuh nyawa manusia untuk intimidasi dan kesenangan. Ini adalah kehidupan nyata di Ukraina…dunia harus melihat dan memahami bahwa kita berperang melawan kejahatan yang nyata.”

Wanita bereaksi setelah penembakan Rusia ke kota Kherson di Ukraina pada 24 Desember 2022, di mana lima orang tewas dan 20 luka-luka. – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 24 Desember 2022 mengecam “teror” Rusia setelah penembakan di kota Kherson, yang direbut kembali oleh pasukan Kyiv pada bulan November. (Foto oleh Dimitar DILKOFF / AFP)

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba juga mendesak dalam cuitannya, “Saat keluarga di Eropa, Amerika Utara, dan sekitarnya bersiap untuk makan malam Natal, jangan lupa bahwa Ukraina sedang memerangi kejahatan.”

Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutkan konflik Rusia-Ukraina kepada wartawan di Moskow pada  22 Desember, untuk pertama kalinya, dia tidak lagi secara terbuka menyebut invasi militer Rusia ke Ukraina sebagai “operasi militer khusus” dan menggunakan kata “perang”. 

Tim penyelamat membantu seorang wanita yang terluka setelah Rusia membombardir kota Kherson, Ukraina, 24 Desember 2022. (DEMITAR DILKOFF/AFP via Getty Images)

Putin berkata : “Tujuan kami bukan untuk memutar roda konflik militer, sebaliknya, kami ingin mengakhiri perang ini, dan kami telah dan akan terus berjuang untuk itu.”

Seorang pejabat AS mengatakan kepada CNN bahwa penilaian awal mereka adalah bahwa pernyataan Putin tak disengaja dan mungkin hanya salah bicara. (hui)

Sinyal Pencabutan Status PPKM, Ini Kata Jokowi

0

ETIndonesia- Presiden Jokowi menegaskan bahwa pencabutan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terkait pandemi Covid-19 masih menunggu kajian mendalam. Kajian tersebut antara lain mencakup sero survei untuk melihat tingkat antibodi pada populasi masyarakat.

“Belum, untuk PSBB, PPKM belum sampai di meja saya. Nanti kalau selesai, karena ini menyangkut sero survei, menyangkut kajian-kajian. Saya minta harus detail, jangan sampai keliru memutuskan sehingga sebaiknya kita sabar menunggu,” ujar Presiden Jokowi dalam keterangannya kepada awak media usai meresmikan Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (26/12/2022) dikutip dari rilis BPMI Setpres.

Menurut Presiden, jika hasil sero survei sudah di atas 90 persen, artinya imunitas masyarakat sudah baik. Dengan memiliki kekebalan tubuh yang baik, Presiden melanjutkan, masyarakat akan lebih siap dalam menghadapi ancaman virus lain.

“Asal nanti sero survei kita sudah di atas 90 ya kita artinya imunitas kita sudah baik, ada apapun dari manapun yang enggak ada masalah,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Presiden menyebut bahwa saat ini kasus harian Covid-19 telah turun di bawah 1.000 kasus. Namun, Presiden mengingatkan agar hal tersebut perlu dilihat apakah karena imunitas masyarakat telah membaik atau karena hal lain.

“Jadi tunggu kajian dari Kementerian kesehatan, dari para pakar epidemiolog semuanya agar memutuskannya nanti benar. Tergantung kajiannya kalau selesai kita harapkan akhir tahun ini selesai, dan sero survei dan kajiannya,” tandasnya.

(BPMI Setpres)

Kedutaan Besar AS dan Jerman di Tiongkok Menangguhkan Layanan Visa karena COVID Melonjak

0

Alex Wu

Kedutaan Besar AS dan Jerman di Beijing, mengumumkan pada 15 Desember penangguhan layanan visa rutin karena wabah COVID-19 yang terlihat di kota-kota besar lainnya di Tiongkok, mengikuti puluhan negara yang telah menangguhkan aplikasi visa mereka di Tiongkok.

Sementara itu, kekhawatiran telah meningkat bahwa wabah COVID-19 di Beijing akan menyebar ke pedesaan selama perjalanan untuk Tahun Baru Imlek pada  Januari mendatang.

Wabah baru-baru ini dimulai sebelum rezim komunis mencabut pembatasan “zero-COVID”, demikian yang diungkapkan kepala keadaan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kedutaan Besar Asing, Menangguhkan Layanan Visa di Tiongkok

Pada 15 Desember, Kedutaan Besar AS di Tiongkok mengumumkan di situs webnya bahwa karena lonjakan infeksi COVID di seluruh Tiongkok, semua layanan visa rutin telah ditangguhkan kecuali untuk beberapa layanan visa yang telah dijadwalkan sebelumnya di Konsulat Shanghai. Semua janji temu reguler di Kedutaan Besar Beijing dan konsulat jenderal lainnya telah dibatalkan. Kantor-kantor tersebut menyatakan bahwa hanya paspor dan layanan warga negara dan konsuler darurat yang akan terus disediakan.

Kedutaan Besar Jerman di Beijing juga mengumumkan bahwa karena situasi epidemi di Beijing, kantor konsuler dan kantor visanya akan ditutup hingga 6 Januari 2023.

Duta Besar Jerman untuk Tiongkok, Patricia Flor menyatakan keprihatinannya tentang kapasitas medis  daratan Tiongkok pada 15 Desember, “Kami tidak tahu, apakah ada cukup tempat tidur unit perawatan intensif?”

“Tidak ada yang benar-benar siap, secara mental, untuk situasi ini. Jadi kita tidak bisa dikecualikan. Akan ada gangguan lebih lanjut di sini.”

Lebih dari belasan negara menutup pusat visa mereka di Tiongkok pada akhir November.

VFS Global, yang diberi wewenang oleh pemerintah banyak negara untuk menyediakan layanan visa di Tiongkok, untuk sementara menutup pusat visa mereka untuk beberapa negara di Beijing mulai 22 November hingga pemberitahuan lebih lanjut. Negara-negara tersebut termasuk Austria, Kanada, Kroasia, Republik Ceko, Estonia, Finlandia, Yunani, Hongaria, Italia, Latvia, Polandia, Portugal, Slovenia, Islandia, Norwegia, Swedia, Swiss, Ukraina, dan lain-lain.

Kekhawatiran  COVID-19 Menyebar Menjelang Imlek

Tahun Baru Imlek, hari libur terbesar di Tiongkok, jatuh pada  22 Januari 2023, dan pedesaan Tiongkok mengharapkan masuknya orang-orang yang pulang ke rumah serta turis secara besar-besaran saat liburan semakin dekat. Namun, pedesaan Tiongkok hanya memiliki sedikit paparan terhadap berbagai jenis virus COVID-19 dalam tiga tahun terakhir, sehingga memicu kekhawatiran tentang gelombang besar infeksi dan kematian.

Pada 16 Desember, komisi kesehatan nasional Tiongkok menyatakan bahwa mereka meningkatkan vaksinasi dan menyimpan ventilator, obat-obatan esensial, dan alat tes di daerah pedesaan. Komisi ini juga menyarankan para wisatawan untuk mengurangi kontak mereka dengan kerabat lansia.

Menurut media Tiongkok, Provinsi Henan, dengan populasi pedesaannya yang besar, telah mengumumkan bahwa mereka telah memasuki persiapan tingkat pertama untuk menghadapi lonjakan kasus COVID-19. Pihak berwenang telah membatalkan cuti liburan untuk semua karyawan dalam sistem kesehatan di provinsi tersebut mulai sekarang hingga akhir Maret 2023.

Infeksi Meledak Jauh Sebelum Kebijakan ‘Zero-COVID’ Dicabut

Michael Ryan, kepala keadaan darurat WHO, mengatakan pada konferensi pers 14 Desember tentang infeksi COVID-19 yang meledak di Tiongkok terjadi sebelum otoritas Tiongkok meninggalkan kebijakan “zero-COVID” yang ketat.

Dia mengatakan ada persepsi keliru yang beredar tentang situasi COVID-19 di Tiongkok.

“Ada narasi saat ini bahwa Tiongkok mencabut pembatasan dan tiba-tiba penyakit itu tidak terkendali, penyakit ini menyebar secara intensif karena saya yakin tindakan pengendalian itu sendiri tidak menghentikan penyakit tersebut. Dan saya yakin Tiongkok memutuskan secara strategis bahwa itu bukan pilihan terbaik lagi,” ujarnya.  (asr)

Pandemi Hebat Menghancurkan PKT, Orang-orang di Pihaknya dalam Bahaya, Jangan Mengikuti Partai Jahat

0

Epoch Times

Virus Partai Komunis Tiongkok (COVID-19) sekali lagi merebak dalam skala besar di daratan Tiongkok.  Rapat internal Partai Komunis Tiongkok mengungkapkan bahwa 37 juta orang terinfeksi dalam sehari, dan diperkirakan 248 juta orang terinfeksi dalam 20 hari terakhir.  Dari Guangzhou, Chengdu, Chongqing, Shanghai, Henan, Hebei, Beijing hingga ke timur laut, ada kasus positif COVID di seluruh negeri.  Rumah sakit serta rumah duka di banyak kota bekerja lembur karena banyaknya kematian. 

Wabah itu seperti tsunami, menyelamatkan nyawa seperti menyelamatkan orang-orang yang tenggelam.  Ini adalah keadaan darurat. Apa akar penyebab pandemi yang sedang berlangsung ini? semua orang ingin menemukan solusi untuk menghindari wabah tersebut.

Faktanya, pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi, telah memberikan petunjuk selama bertahun-tahun. Pada awal merebaknya pandemi, Guru Li Hongzhi menunjukkan dalam artikel “Rasional” pada Maret 2020 : “Wabah itu sendiri adalah pengaturan Dewa, adalah keniscayaan dalam perkembangan sejarah.”

Guru Li juga memberikan petunjuk : “Tetapi saat ini wabah “virus PKT” (pneumonia Wuhan) kedatangannya adalah dengan maksud – dengan tujuan. Ia adalah datang untuk menyingkirkan partikel partai jahat – orang yang berjalan bersama partai jahat PKT. Jika tidak percaya kalian coba lihatlah, saat ini negara-negara yang paling parah, semuanya adalah yang dekat dengan partai jahat, begitu juga dengan manusia. Jadi harus bagaimana? Menjauhlah dari partai jahat PKT, jangan berdiri di pihak partai jahat, karena di belakangnya adalah iblis merah, perilaku permukaannya adalah berandal, bahkan berani melakukan segala kejahatan. Dewa akan mulai memberantasnya, dan mereka yang berdiri di pihaknya juga akan disingkirkan. Jika tidak percaya tunggu dan lihat saja.”

Perkembangan pandemi menegaskan petunjuk Guru Li. Pada 30 November tahun ini, kematian Jiang Zemin, pimpinan perwakilan Partai Komunis Tiongkok yang jahat di antara rakyat, mengindikasikan bahwa pembersihan secara besar-besaran terhadap Partai Komunis Tiongkok yang jahat telah dimulai.

Wabah skala besar di Tiongkok telah dimulai dan banyak orang telah meninggal dunia, banyak dari mereka adalah pejabat senior Partai Komunis, anggota Partai Komunis, dan pengikut Partai Komunis.  Namun demikian, Partai Komunis telah menyembunyikan kebenaran wabah tersebut dari rakyat Tiongkok dan dunia.

Michael Ryan, kepala manajemen darurat kesehatan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan “ledakan kasus di Tiongkok bukan karena pencabutan kebijakan Zero-COVID yang ketat. Ledakan kasus sudah terjadi di Tiongkok  sebelum kebijakan Zero-COVID dilonggarkan.”

Hal ini juga dikonfirmasi oleh seorang pejabat dari sistem politik dan hukum Beijing. Dalam sebuah wawancara dengan Radio Free Asia (RFA), dia mengatakan bahwa wabah di Beijing tidak dimulai setelah “gerakan kertas Putih”.  Pada awal Kongres Nasional ke-20, yaitu pada pertengahan hingga akhir Oktober, infeksi nosokomial di rumah sakit besar di Beijing sudah sangat serius. Pada awal Desember  benar-benar tak terkendali, tetapi semua ini dijaga dengan ketat oleh pejabat Partai Komunis. Baru setelah pihak berwenang mengumumkan kematian mantan pemimpin Partai Komunis Jiang Zemin, informasi tentang infeksi di Beijing secara bertahap dibuka ke publik, tetapi pada saat itu sejumlah besar orang lanjut usia yang terinfeksi telah meninggal dunia atau kritis. Sumber daya medis Beijing telah runtuh sebelum “pembebasan” secara resmi.

Menurut Reuters, di rumah duka terbesar di Beijing, Babaoshan, yang juga menangani jenazah pejabat senior Partai Komunis dan para pemimpin, beberapa mobil jenazah terlihat masuk setiap menit pada 18 Desember. Wall Street Journal juga melaporkan bahwa krematorium di Beijing dipenuhi dengan mayat dan tungku kremasi  beroperasi dari pagi hingga malam. Surat kabar Hong Kong Ming Pao mengungkapkan bahwa pada 17 Desember, “lebih dari 2.700 orang meninggal dunia di rumah” di Beijing setelah tertular penyakit tersebut. Namun, Partai Komunis Tiongkok, yang terbiasa menyembunyikan epidemi, tak mengumumkan dua kematian pertama hingga 19 Desember. Partai Komunis Tiongkok telah mengirim polisi dan penjaga keamanan untuk menyegel rumah pemakaman karena media asing akan pergi ke sana untuk mencari informasi.

Menurut risalah internal pertemuan Komisi Kesehatan Nasional Partai Komunis Tiongkok pada 21 desember, jumlah infeksi baru dalam sehari di Tiongkok pada hari ke-20 diperkirakan 37 juta kasus, meningkat dari hari ke hari.  Jumlah kumulatif infeksi dari 1 hingga 20 Desember mencapai 248 juta kasus, terhitung 17,56% dari total penduduk. Media Barat seperti Bloomberg dan Financial Times telah memverifikasi informasi tersebut dengan bertanya kepada mereka yang menghadiri pertemuan tersebut.

Terlepas dari wabah yang mencengangkan di Tiongkok seperti terjangan tsunami, Partai Komunis secara resmi hanya mengakui sejumlah kematian akibat epidemi secara nasional. Dari awal Desember, ketika pembatasan dicabut, hanya ada tujuh kematian hingga  20 Desember. Semuanya di Beijing.  Dan, angka-angka yang dirilis oleh Beijing tentang wabah ini menurun secara drastis.

Metode penyembunyian otoritas PKT serupa dengan apa yang mereka gunakan pada awal wabah di Wuhan pada 2019. Untuk menipu publik, Komisi Kesehatan PKT bahkan mengatur ulang klasifikasi kematian akibat infeksi – hanya mereka yang meninggal dunia akibat pneumonia dan gagal napas akibat virus yang diklasifikasikan sebagai kematian akibat COVID. Ini benar-benar menyimpang dari norma internasional yang memasukkan pasien didiagnosis terinfeksi  pada saat kematian. 

Terlepas dari upaya PKT untuk menutupinya, berita tentang sejumlah besar pejabat tinggi dan pesohor dalam sistem PKT yang terinfeksi penyakit ini terus menyebar, termasuk Liu Ji, seorang pensiunan pejabat setingkat menteri dari mantan Komisi Olahraga Negara, Chen Jingliang, mantan direktur dan sekretaris partai Pusat Penelitian Seni Film Tiongkok, Ju Kai, seorang pensiunan kader dari mantan Universitas Pertahanan Nasional, Chu Lanlan, seorang artis pertunjukan yang tampil dalam drama merah PKT “Tentara Merah Sang Perawan”, dan Yang Lianghua, seorang mantan reporter People Daily.

Pada saat yang sama, ada banyak pesohor, pakar, cendekiawan, dan akademisi lainnya meninggal dunia selama epidemi karena perawatan medis yang tak efektif, seperti Hu Jun, seorang “ekonom dan pendidik Marxis”, Zhang Fuqing, yang disebut “pahlawan perang” dan penerima “Medali Republik” dari Partai Komunis Tiongkok, Wang Xizhong, anggota Partai Komunis Tiongkok, pensiunan kader China Film Group Corporation, dan artis nasional kelas satu, dan Yang Lin, seorang penulis naskah terkenal dari Henan yang menulis drama merah “Kanal Bendera Merah” dan lain-lain.  Di Universitas Tsinghua dan Peking saja, lebih dari 30  staf meninggal dunia dalam waktu sebulan. Pada dasarnya, mereka semua adalah anggota Partai Komunis Tiongkok  atau orang-orang yang mempromosikan atau membela PKT.

Selain itu, Konferensi Kerja Ekonomi Pusat yang digelar di Beijing pada 15-16 Desember, pertemuan ekonomi paling penting tahun ini untuk Partai Komunis.  Banyak pejabat senior tidak hadir pada tahun ini. Para analis percaya bahwa banyak dari mereka mungkin  terinfeksi COVID-19. 

Wabah tak kenal belas kasihan, kehidupan sangat berharga dan perlu segera ditangani.

Bahkan, budaya tradisional Timur dan Barat memiliki pandangan yang  sama tentang wabah, yaitu  wabah adalah hukuman Tuhan bagi umat manusia. Wabah akan datang ketika penguasa kejam dan zalim,  ketika moralitas masyarakat dan hati manusia rusak  secara keseluruhan.  Di Roma kuno, penganiayaan terhadap orang-orang Kristen menyebabkan empat tulah, yang menyebabkan jatuhnya Kekaisaran Romawi yang perkasa dan hancur.  Dalam sejarah Tiongkok, ketika dinasti berganti, sering kali  adalah masa yang  korup dan kerusakan sosial dan wabah kerap melanda.

Sejarah ternyata sangat mirip.

Sejak berkuasa, Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah mempraktekkan kebijakan jahat, menghancurkan budaya tradisional, merusak moralitas masyarakat dan menganiaya rakyat Tiongkok, termasuk para pejabatnya sendiri, melakukan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya. Lebih dari separuh penduduk Tiongkok telah dianiaya oleh PKT, mengakibatkan kematian  tak wajar sekitar 80 juta jiwa, lebih besar dari jumlah total orang yang terbunuh dalam dua perang dunia. Penganiayaan terhadap rakyat sangat kejam, khususnya penindasan terhadap Falun Gong yang diprakarsai oleh Jiang Zemin.

Falun Gong adalah kultivasi aliran Buddha yang didasarkan pada budaya tradisional Tiongkok. Ini adalah budaya kepercayaan kepada Tuhan dan didasarkan pada prinsip-prinsip karakteristik universal Sejati-Baik dan Sabar. Pada Mei 1992, Master Li Hongzhi, pendiri Falun Gong, mulai mengajarkannya secara terbuka kepada masyarakat. Dalam beberapa tahun, pada tahun 1998, menurut statistik internal Partai Komunis, jumlah orang yang berlatih Falun Gong telah mencapai 70 hingga 100 juta orang. Orang-orang memupuk hati mereka untuk menjadi baik, kesehatan masyarakat pun membaik, moral sosial  meningkat, dan perbuatan baik muncul tanpa henti. 

Saat itu, Jiang Zemin, pemimpin Partai Komunis Tiongkok  karena takut dan iri  jumlah praktisi Falun Gong melebihi jumlah anggota Partai Komunis Tiongkok, ia mengabaikan efek positif Falun Gong dan penentangan yang luas dari para pejabat dan masyarakat, Jiang memerintahkan  menghancurkan ekonomi para praktisi, dan memusnahkan secara fisik dengan kebijakan genosida serta membual bahwa Falun Gong akan dimusnahkan dalam waktu tiga bulan. Ia meluncurkan penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada 20 Juli 1999.

Untuk melakukannya, Jiang berusaha keras  merekayasa apa yang disebut kasus “bakar diri” palsu di Lapangan Tiananmen untuk mendiskreditkan Falun Gong, menghabiskan sejumlah besar ekonomi dan sumber daya nasional untuk penganiayaan terhadap orang-orang yang tak bersalah, dan menggunakan lebih dari seratus metode penyiksaan, termasuk pengambilan organ tubuh hidup-hidup secara massal dari praktisi Falun Gong. Penganiayaan telah mencapai ratusan juta orang, ruang lingkup penganiayaan mencapai lebih dari satu miliar orang Tionghoa dan dunia serta investasi sumber daya pemerintah yang tak terhitung jumlahnya, sebuah penganiayaan yang tak tertandingi dan berlangsung selama 23 tahun,  sebuah kejahatan yang begitu besar. Ini adalah ketidakadilan dan kekejian pada abad ini, bahkan Nero yang brutal pun sama sekali tak dapat menandinginya.

Menghadapi penganiayaan dan kebohongan, ratusan juta praktisi Falun Gong telah mampu mengatakan fakta kebenaran kepada para pejabat pemerintahan di semua tingkatan dan masyarakat umum, termasuk pelaku penganiayaan, menempuh cara yang damai dan rasional dengan penderitaan dan dedikasi mereka yang besar.  Penderitaan dan kebaikan mereka mengunggah langit dan bumi.

Adalah Hukum langit bahwa  kebaikan dan kejahatan akan menerima balasannya. Penghapusan Partai Komunis Tiongkok adalah keniscayaan sejarah.

Pandemi COVID  ini ditujukan kepada Partai Komunis Tiongkok. Jiang Zemin, pelaku utama penganiayaan terhadap Falun Gong telah disingkirkan oleh langit dan  lebih banyak orang jahat serta mereka yang membantu melakukan kejahatan telah menerima pembalasan atau menghadapi takdir pembersihan.

Sebelum datangnya wabah besar ini, Tuhan telah berulang kali memperingatkan kepada mereka yang berkuasa, termasuk SARS, badai pasir dan lain-lain dan itu juga memberikan kesempatan kepada orang-orang agar sadar. Tahun demi tahun telah berlalu, penganiayaan masih berlangsung, yang pasti akan menyebabkan hukuman yang lebih besar dari langit.

Ada pengalaman dan pelajaran dalam sejarah. Zhang Daoling di Dinasti Han Timur, dia meminta orang yang sakit dan terinfeksi untuk mengingat kesalahan yang mereka lakukan dalam hidup mereka satu per satu, menuliskannya dengan pena, membuangnya ke air, dan pada saat yang sama bersumpah demi Tuhan bahwa mereka tak akan pernah melakukan kesalahan dan melakukan hal yang baik, wabah itu benar-benar lenyap ketika orang-orang satu per satu melakukan metode ini. 

Contoh serupa dapat ditemukan di Eropa di mana, pada tahun 1633, wabah hitam melanda desa Oberammergau di Bavaria, Jerman, di mana setidaknya satu orang meninggal di setiap dua rumah tangga.  Penduduk desa pun ketakutan. Dipimpin oleh seorang pendeta, mereka berlutut dan berdoa kepada Tuhan.  Jika Tuhan menyelamatkan mereka dari maut hitam, mereka akan menghormati-Nya dengan tindakan nyata. Sejak mereka mengikrarkan sumpah, maut hitam tak pernah merenggut nyawa seorangpun dari penduduk desa.

Tradisi 5.000 tahun Tiongkok adalah manusia selaras dengan alam, menghormati Tuhan dan takdir. Banyak orang Tiongkok saat ini tak percaya lagi kepada Tuhan, prinsip ilahi atau pembalasan karma karena ateisme yang ditanamkan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT)  yang menghancurkan manusia. Sekarang Tuhan akan mulai memberantas PKT, mereka yang telah bergabung dengan partai, menjadi bagian dari partai, liga pemuda  dan organisasi PKT juga akan terlibat jika mereka tidak memisahkan diri dari PKT. Ini seperti orang-orang di atas kapal yang berlayar ke jurang, kecuali mereka melompat dan meninggalkan kapal, mereka semua akan menghadapi nasib tenggelam. Namun, banyak dari mereka yang bergabung di bawah propaganda PKT, godaan kepentingan dan tekanan sosial, dan mereka tak benar-benar percaya kepada PKT. Akan sangat tidak bijaksana dan memilukan bagi mereka ikut terseret ke dalam jurang dan dikubur bersama Partai Komunis Tiongkok.

Langit penuh dengan belas kasih dan telah memberikan peringatan serta kesempatan yang cukup kepada manusia. Selama 23 tahun penganiayaan, praktisi Falun Gong telah mengatakan yang sebenarnya tentang Falun Gong,  penganiayaan terhadap Falun Gong, dan kebenaran tentang Partai Komunis Tiongkok.  Secara khusus, editorial “Sembilan Komentar tentang Partai Komunis” yang diterbitkan oleh The Epoch Times pada tahun 2004 secara sistematis menguraikan sejarah tirani Partai Komunis Tiongkok dan sifat roh jahat yang memungkinkan banyak orang untuk melihat Partai Komunis Tiongkok dengan jelas.

Di tengah pandemi, ada kesulitan dan krisis di mana-mana, tetapi ada juga peluang dan harapan. Jika wabah itu ditujukan kepada PKT, maka obat terbaik adalah mengundurkan diri dari partai, liga pemuda dan resimen. Menjauhlah dari PKT secara mental, spiritual, dan organisasi, kembali kepada budaya dan nilai-nilai tradisional Tiongkok, dan berpegang teguh pada jalan yang mulia, kita akan dilindungi oleh Tuhan.

Partai Komunis Tiongkok tidak sama dengan Tiongkok. Mundur dari PKT adalah langkah bijak yang benar-benar bermanfaat bagi negara, rakyat dan diri mereka sendiri, dan akan menguntungkan generasi mendatang.

Saat ini, lebih dari 400 juta orang di daratan Tiongkok telah membuat pilihan yang tepat dan memberikan contoh dengan “mundur” dari PKT dan organisasi yang berafiliasi dengannya. Mereka yang belum mundur, mereka yang masih ditipu oleh Partai Komunis Tiongkok, perlu merenung dan menyelamatkan diri mereka sendiri. Mereka yang telah berpartisipasi dalam penganiayaan harus dengan tulus menyesali dan bertobat atas apa yang telah mereka lakukan, menolak PKT, memperlakukan Falun Gong dengan baik, dan menebus kesalahan mereka. Semoga semua orang-orang di Tiongkok melewati bencana dengan selamat dan menyambut hari esok yang lebih baik.