Home Blog Page 555

Jakarta Fair Kemayoran 2022 Dibuka, Diharapkan Jadi Ajang Kebangkitan Ekonomi

ETIndonesia- Sempat hiatus selama dua tahun akibat pandemi, Jakarta Fair Kemayoran kembali digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Secara resmi, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan membuka Jakarta Fair Kemayoran 2022 pada Kamis malam (9/6).

“Kita bersyukur, hari ini kita kembali mengadakan Jakarta Fair setelah dua tahun absen akibat pandemi. Alhamdulillah, sekarang kondisi pandemi sudah makin terkendali dan ini tradisi yang sudah ada di Jakarta selama 53 tahun dapat dilaksanakan kembali,” terang Gubernur Anies dalam sambutannya dalam siaran pers PPID DKI Jakarta.

Lebih lanjut, Gubernur Anies berharap gelaran Jakarta Fair Kemayoran 2022 mampu menjadi ajang yang mengeskalasi dan mempercepat kebangkitan ekonomi setelah dua tahun dalam kondisi pandemi.

“Kita berharap dengan adanya Jakarta Fair Kemayoran tahun ini, maka tanda kebangkitan ekonomi kita akan semakin dipercepat. Dan kita berharap, masyarakat tergerak dan transaksinya pun meningkat, sehingga berdampak pada perekonomian kita,” paparnya.

Dalam catatan pada tahun 2019, jumlah pengunjung Jakarta Fair Kemayoran mencapai 6,8 juta orang dengan nilai transaksinya Rp 7,5 T.

“Kita berharap Jakarta Fair Kemayoran makin besar, karena selama ini merupakan ajang pameran terbesar, terlama dan terlengkap di kawasan Asia Tenggara. Jadi, bukan sekadar sebuah wahana yang besar skala Jakarta, tapi skala regional juga,” jelasnya.

Pergerakan perekonomian bukan hanya melalui transaksi jual beli, melainkan juga terjadi proses pertukaran pengalaman dan jaringan. Sehingga, harapannya, para pelaku usaha yang mengikuti Jakarta Fair Kemayoran dapat maju dan berkembang bersama.

“Kita juga berharap melalui Jakarta Fair Kemayoran ini ada proses tukar pengalaman dan jaringan, karena kegiatan expo seperti ini bukan sekadar antarpengunjung, tetapi setiap stan yang ada di sini saling belajar satu sama lain. Karena, ini adalah tempat bertemunya pelaku usaha berbagai sektor yang bisa berbagi pengalaman dan jejaring, sehingga sama-sama bangkit,” tandasnya. (asr)

Ice and Snow World di Hangzhou, Tiongkok Terbakar dan Meledak, Sejumlah Orang Melompat dari Gedung untuk Melarikan Diri

0

Gu Qinger dan Hong Ning

  • Kebakaran terjadi di Pasar Bahan Bangunan Teluk Hangzhou di Jalan Wangmei, Distrik Linping, Kota Hangzhou , Provinsi Zhejiang, Tiongkok, Kamis (9/6/2022)
  • Dilaporkan, terjadi ledakan besar. Asap sempat mengepul dari tempat kejadian. Banyak orang melompat dari gedung untuk melarikan diri dan banyak orang terbakar

Tempat kejadian terletak di Ice and Snow World di Pusat Bahan Bangunan Teluk Hangzhou di No. 588 Wangmei Road. Dilaporkan bahwa daerah ini sangat makmur. Ada berbagai pusat bisnis di sini, termasuk Kota Dekorasi Teluk Hangzhou, Kota Mobil Ideal, Kota Perabotan, dan Kantor Manajemen Kendaraan. Biasanya lalu lintas sekitar terlihat ramai.

Video streaming yang diposting di Internet menunjukkan asap tebal mengepul dari gedung yang terbakar dan menyebar ke area yang luas. Beberapa orang melompat keluar dari jendela untuk melarikan diri. Adegan itu seperti film bencana.

Pada 9 Juni siang, Sun Ming (nama samaran), pemilik dealer mobil di dekat tempat kejadian, mengatakan kepada reporter Epoch Times bahwa sekitar pukul 10 pagi waktu setempat, terjadi ledakan di Ice and Snow World. Ia menyaksikannya dari awal hingga akhir. Ketika itu, lebih dari satu orang melompat dari gedung untuk melarikan diri, ada banyak orang lainnya. Seharusnya ada banyak orang yang terluka dan beberapa orang meninggal dunia. “

Dilaporkan juga terjadi ledakan keras di lokasi kejadian. Sun Ming berkata bahwa kompresor dan freezer di Ice and Snow World seharusnya meledak. Ledakannya sangat keras, terutama di lantai dua Ice and Snow World. Ada banyak orang di dalamnya, termasuk turis yang pergi ke Ice and Snow World dan pedagang. Di lantai dua, ada aula kantor, tempat banyak orang mengajukan izin.

“Tidak banyak bicara, hati saya masih galau, saya masih shock,” ujar Sun Ming. Sekarang (pukul 13:00 pada 9 Juni) masih ada puluhan mobil pemadam kebakaran di sini, semuanya telah disegel, dan kita semua telah dievakuasi. Tidak ada yang diizinkan berada di sana.

Zhou Donghui (nama samaran), pemilik toko di bawah di Ice and Snow World, berkata, “di lantai dua Ice and Snow World meledak. Banyak orang melompat turun dan banyak orang berlari turun. Ada beberapa staf di sana, dan kami semua dievakuasi. Detailnya tidak diketahui. ”

Seorang wanita yang tinggal di Jalan Wangmei No. 588, Distrik Linping, Kota Hangzhou mengatakan kepada wartawan bahwa ada kecelakaan di sebuah gedung di sebelahnya.  Saat ini situasinya sedang gawat. Warga semuanya sibuk dan tidak punya waktu untuk berbicara dengan orang. Tidak bisa mengatakan lebih banyak tentang alasan dan detail spesifik. ”

Seorang perempuan yang mana sebagai penduduk setempat mengatakan bahwa seseorang melompat dari lantai atas dan dibawa ke rumah sakit. Semua usaha di sana tutup, jalan-jalan di bawah ditempatkan dalam kondisi darurat militer dan mobil tidak bisa masuk.

(gambar web)

Pada 9 Juni pukul 12:18 siang, Kantor Informasi Pemerintah Distrik Linping Kota Hangzhou melaporkan bahwa kebakaran terjadi di lantai dua Pasar Bahan Bangunan Teluk Hangzhou di Jalan Wangmei, Distrik Linping, sekitar pukul 10 pagi pada 9 Juni. Sekitar pukul 11:00, kobaran api  di tempat kejadian telah dipadamkan, dan lima orang yang terluka diselamatkan dan dikirim ke rumah sakit. Pencarian dan penyelamatan masih berlangsung, dan penyebab kebakaran masih belum diketahui.

Menurut laporan “Qianjiang Evening News”, dari Jalan Donghu  bahwa pada pukul 11:09, 7 orang telah diselamatkan di tempat kejadian, 5 di antaranya luka terbakar, dan satu terhirup gas beracun. Kini semuanya telah dikirim ke rumah sakit, dan dua lainnya yang melompat dari lantai 2 berhasil diselamatkan. Tujuh orang tersebut masih hidup, mereka tidak dalam bahaya untuk saat ini.

Seorang anggota staf dealer mobil di dekat lokasi kecelakaan mengatakan kepada The Paper, bahwa sebuah ledakan terdengar pada saat itu. Ada banyak asap, dan banyak orang terluka. Mereka melompat dari lantai dua untuk melarikan diri. Mereka sekarang sedang menerima perawatan di Rumah Sakit Zhejiang Kedua di Hangzhou, dengan diagnosis awal luka bakar tingkat tiga.

Reporter Epoch Times menelepon sejumlah tempat usaha di sekitar kejadian, beberapa dari mereka menutup telepon setelah menjawab panggilan, sementara yang lainnya tidak merespon. (hui)

Pesawat Militer Tiongkok J-7 Jatuh Menimpa Rumah Penduduk Menimbulkan Ledakan, Kebakaran dan Korban

0

NTD

Pesawat militer Tiongkok J-7 pada 9 Juni pagi yang mengalami kecelakaan jatuh menimpah rumah kediaman warga sipil di Laohekou, Xiangyang, Hubei dan menimbulkan ledakan dan kobaran api cukup besar. Seorang dinyatakan tewas dan 3 orang lainnya mengalami luka-luka di tempat kejadian. Kabarnya pilot pesawat yang sempat menyelamatkan diri dengan menggunakan parasut hanya mengalami luka ringan. Demikian media corong pemerintah Xinhua melaporkan.

Bandara Laohekou adalah bandara militer Tiongkok. Menurut laporan, bandara tersebut terutama bertanggung jawab untuk melatih para penerbang baru jet tempur Angkatan Udara yang ditempatkan di wilayah militer Guanzhou. Adapun pesawat militer yang ditempatkan di sana adalah J-7 dan jenis JJ-7 yang merupakan pesawat latih. 

Menurut informasi yang dirilis oleh netizen Tiongkok, setelah pesawat jatuh menimpa rumah penduduk setempat, timbul ledakan kemudian kebakaran, asap hitam tebal membubung dari TKP. 

Ada seorang laki-laki berwajah hitam, karena kena asap dengan pakaiannya yang hangus duduk telanjang di samping sebuah pohon besar. Tampak tubuhnya juga mengalami luka bakar.

Pada sore hari itu, CCTV Military mengumumkan di akun Weibo mereka menyebutkan bahwa pesawat yang mengalami kecelakaan itu adalah pesawat militer J-7 milik Angkatan Udara Tiongkok. Pesawat itu mengalami kecelakaan saat pelatihan dan jatuh di lokasi dekat bandara di Xiangyang, Hubei, sehingga ada rumah penduduk setempat yang mengalami kerusakan. Data yang diperoleh saat itu adalah 2 orang warga sipil ditemukan terluka, dan seorang tewas, sedangkan pilot berhasil menyelamatkan diri dengan menggunakan parasut. Adapun pilot dan warga yang terluka telah dikirim ke rumah sakit untuk perawatan. Sedangkan penyebab kecelakaan dan korban jiwa sedang dalam penyelidikan pihak berwenang.

Menurut laporan, pesawat militer Chengdu Jian-7 (J-7) dibuat oleh Tiongkok dengan meniru pesawat tempur MiG-21 bekas Uni Soviet. Model ini mengadopsi desain sayap delta, kursi tunggal dan mesin tunggal, serta asupan udara dari hidung. Pada 28 Desember 1966, pesawat secara resmi diproduksi secara massal, kemudian jalur produksi dipindahkan ke Pabrik Pesawat di Chengdu dan di Guizhou. Tetapi pada tahun 2006 produksi pesawat jenis tersebut telah dihentikan.

Tim Aerobatik Ba Yi Tiongkok juga menggunakan pesawat J-7EB dan J-7GB dalam pertunjukan aerobatik yang kemudian beralih ke pesawat militer jenis J-10. (sin)

Fokus Koridor Pangan Laut Hitam dengan Mediasi Turki, Permintaan Rusia dan Ukraina yang Sulit Didamaikan

Li Lan – NTD

  • Selain konflik militer frontal, perang Rusia-Ukraina juga terjadi bersamaan dengan perang ekonomi. Barat menuduh Rusia menggunakan makanan sebagai senjata, sementara Rusia menyangkal bahwa masalah pangan Ukraina telah menyebabkan krisis pangan global.
  • Pada Rabu 8 Juni, komunitas internasional memusatkan perhatian pada cara mengangkut gandum Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Ankara Pada Rabu (8/6/2022). Mereka berdua bertemu untuk bertukar pandangan tentang cara mengangkut makanan dari pelabuhan Ukraina yang dikuasai Rusia. Atas undangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Turki maju untuk berkoordinasi dengan Rusia untuk membangun jalur yang aman bagi ekspor gandum Ukraina.

Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken pada 7 Juni mengatakan bahwa  sekarang Angkatan Laut Rusia telah memblokir pelabuhan Laut Hitam serta memblokir ekspor makanan Ukraina.

Uni Eropa juga mengutuk, setelah Ukraina dan Amerika Serikat menuduh Rusia menghancurkan lahan pertanian dan pertanian Ukraina saat mengirimkan gandum Ukraina ke Rusia.

Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan Kremlin mempersenjatai persediaan makanan dan mempromosikan tindakan mereka dengan kebohongan ala Soviet.

Setelah perang Rusia-Ukraina berlangsung selama lebih dari 100 hari, tentara Rusia telah merebut sebagian besar garis pantai Ukraina dan menguasai jalur pelayaran penting di Laut Hitam. Saat ini, lebih dari 20 juta ton gandum terdampar di lumbung Ukraina.

Menurut Kementerian Pertanian Ukraina, sebelum invasi Rusia, Ukraina mengekspor 6 juta ton biji-bijian per bulan.  Jika Rusia terus memblokir garis pantai Laut Hitam, maka hanya akan mengekspor hingga 2 juta ton produk pertanian per bulan di masa depan. 

Data menunjukkan bahwa Rusia dan Ukraina memasok sekitar 33% gandum dunia dan 25% jelai. Ukraina juga merupakan pengekspor utama minyak jagung dan bunga matahari. Ekspor biji-bijian Rusia dan Ukraina terutama mempengaruhi Afrika dan Timur Tengah.

Program Pangan Dunia memperkirakan bahwa dampak perang akan menyebabkan peningkatan 47 juta orang yang kelaparan pada tahun 2022.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengulangi pernyataan Putin sebelumnya pada 8 Juni, mengatakan bahwa masalah pangan Ukraina tidak ada hubungannya dengan krisis pangan global saat ini.

Pihak Rusia setuju untuk membuka koridor biji-bijian maritim, tetapi menuntut agar Ukraina membersihkan ranjau yang diletakkan di saluran pelabuhan. Turki mendukung tuntutan Rusia. Namun demikian, Ukraina khawatir tentara Rusia akan memanfaatkan kesempatan menjinakkan ranjau di perairan pelabuhan Odessa untuk merebut pelabuhan penting tersebut.

Saat krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina yang membuat banyak negara berjuang untuk mengatasinya, kini krisis pangan global menghadapi masalah bagi para pemimpin Eropa dan Amerika. Mereka berusaha mengatasi bagaimana mengangkut makanan dari Ukraina, sekaligus mencegah Rusia menggunakan makanan sebagai senjata untuk mencapai tujuan sendiri.

Adapun pembukaan jalur laut untuk mengangkut pangan, itu hanya mungkin dicapai jika Rusia, Ukraina, Turki, dan pihak lainnya berhasil mencapai kesepakatan bersama. (hui)

Pakar: AS Harus Memanfaatkan Pengaruh Tiongkok yang Semakin Berkurang untuk Memperkuat Partisipasi Indo-Pasifik

Chen Ting

Para analis mengatakan bahwa hilangnya pengaruh Beijing baru-baru ini secara bertahap dalam status diplomatik Asia, telah memberikan Amerika Serikat kesempatan untuk memperkuat partisipasinya di kawasan Indo-Pasifik. Akan tetapi, Washington harus melakukan tindakan yang lebih substantif.

Pada Kamis 9 Juni, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin akan melakukan perjalanan ke Singapura untuk menghadiri forum keamanan regional.  Ia adalah pejabat AS paling senior yang mengunjungi kawasan Indo-Pasifik setelah perjalanan Presiden Joe Biden ke Asia bulan lalu.

Lawatan Lloyd Austin, mengikuti serangkaian perjalanan diplomat AS ke Asia bulan ini, termasuk Wakil Menteri Luar Negeri Wendy Sherman, utusan khusus AS untuk Korea Utara Sung Kim dan penasihat Departemen Luar Negeri Derek Chollet.

Beijing baru-baru ini juga menghadapi semakin banyak perlawanan diplomatik secara internasional. Hal ini terutama disebabkan oleh “desakan Presiden Xi Jinping untuk menerapkan ‘kebijakan nol kasus”’ yang menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatnya reaksi terhadap kebijakan luar negeri garis keras Tiongkok,” kata Peter Martin, seorang koresponden kebijakan pertahanan di Bloomberg. Peter Martin adalah penulis buku berjudul, China’s Civilian Army : The Inside Story of China’s Quest for Global Power. 

Menurut Financial Times , untuk mempertahankan “kebijakan nol”, Tiongkok sedang membangun ratusan ribu fasilitas pengujian virus permanen dan memperluas pusat isolasi di banyak kota besar. Pihak berwenang menetapkan bahwa kota-kota besar harus mendirikan stasiun test COVID-19 dalam jarak 15 menit berjalan kaki dari setiap komunitas.

Setidaknya 74 juta orang di setidaknya delapan kota di Tiongkok saat ini berada di bawah lockdown total atau parsial. Desakan Beijing kepada “kebijakan nol” telah memukul ekonomi Tiongkok dengan keras dan juga mempengaruhi rantai pasokan internasional. 

Para ahli berspekulasi bahwa ada berbagai tanda bahwa kebijakan pencegahan epidemi ekstrem Tiongkok dapat berlanjut hingga 2023.

Baru-baru ini, Tiongkok juga berusaha memaksa negara-negara kepulauan Pasifik untuk menandatangani kesepakatan keamanan dan ekonomi, yang memicu kekhawatiran bagi Australia dan Amerika Serikat. 

Selain itu, telah memberikan dukungan diplomatik kepada Rusia setelah invasi ke Ukraina meningkatkan secara tajam ancaman militer di sekitar Taiwan. Dikarenakan telah meningkatkan kekhawatiran banyak negara Indo-Pasifik bahwa Tiongkok dapat memicu konflik di Taiwan dan Laut China Selatan.

Pada 10 Mei 2022, Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi menyatakan bahwa kapal induk Tiongkok Liaoning berada di perairan selatan Okinawa dan timur Taiwan.Dari 3 hingga 10 Mei, jumlah pesawat tempur berbasis kapal induk yang lepas landas dan mendarat lebih dari 200 kali. (Disediakan oleh Kementerian Pertahanan Jepang)

Gregory Poling, pakar Asia di Center for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah think tank yang berbasis di Washington, mengatakan kepada Bloomberg bahwa ada jendela untuk AS saat ini di Indo pasifik, tetapi Washington perlu bertindak,

Ia mengatakan,  perlunya AS dengan menunjukkan memainkan permainan dan tidak hanya mencoba menggagalkan Tiongkok. 

Austin akan tiba di Singapura pada hari Kamis untuk “Dialog Shangri-La,” KTT keamanan tahunan Asia yang diawasi ketat. Dia diharapkan bertemu dengan menteri pertahanan Australia dan Jepang untuk memperkuat kemitraan segiempat. 

Bulan lalu, Aliansi Quartet yakni AS, Jepang, Australia dan India mengumumkan rencana untuk mengekang penangkapan ikan ilegal di Pasifik, yang diyakini para pakar keamanan sebagian besar ditujukan untuk membatasi armada penangkapan ikan Tiongkok yang dikenal sebagai “milisi laut”. 

Selain itu, rencana Amerika Serikat, Inggris, dan Australia untuk berbagi teknologi kapal selam nuklir mungkin juga mengalami kemajuan terbaru.

Pada saat yang sama, Austin juga akan bertemu dengan Menteri Pertahanan Tiongkok Wei Fenghe di sela-sela konferensi.Ini adalah pertemuan tatap muka pertama mereka dan pertemuan lain setelah konferensi online April lalu.

Tidak ada terobosan besar yang diharapkan dalam pertemuan antara AS dan para pemimpin pertahanan Tiongkok ini.

Seorang pejabat Pentagon mengatakan  bahwa pembicaraan tesebut diundang oleh Tiongkok dan  tujuan utama AS adalah untuk membangun pagar pembatas dalam hubungan militer serta mencegah persaingan agar tidak lepas kendali.

Namun demikian, para analis percaya bahwa pemerintahan Biden perlu memiliki tindakan yang lebih praktis untuk menyertai tindakan diplomatik ini.

Zack Cooper, seorang rekan senior di American Enterprise Institute dan mantan pejabat Pentagon, mengatakan selama satu dekade, para pejabat dari kedua  pihak telah berjanji untuk mengalihkan fokus mereka ke Asia. Akan tetapi janji itu tidak diimbangi dengan tindakan, termasuk di bidang keamanan dan keuntungan militer AS telah sangat berkurang.”

Beberapa ahli juga menunjukkan bahwa ada kesenjangan besar antara tingkat menteri pertahanan yang sebenarnya antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Di Tiongkok, Partai Komunis Tiongkok, bukanlah pemerintah yang sebenarnya mengendalikan militer.

Timothy Heath, seorang peneliti pertahanan internasional senior di RAND Corporation, sebuah think-tank AS, mengatakan posisi menteri pertahanan Tiongkok hanyalah “terutama seremonial, dengan sedikit kekuatan nyata.”  Dibandingkan  memiliki mitra diplomatik dengan menteri pertahanan negara barat.”

He Tianmu menyebutkan bahwa Xu Qiliang, wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Komunis Tiongkok, lebih sejajar dengan Austin pada levelnya.(hui)

Hampir 1,8 Juta Orang Terdampak Hujan Lebat di Hunan, Tiongkok, 10 Orang Tewas dan 3 Hilang

0

Luo Tingting

Badai hujan lebat dan banjir yang melanda di banyak tempat di Provinsi Hunan, Tiongkok.  Fenghuang, Jishou, Yiyang, dan Changde semuanya menderita bencana. Hampir 1,8 juta orang  terkena dampak, setidaknya 10 orang tewas dan 3 orang kehilangan kontak.  Kerugian lebih dari RMB 4 Miliar atau sekitar 8 triliun rupiah. 

Banjir Parah di Hunan

Kantor Informasi Pemerintah Provinsi Hunan melaporkan bahwa pada 8 Juni dari 1 hingga 6 Juni, Provinsi Hunan mengalami curah hujan terpanjang dan paling intens pada tahun ini. Insiden tersebut memicu terjadinya tanah longsor di sejumlah tempat dan sejumlah rumah runtuh.

Pada 8 Juni, putaran hujan deras berdampak terhadap 1.794.500 orang di Provinsi Hunan. Laporan hanya menyebutkan bahwa 10 orang tewas dan 3 orang kehilangan kontak karena bencana. Selain itu, 1.195 keluarga dan 2.766 rumah runtuh dan rusak parah. Kerugian ekonomi diperkirakan berjumlah RMB.4,074 miliar.

Laporan tersebut mengatakan bahwa sejak musim banjir tahun ini, curah hujan di Hunan mencapai lebih dari 20% lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Itu terutama sejak 28 Mei.  Putaran curah hujan ini telah dua kali lipat dibandingkan dengan tahun-tahun normal, dan intensitas, durasi, dan sebaran hampir ke Hunan. Di seluruh wilayah, intensitas hujan di banyak tempat melebihi atau mendekati ekstrem historis.

Curah hujan yang tinggi menyebabkan kerusakan serius pada sejumlah besar infrastruktur industri dan pertanian di Hunan. Area pertanian yang terkena dampak di provinsi ini adalah 1.442.400 mu, di mana 505.900 mu rusak dan 124.600 mu hilang. Hitungan luas Mu adalah yang biasa digunakan di Tiongkok. 

Banyak ruas jalan bebas hambatan dan jalan raya biasa di provinsi itu rusak dan terhalang. Peralatan dan fasilitas distribusi listrik di beberapa daerah rusak, mempengaruhi sekitar 9.100 stasiun dan 560.000 orang.

Pada saat yang sama, hujan deras menyebabkan dua waduk meluap, 22 titik genangan air perkotaan, dan 3.571 rumah pedesaan rusak.

Banjir terjadi di banyak tempat di Hunan, media tidak melaporkannya

Video yang diposting di Internet menunjukkan bahwa pada Festival Perahu Naga pada 3 Juni, Hunan mengeluarkan serangkaian peringatan oranye untuk badai hujan, peringatan risiko meteorologi untuk aliran deras gunung, dan peringatan risiko meteorologi untuk bencana geologi. 

Hujan deras dan hujan lebat terjadi di Changsha, Shaoyang, Yueyang, Changde selatan, Zhangjiajie, Yiyang, Huaihua, Loudi, dan sebagian Hunan barat. Terjadi banjir di banyak tempat, bencana terjadi di kota-kota serta desa-desa satu demi satu.

Diantaranya, bencana terjadi di Kota Yiyang, Provinsi Hunan, dengan rumah dan lahan pertanian yang terendam banjir. Jalan raya berubah menjadi sungai dengan gelombang yang bergejolak. Jembatan Sanguan di Kota Sandangjie bergolak dan dilanda banjir hingga lantai pertama pada bangunan tempat tinggal. Sebuah paviliun pinggir jalan di Kabupaten Anhua hanyut, dan mobil-mobil terguling di air.

Di Kabupaten Taoyuan, Kota Changde, juga terjadi banjir besar, pohon tumbang, rumah dan kendaraan terendam air. Kotapraja Ankang menjadi “kota air” dalam semalam, dan orang-orang yang terkena dampak berteriak tak berdaya: “air sudah membanjiri atap, huuhuu …”

Video pascabencana dari Kabupaten Chenxi, Kota Huaihua pada 5 Juni menunjukkan bahwa  banjir terjadi setinggi dua lantai rumah setempat, dan banjir bandang terjadi di Kotapraja Tanjiachang yang menyebabkan terjadinya kerusakan parah dan berantakan.

Video yang diposting di Internet menunjukkan bahwa pada 3 Juni, Luxi, Xiangxi, Hunan, mengalami banjir yang jarang terjadi dalam satu abad dan lantai pertama banyak rumah terendam banjir.

Penduduk setempat yang merekam video tersebut berkata: “Nenek saya mengatakan sejak dia lahir sampai tua, dia belum pernah melihat banjir sebesar ini.” “Hujan deras telah turun seperti ini, dan desa kami banjir setiap saat. Kami siap dievakuasi.”

Hujan deras menyebabkan Sungai Tong di Kota Jishou meluap, membanjiri toko-toko dan rumah-rumah di tepi sungai. Kota kuno Fenghuang di Hunan barat juga mengalami banjir, dan lantai pertama terendam banjir. 

Bencana banjir di Hunan memang serius, tetapi media resmi di Tiongkok  tidak menyebutkannya, dan media tidak melaporkan banjir di berbagai bagian Hunan.

Banyak netizen terkejut: “Hunan telah mengalami bencana yang begitu parah hanya dalam beberapa hari!” “Banjir datang lebih awal tahun ini, bukankah Hunan telah menjadi Henan!”

Banjir terjadi di 8 provinsi, dan tidak ada peringatan pembukaan pintu air dari waduk Guangxi

Sejak Juni, banjir telah terjadi di delapan provinsi di Tiongkok selatan, termasuk Hunan, Guangxi, Jiangxi, Zhejiang, Guangdong, Guizhou, Chongqing, dan Fujian.

Pada 5 Juni, Liuzhou, Guangxi mengalami banjir terbesar tahun ini. Dampaknya kota di sepanjang sungai terendam setinggi satu atau dua meter, dan wilayah perkotaan Guigang terendam banjir. Perabotan dan barang-barang yang diselamatkan oleh masyarakat ditumpuk di pinggir jalan. 

Hujan deras menyebabkan banjir dan tanah longsor di beberapa kota dan desa di Kabupaten Tian’e, Kota Hechi, Guangxi.  Banyak lahan pertanian terendam dan tanaman rusak parah.

Warga di dua tempat tersebut mengungkapkan, tidak ada peringatan adanya debit banjir dari waduk setempat sehingga menimbulkan kerugian besar. Tan, warga Liuzhou, Guangxi, mengatakan kepada NTD bahwa dalam dua hari terakhir tidak ada hujan deras, hanya hujan gerimis, pintu air yang berasal dari waduk.

“Sebagian badan jalan tergenang air, bagian samping sungai tergenang, dan separuh fasad lantai satu di samping bantaran sungai juga tergenang air, setidaknya satu atau dua meter. Airnya masih naik,” kata bu Tan.

Marga Yang, warga Kota Guigang, Guangxi, juga mengatakan kepada NTD, “Ada waduk (pintu air dibuka), tapi tidak ada pemberitahuan.” Sekarang airnya sudah surut.

Hujan deras terus berlanjut di Tiongkok selatan

Menurut informasi yang dirilis oleh China Weather Weibo pada 9 Juni, hujan masih akan terus berlanjut di Tiongkok selatan dalam beberapa hari ke depan. Diperkirakan Kamis 9 Juni, hujan lebat hingga deras masih akan terjadi di sebagian Fujian, sebagian besar Guangdong, Jiangxi timur dan selatan, Zhejiang selatan, Guangxi selatan dan barat. Banjir juga terjadi sebagian besar Guizhou, Yunnan timur, dan Tibet tenggara. Daerah lainnya yang dilanda banjir di daerah pesisir tenggara Guangdong. Ada hujan badai lebat di beberapa daerah.

Dari 10 hingga 14 Juni, akan ada hujan lebat hingga lebat di Hunan selatan, Jiangxi tengah dan selatan, Zhejiang selatan, Fujian, Guangxi, Guangdong, Yunnan timur dan tempat-tempat lain, dan akan ada hujan lebat secara lokal. Hujan lebat juga terjadi di Tiongkok Utara, Timur Laut Tiongkok, Huanghuai timur dan tempat-tempat lain akan mengalami hujan badai kecil, hingga hujan sedang, hujan lebat lokal.

Menurut berita, daerah terdampak dengan curah hujan tinggi baru-baru ini dapat menyebabkan bencana seperti tanah longsor,  banjir di sungai kecil dan menengah, dan genangan air perkotaan dan pedesaan. Warga yang sedang dalam perjalanan diharapkan berhati-hati. 

Seorang netizen berkata: “Hei, semoga kalian selamat. Di mana-mana hujan. Saya menonton siaran langsung Xiangxi beberapa hari yang lalu, dan banjirnya terlalu menakutkan.” (hui)

Elon Musk Sependapat dengan Jack Ma : Tiongkok Bakal Hadapi Bencana Keruntuhan Populasi

NTD

CEO Tesla Elon Musk mengatakan bahwa Tiongkok setelah puluhan tahun menerapkan kebijakan pengendalian jumlah populasi, berpotensi dalam waktu tidak lama ke depan menghadapi bencana keruntuhan populasi. 

Bahkan sampai saat ini, program keluarga berencana tersebut masih saja membatasi sebagian besar keluarga di daratan Tiongkok untuk memiliki hanya satu orang anak.

“Kebanyakan orang masih berpikir bahwa Tiongkok memiliki kebijakan satu anak”, demikian cuitan Musk di bagian paling atas pesannya di Twitter 6 Juni.

“Meskipun kebijakan tiga anak sudah diterapkan, tetapi tingkat kelahiran di Tiongkok tahun lalu justru mencapai titik terendah dalam sejarah ! Pada tingkat kelahiran saat ini, berarti Tiongkok akan kehilangan sekitar 40% populasi dari setiap generasinya !” tulis Musk yang kemudian ditambahkan dengan catatan : Keruntuhan populasi.

Kebijakan satu anak diberlakukan oleh Partai Komunis Tiongkok antara tahun 1980 hingga 2015, yang bertujuan mengekang apa yang dilihat rezim sebagai cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengekang pertumbuhan penduduk yang berlebihan. 

Bagi warga yang melanggaran kebijakan tersebut dikenakan hukuman denda, atau dipaksa menjalani aborsi,  sterilisasi, bahkan berisiko kehilangan pekerjaan yang notabene merupakan mata pencaharian.

Menurut data resmi, bahwa sebelum kebijakan 1 anak dicabut pada tahun 2016, kebijakan tersebut telah mengakibatkan sekitar 400 juta nyawa melayang karena aborsi, angka ini mencapai sekitar 28% dari jumlah populasi Tiongkok yang 1,4 miliar jiwa. Ini pun belum termasuk hitungan bayi-bayi yang lahir cacat atau perempuan yang dibunuh atau ditelantarkan, karena pengaruh preferensi sosial tradisional untuk mengutamakan anak laki-laki daripada perempuan.

Kebijakan yang terus dipertahankan selama beberapa dekade, telah menjerumuskan Tiongkok ke dalam krisis demografis yang ditandai dengan populasi yang menua dengan cepat dan tingkat kelahiran yang sangat rendah. Menghadapi krisis ekonomi yang disebabkan oleh tenaga kerja yang menyusut, rezim Tiongkok kini mulai mengizinkan pasangan keluarga untuk memiliki dua anak pada tahun 2016, kemudian meningkatkan batas menjadi tiga orang anak pada tahun 2021. Pemerintah bahkan memikat pasangan untuk beranak tiga orang dengan memberikan perawatan kesehatan bagi anak, pengurangan pembayaran pajak penghasilan, tunjangan perumahan.

Namun, langkah-langkah ini tidak banyak membantu dalam membujuk pasangan untuk memiliki lebih banyak anak.

Tingkat kelahiran di Tiongkok telah mengalami penurunan tajam selama 5 tahun berturut-turut. Pada tahun 2021, statistik kelahiran menunjukkan bahwa hanya ada 7,52 orang bayi yang lahir dari antara 1.000 orang. Ini adalah tingkat kelahiran terendah sejak rezim Partai Komunis Tiongkok mengambil alih kekuasaan dari rezim Partai Kuomintang pada 1949. Sebagai perbandingan, tingkat kelahiran di AS pada tahun 2021 adalah 12 orang bayi yang lahir dari antara 1.000 orang.

Di Daerah Otonomi Guangxi yang berbatasan dengan Vietnam, pihak berwenang pada bulan Maret tahun ini mulai mengizinkan pasangan yang sudah menikah di 8 kabupaten yang berada di perbatasan untuk memiliki anak keempat. 

Tetapi, data resmi terbaru yang dikeluarkan bulan Mei menunjukkan bahwa populasi di setidaknya 15 provinsi atau daerah otonomi Tiongkok, termasuk Beijing telah menyusut, ada 11 provinsi yang jumlah populasinya sedang menurun saat ini, termasuk 5 provinsi di antaranya yang jumlah kematian melebihi jumlah kelahiran yang muncul untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir.

Studi populasi baru-baru ini menunjukkan bahwa seluruh dunia yang berpenduduk sekitar 8 miliar jiwa saat ini sedang menghadapi penurunan populasi.

Sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal medis ‘The Lancet’ memperkirakan bahwa populasi global akan mencapai puncaknya pada angka 9,7 miliar dalam waktu sekitar 40 tahun sebelum akhirnya akan mulai menurun.

“Begitu populasi global mulai menurun, itu mungkin akan terus berlanjut tanpa dapat dibendung”, demikian disebutkan oleh para penulis dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2020.

Studi populasi yang diterbitkan ‘The Lancet’ memperkirakan  bahwa pada akhir abad ini, Tiongkok akan kehilangan 668 juta jiwa, hampir setengah dari populasinya saat ini.

Dalam menanggapi konsekuensi dari penurunan tingkat pertumbuhan populasi global ini, Musk berkomentar panjang lebar secara blak-blakan.

Elon Musk baru-baru ini membagikan video yang diambil selama Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia 2019, di mana Musk terlihat duduk berdampingan dengan miliarder Jack Ma, pendiri raksasa e-commerce Alibaba.

“Dengan asumsi bahwa jika AI memiliki masa depan yang cerah di masa depan, saya pikir masalah terbesar yang dihadapi dunia dalam 20 tahun ke depan adalah keruntuhan populasi. yang ingin saya tekankan adalah : masalah terbesar dalam 20 tahun adalah keruntuhan populasi. Bukan ledakan populasi”, kata Musk.

Dalam video itu, Jack Ma tampaknya menyetujui pandangan Musk.

“Penduduk Tiongkok yang 1,4 miliar terdengar seperti banyak, tapi saya pikir dalam 20 tahun ke depan, kita akan melihat isu ini menjadi masalah besar bagi Tiongkok”, kata Jack Ma. “Tingkat penurunan populasi akan bertambah cepat”.

“Keruntuhan populasi adalah ancaman terbesar bagi peradaban”, tulis Musk dalam tweet bersama dengan postingan video pendeknya pada 24 Mei. (sin)

Vaksin Perilaku Baru Menimbulkan Pertanyaan yang Meresahkan

MARTHA ROSENBERG

Dalam rencana strategis 2016 hingga 2020, Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba (NIDA), bagian dari National Institutes of Health (NIH), sebuah lembaga Amerika Serikat, mempromosikan janji “vaksin anti-kecanduan yang bertujuan memunculkan antibodi yang memblokir efek obat tertentu.”

Tentu saja kecanduan adalah masalah besar, dengan kecanduan opioid di peringkat teratas, merenggut lebih dari 140 nyawa orang Amerika per hari, sebagian karena fentanil yang mematikan sedang dijajakan. Kecanduan narkoba lain, termasuk shabu dan, tentu saja, alkohol, juga memiliki konsekuensi yang tragis dan seringkali mematikan.

Pencarian vaksin anti-kecanduan dimulai secara serius ketika Drs. Nora D. Volkow, direktur NIDA, dan Francis S. Collins, direktur NIH saat itu, meminta para ilmuwan dan industri farmasi untuk membantu mengembangkan vaksin khusus terhadap opioid dalam Laporan Khusus Jurnal Kedokteran New England pada 2017. Penelitian untuk perawatan semacam itu terus berlanjut.

Bagaimana tepatnya cara kerja vaksin anti-kecanduan? Menurut Chemical and Engineering News, dalam kasus heroin, vaksin “akan merangsang sistem kekebalan seseorang untuk menghasilkan antibodi yang mengikat heroin. 

Antibodi akan memblokir obat melintasi aliran darah ke otak, menghentikan orang tersebut mengalami “fly” dan mencegah kambuh lagi.”

Singkatnya, antibodi ini “akan mematikan narkotika sebelum dapat berakar di tubuh, atau di otak”, menurut The New York Times.

Batasan untuk Vaksin Perilaku

Meskipun banyak suara medis memberi penghargaan terhadap vaksin semacam itu dan berharap vaksin itu segera tersedia, namun sebagian yang lain lebih skeptis. 

Beberapa menunjukkan bahwa, seperti halnya pengobatan alkoholisme Antabuse (disulfiram), yang menyebabkan seseorang jatuh sakit jika mereka meminumnya, vaksin membutuhkan motivasi dari orang yang kecanduan—mereka harus mau berhenti.

Vaksin anti-kecanduan kemungkinan akan membutuhkan motivasi yang berkelanjutan, seperti potensi vaksin anti- kokain yang dibahas dalam jurnal Clinical Pharmacology & Therapeutics, yang mungkin memerlukan “enam booster tambahan yang diberikan sekali setiap 3 bulan”, untuk menghasilkan “periode perlindungan berlangsung selama 2 tahun”.

Jika pecandu mendambakan pelarian “fly” yang ditawarkan narkoba dan tidak siap menghadapi dunia tanpanya, maka vaksin hanyalah bagian dari solusi. Nanti- nya pecandu bisa menemukan obat yang berbeda.

Dan masih ada tantangan lainnya. Pecandu mungkin hanya menggunakan lebih banyak obat untuk mengesampingkan efek vaksin, tulis Angela Garcia di Los Angeles Times. Vaksin bahkan mungkin dipaksakan pada pecandu atau anak-anak mereka, papar Angela, merujuk kekhawatiran yang bergema di Jurnal Etika Medis milik BMJ.

Banyak kritikus vaksin merasa tidak nyaman dengan pendekatan biologis terhadap kecanduan yang dianut oleh NIDA, yang dapat mengabaikan akar penyebab kecanduan, yang seringkali kembali ke trauma sebelumnya.

NIDA melihat masalah dalam hal yang kurang pribadi.

“Kami telah mengidentifikasi banyak faktor biologis dan lingkungan [kecanduan], dan mulai mencari variasi genetik yang berkontribusi pada perkembangan dan kemajuan penyakit ini,” Drs. Nora D. Volkow, direktur NIDA, mengatakan pada 2007.

Selebaran yang mempromosikan presentasi Drs. Nora ke Commonwealth Club of California pada 2013 berbunyi bahwa dia percaya “semua kecanduan dapat dihilangkan jika reseptor otak dapat dikendalikan.

” Beberapa orang menganggap komentar seperti Orwellian atau sangat mirip dengan distopia yang lebih halus yang dibayangkan dalam “Brave New World”, novel karya Aldous Huxley.

Jika kecanduan dapat diselesaikan di otak, penyakit sosial lain apa yang tidak diinginkan yang mungkin cenderung akan kita obati? Dan setelah COVID-19, hukuman apa yang mungkin dihadapi seseorang jika dia menolak?

Kecanduan Bukan Sekedar Kondisi Otak, Kata Para Ahli

Model “penyakit otak” NIDA tidak hanya memperkaya pembuat obat psikiatris dan Big Pharma, tetapi juga mengabaikan semua alasan sosial untuk kecanduan narkoba.

“Bahkan vaksin anti-kecanduan yang paling efektif pun tidak dapat menyembuhkan faktor-faktor mendasar yang membuat orang rentan menggunakan narkoba, termasuk kemiskinan, kekerasan, dan kurangnya kesempatan,” tulis Angela Garcia. 

“Masalah yang mendasari kausalitas kecanduan, termasuk ketidak- setaraan, keputusasaan, dan keinginan manusia akan kesenangan, tidak dapat diatasi dengan vaksin saja.”

Tentu saja kecanduan narkoba memiliki ciri-ciri penyakit sosial, dan area di mana itu terkonsentrasi mengungkapkan sesuatu tentang budaya kita yang lebih luas dan kondisi sehari-hari di mana orang menemukan diri mereka sendiri. Orang tidak mencari pelarian ke obat-obatan ataupun alkohol tanpa alasan sama sekali, dan beberapa menjadi kecanduan. Kita juga tidak boleh mengabaikan fakta bahwa ketika tuntutan hukum terhadap produsen dan penjual opioid telah berjalan, obat opioid Suboxone adalah penjualan teratas pada 2018 dengan nilai sebesar 859 juta dollar AS.

Kecanduan narkoba jelas bisa menjadi pusat keuntungan industri obat.

Mengobati kecanduan sebagai penyakit otak memiliki risiko lain, menurut editorial di jurnal Addiction. Ini dapat mengurangi pengaruh sosial dan psikologis.

“Menggambarkan kecanduan sebagai ‘penyakit otak’ dapat mengunggulkan pengembangan dan penggunaan intervensi medis yang mahal dan terkadang berisiko, seperti vaksin obat dan stimulasi otak dalam, hingga mengabaikan kebijakan sosial yang terbukti,” tulis editorial tersebut.

 “Gagasan bahwa kecanduan adalah ‘penyakit otak’ mungkin juga memberikan pandangan bahwa kita harus mengidentifikasi minoritas orang yang paling rentan dan mengarahkan mereka ke tindakan pencegahan yang berfokus secara individual (misalnya vaksin) daripada menggunakan strategi yang menargetkan seluruh populasi.”

Masalah lain yang baru-baru ini diliput The Epoch Times adalah efek positif yang ditimbulkan oleh keinginan bebas dan efikasi diri (kemampuan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan) pada banyak hal, mungkin sebagian besar kondisi kesehatan, versus perasaan bahwa tidak ada yang dapat dilakukan.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa rasa efikasi diri seseorang— bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memengaruhi perjalanan hidup melalui pilihan mereka sendiri—merupakan faktor penting dalam pemulihan dari kecanduan.

Jika pecandu percaya seorang profesional medis atau suntikan dapat menyembuhkan kecanduan mereka, hal itu selanjutnya menghilangkan rasa kontrol diri mereka dan dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Culture, Medicine, and Psychiatry pada 2021 sependapat tentang masalah pecandu yang melepaskan tanggung jawab pribadi.

“Sementara pemahaman neurobiologis NIDA tentang kecanduan sangat penting dalam memajukan intervensi dan advokasi farmakoterapi untuk orang- orang yang mengalami penggunaan zat bermasalah, itu tetap dapat diinternalisasi oleh orang-orang seperti Vivian [kasus yang dikutip] yang memahami kekambuhan kronis mereka sebagai ‘hanya bagian dari menjadi pecandu,’” bunyi artikel itu. 

Seperti suara-suara lain, artikel di Culture, Medicine, and Psychiatry mencatat bahwa epidemi penggunaan narkoba, tidak ditemukan secara seragam di antara kelompok orang yang berbeda dan dapat dikaitkan dengan “pengalaman kronis perampasan serta penurunan dan dislokasi pascaindustri”.

Pada catatan yang lebih jelas, para peneliti mencatat bahwa NIDA mungkin memperbesar model kecanduan otak dan vaksin yang sangat terbatas dan mengintegrasikan faktor sosial dan lingkungan ke dalam “model biopsikososial” yang lebih yang mengakui “interaksi kompleks antara biologi, perilaku, dan lingkungan”. 

“Vaksin anti-kecanduan tidak dimaksudkan untuk digunakan sendiri, juga tidak akan bekerja seperti itu,” sebuah artikel yang diunggah oleh Pusat Perawatan Ketergantungan Texas berbunyi. “Mereka dirancang untuk menjadi bagian dari rencana perawatan komprehensif yang menggabungkan metode perawatan berbasis bukti lainnya dan terapi perilaku seperti terapi perilaku kognitif, terapi 12 langkah, atau sesi konseling individu dan kelompok.”

Akankah Vaksin Anti-Kecanduan Dipasarkan?

Sejauh ini, uji coba manusia dengan vaksin terhadap nikotin dan kokain pada 2008 gagal, kata Ivan Montoya dari NIDA pada 2018. Ini bukan pertanda baik untuk vaksin yang lebih baru.

Namun jika vaksin anti-kecanduan berhasil, masalah lain mungkin muncul. Vaksin COVID-19 telah mengungkapkan kurangnya firewall (tembok api, sistem yang dirancang untuk mencegah akses yang tidak diinginkan dari atau ke dalam suatu jaringan internal) antara pejabat pemerintah dan industri. Drs. Nora secara pribadi telah berkolaborasi dengan lima perusahaan farmasi dalam penelitian yang berupaya membantu menerjemahkan “informasi dasar … ke dalam perawatan yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA).” 

Ini tampaknya menjadi konflik kepentingan yang serius. Sementara program pemulihan berbasis agama dan 12 langkah gratis, pencarian perawatan berteknologi tinggi seperti vaksin anti-kecanduan menjanjikan rejeki nomplok yang menguntungkan bagi pembuat obat, yang seharusnya menjadi perhatian kita semua.

Dan mengingat bahwa krisis opioid saat ini dapat secara langsung dikaitkan dengan klaim menyesatkan dari produsen obat ketika mereka memasarkan produk tersebut dan terus-menerus meresepkan produk tersebut, fakta bahwa epidemi sosial yang masif ini dapat menjadi sumber keuntungan utama bagi sebagian dari perusahaan yang sama adalah tidak etis, setidaknya begitu. 

Tentu saja kecanduan adalah masalah besar, dengan kecanduan opioid di peringkat teratas, merenggut lebih dari 140 nyawa orang Amerika per hari, sebagian karena fentanil yang mematikan sedang dijajakan. Kecanduan narkoba lain, termasuk shabu dan, tentu saja, alkohol, juga memiliki konsekuensi yang tragis dan seringkali mematikan.

Pencarian vaksin anti-kecanduan dimulai secara serius ketika Drs. Nora D. Volkow, direktur NIDA, dan Francis S. Collins, direktur NIH saat itu, meminta para ilmuwan dan industri farmasi untuk membantu mengembangkan vaksin khusus terhadap opioid dalam Laporan Khusus Jurnal Kedokteran New England pada 2017. Penelitian untuk perawatan semacam itu terus berlanjut.

Bagaimana tepatnya cara kerja vaksin anti-kecanduan? Menurut Chemical and Engineering News, dalam kasus heroin, vaksin “akan merangsang sistem kekebalan seseorang untuk menghasilkan antibodi yang mengikat heroin. 

Antibodi akan memblokir obat melintasi aliran darah ke otak, menghentikan orang tersebut mengalami “fly” dan mencegah kambuh lagi.”

Singkatnya, antibodi ini “akan mematikan narkotika sebelum dapat berakar di tubuh, atau di otak”, menurut The New York Times.

Batasan untuk Vaksin Perilaku

Meskipun banyak suara medis memberi penghargaan terhadap vaksin semacam itu dan berharap vaksin itu segera tersedia, namun sebagian yang lain lebih skeptis. 

Beberapa menunjukkan bahwa, seperti halnya pengobatan alkoholisme Antabuse (disulfiram), yang menyebabkan seseorang jatuh sakit jika mereka meminumnya, vaksin membutuhkan motivasi dari orang yang kecanduan—mereka harus mau berhenti.

Vaksin anti-kecanduan kemungkinan akan membutuhkan motivasi yang berkelanjutan, seperti potensi vaksin anti- kokain yang dibahas dalam jurnal Clinical Pharmacology & Therapeutics, yang mungkin memerlukan “enam booster tambahan yang diberikan sekali setiap 3 bulan”, untuk menghasilkan “periode perlindungan berlangsung selama 2 tahun”.

Jika pecandu mendambakan pelarian “fly” yang ditawarkan narkoba dan tidak siap menghadapi dunia tanpanya, maka vaksin hanyalah bagian dari solusi. Nanti- nya pecandu bisa menemukan obat yang berbeda.

Dan masih ada tantangan lainnya. Pecandu mungkin hanya menggunakan lebih banyak obat untuk mengesampingkan efek vaksin, tulis Angela Garcia di Los Angeles Times. Vaksin bahkan mungkin dipaksakan pada pecandu atau anak-anak mereka, papar Angela, merujuk kekhawatiran yang bergema di Jurnal Etika Medis milik BMJ.

Banyak kritikus vaksin merasa tidak nyaman dengan pendekatan biologis terhadap kecanduan yang dianut oleh NIDA, yang dapat mengabaikan akar penyebab kecanduan, yang seringkali kembali ke trauma sebelumnya.

NIDA melihat masalah dalam hal yang kurang pribadi.

“Kami telah mengidentifikasi banyak faktor biologis dan lingkungan [kecanduan], dan mulai mencari variasi genetik yang berkontribusi pada perkembangan dan kemajuan penyakit ini,” Drs. Nora D. Volkow, direktur NIDA, mengatakan pada 2007.

Selebaran yang mempromosikan presentasi Drs. Nora ke Commonwealth Club of California pada 2013 berbunyi bahwa dia percaya “semua kecanduan dapat dihilangkan jika reseptor otak dapat dikendalikan.

” Beberapa orang menganggap komentar seperti Orwellian atau sangat mirip dengan distopia yang lebih halus yang dibayangkan dalam “Brave New World”, novel karya Aldous Huxley.

Jika kecanduan dapat diselesaikan di otak, penyakit sosial lain apa yang tidak diinginkan yang mungkin cenderung akan kita obati? Dan setelah COVID-19, hukuman apa yang mungkin dihadapi seseorang jika dia menolak?

Kecanduan Bukan Sekedar Kondisi Otak, Kata Para Ahli

Model “penyakit otak” NIDA tidak hanya memperkaya pembuat obat psikiatris dan Big Pharma, tetapi juga mengabaikan semua alasan sosial untuk kecanduan narkoba.

“Bahkan vaksin anti-kecanduan yang paling efektif pun tidak dapat menyembuhkan faktor-faktor mendasar yang membuat orang rentan menggunakan narkoba, termasuk kemiskinan, kekerasan, dan kurangnya kesempatan,” tulis Angela Garcia. 

“Masalah yang mendasari kausalitas kecanduan, termasuk ketidak- setaraan, keputusasaan, dan keinginan manusia akan kesenangan, tidak dapat diatasi dengan vaksin saja.”

Tentu saja kecanduan narkoba memiliki ciri-ciri penyakit sosial, dan area di mana itu terkonsentrasi mengungkapkan sesuatu tentang budaya kita yang lebih luas dan kondisi sehari-hari di mana orang menemukan diri mereka sendiri. Orang tidak mencari pelarian ke obat-obatan ataupun alkohol tanpa alasan sama sekali, dan beberapa menjadi kecanduan. Kita juga tidak boleh mengabaikan fakta bahwa ketika tuntutan hukum terhadap produsen dan penjual opioid telah berjalan, obat opioid Suboxone adalah penjualan teratas pada 2018 dengan nilai sebesar 859 juta dollar AS.

Kecanduan narkoba jelas bisa menjadi pusat keuntungan industri obat.

Mengobati kecanduan sebagai penyakit otak memiliki risiko lain, menurut editorial di jurnal Addiction. Ini dapat mengurangi pengaruh sosial dan psikologis.

“Menggambarkan kecanduan sebagai ‘penyakit otak’ dapat mengunggulkan pengembangan dan penggunaan intervensi medis yang mahal dan terkadang berisiko, seperti vaksin obat dan stimulasi otak dalam, hingga mengabaikan kebijakan sosial yang terbukti,” tulis editorial tersebut.

 “Gagasan bahwa kecanduan adalah ‘penyakit otak’ mungkin juga memberikan pandangan bahwa kita harus mengidentifikasi minoritas orang yang paling rentan dan mengarahkan mereka ke tindakan pencegahan yang berfokus secara individual (misalnya vaksin) daripada menggunakan strategi yang menargetkan seluruh populasi.”

Masalah lain yang baru-baru ini diliput The Epoch Times adalah efek positif yang ditimbulkan oleh keinginan bebas dan efikasi diri (kemampuan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan) pada banyak hal, mungkin sebagian besar kondisi kesehatan, versus perasaan bahwa tidak ada yang dapat dilakukan.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa rasa efikasi diri seseorang— bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memengaruhi perjalanan hidup melalui pilihan mereka sendiri—merupakan faktor penting dalam pemulihan dari kecanduan.

Jika pecandu percaya seorang profesional medis atau suntikan dapat menyembuhkan kecanduan mereka, hal itu selanjutnya menghilangkan rasa kontrol diri mereka dan dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Culture, Medicine, and Psychiatry pada 2021 sependapat tentang masalah pecandu yang melepaskan tanggung jawab pribadi.

“Sementara pemahaman neurobiologis NIDA tentang kecanduan sangat penting dalam memajukan intervensi dan advokasi farmakoterapi untuk orang- orang yang mengalami penggunaan zat bermasalah, itu tetap dapat diinternalisasi oleh orang-orang seperti Vivian [kasus yang dikutip] yang memahami kekambuhan kronis mereka sebagai ‘hanya bagian dari menjadi pecandu,’” bunyi artikel itu. 

Seperti suara-suara lain, artikel di Culture, Medicine, and Psychiatry mencatat bahwa epidemi penggunaan narkoba, tidak ditemukan secara seragam di antara kelompok orang yang berbeda dan dapat dikaitkan dengan “pengalaman kronis perampasan serta penurunan dan dislokasi pascaindustri”.

Pada catatan yang lebih jelas, para peneliti mencatat bahwa NIDA mungkin memperbesar model kecanduan otak dan vaksin yang sangat terbatas dan mengintegrasikan faktor sosial dan lingkungan ke dalam “model biopsikososial” yang lebih yang mengakui “interaksi kompleks antara biologi, perilaku, dan lingkungan”. 

“Vaksin anti-kecanduan tidak dimaksudkan untuk digunakan sendiri, juga tidak akan bekerja seperti itu,” sebuah artikel yang diunggah oleh Pusat Perawatan Ketergantungan Texas berbunyi. “Mereka dirancang untuk menjadi bagian dari rencana perawatan komprehensif yang menggabungkan metode perawatan berbasis bukti lainnya dan terapi perilaku seperti terapi perilaku kognitif, terapi 12 langkah, atau sesi konseling individu dan kelompok.”

Akankah Vaksin Anti-Kecanduan Dipasarkan?

Sejauh ini, uji coba manusia dengan vaksin terhadap nikotin dan kokain pada 2008 gagal, kata Ivan Montoya dari NIDA pada 2018. Ini bukan pertanda baik untuk vaksin yang lebih baru.

Namun jika vaksin anti-kecanduan berhasil, masalah lain mungkin muncul. Vaksin COVID-19 telah mengungkapkan kurangnya firewall (tembok api, sistem yang dirancang untuk mencegah akses yang tidak diinginkan dari atau ke dalam suatu jaringan internal) antara pejabat pemerintah dan industri. Drs. Nora secara pribadi telah berkolaborasi dengan lima perusahaan farmasi dalam penelitian yang berupaya membantu menerjemahkan “informasi dasar … ke dalam perawatan yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA).” 

Ini tampaknya menjadi konflik kepentingan yang serius. Sementara program pemulihan berbasis agama dan 12 langkah gratis, pencarian perawatan berteknologi tinggi seperti vaksin anti-kecanduan menjanjikan rejeki nomplok yang menguntungkan bagi pembuat obat, yang seharusnya menjadi perhatian kita semua.

Dan mengingat bahwa krisis opioid saat ini dapat secara langsung dikaitkan dengan klaim menyesatkan dari produsen obat ketika mereka memasarkan produk tersebut dan terus-menerus meresepkan produk tersebut, fakta bahwa epidemi sosial yang masif ini dapat menjadi sumber keuntungan utama bagi sebagian dari perusahaan yang sama adalah tidak etis, setidaknya begitu. (jen)

Ahli Kimia Australia Kembangkan Cara Mengekstraksi Merkuri dari Air Menggunakan Bahan Limbah

Steve Milne

Dengan pencemaran air oleh merkuri dianggap sebagai masalah global dan tindakan penghilangan sering kali terlalu sulit atau mahal di negara berkembang, para ahli dari Flinders University South Australia telah mengembangkan bahan ekstraksi baru yang mampu dengan cepat mengikat hampir semua merkuri dalam air yang tercemar.

Pengujian menunjukkan bahwa sorben, yang seluruhnya terbuat dari limbah berbiaya rendah dari minyak bumi, jeruk, dan produksi pertanian, mencapai penyerapan merkuri hampir secara total dalam waktu satu menit dalam kondisi percobaan.

Rekan penulis penelitian ini, Dr. Max Worthington dari Chalker Lab Flinders University, mengatakan dalam siaran pers pada Rabu 18 Mei,  bahwa sorben baru dibuat dengan melapisi silika dengan belerang dan limonene— kombinasi kimia yang telah terbukti secara efektif menyerap limbah merkuri.

“Silika ini dilapisi dengan lapisan poli (S-r-limonene) ultra tipis, menggunakan sisa belerang dalam produksi minyak bumi dan minyak jeruk dari kulit jeruk yang dibuang oleh industri jeruk, telah diuji secara ekstensif dalam berbagai pH dan konsentrasi garam,” katanya.

“Tidak hanya sorben merkuri baru ini yang dapat dengan cepat mengikat merkuri dalam air, tetapi juga mampu secara selektif menyerap merkuri tetapi tidak kontaminan logam lain seperti besi, tembaga, kadmium, timbal, seng, dan aluminium.”

Hanya 27 gram bubuk jeruk yang mengalir secara bebas dapat membersihkan luas permukaan kira-kira seluas lapangan sepak bola dan dapat dengan cepat diproduksi dalam volume yang cukup besar agar sesuai dengan tingkat kontaminasi merkuri, menurut Dr. Max Mann, yang juga anggota Chalker Lab.

Mann mengatakan kepada The Epoch Times melalui email, bahwa jika diterapkan dalam situasi dunia nyata, menurutnya cara terbaik untuk menghilangkan merkuri dari badan air yang terkontaminasi adalah dengan memompa air melalui tangki atau filter yang mengandung sorben.

“Kami belum menyelidiki apakah sorben meninggalkan bahan di dalam air, sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjawab pertanyaan itu,” katanya.

Sementara itu, kandidat PhD Chalker Lab, Alfrets Tikoalu mengatakan agar sorben dibuat lebih berkelanjutan, komponen silika dapat bersumber dari limbah pertanian seperti produksi gandum atau beras. 

“Teknologi remediasi merkuri ini dapat menjadi solusi ekonomi sirkular untuk dunia yang lebih berkelanjutan karena material bernilai tambah ini seluruhnya terbuat dari limbah,” ujarnya.

Artikel, “Pemodelan Penyerapan Merkuri dari Lapisan Polisulfida yang Terbuat dari Belerang dan Limonen” ini, diterbitkan dalam Physical Chemistry Chemical Physics.  (zzr)

Satgas Laporkan Tren Kenaikan Kasus Aktif dan Positif COVID-19 di RI Tiga Minggu Terakhir

ETIndonesia- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat dan Pemerintah Daerah senantiasa berhati-hati dan tidak lengah. Perlu diperhatikan, bahwa terjadi kenaikan tren kasus positif selama 3 minggu terakhir yang diikuti kenaikan kasus aktif dalam 4 hari terakhir. Padahal, selama 3 bulan berturut-turut sejak gelombang Omicron, kasus berhasil dipertahankan tetap stabil.

“Meskipun angkanya terbilang belum signifikan, namun sudah seharusnya kita belajar dari kenaikan kasus pada gelombang COVID-19 yang telah kita alami bersama. Harus diwaspadai adanya kenaikan dalam jumlah yang sekecil apapun,” Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 secara virtual, yang disiarkan YouTube kanal resmi Sekretariat Presiden, Rabu (8/6/2022).

Dari grafik data per 5 Juni 2022 secara nasional, menunjukkan terjadi kenaikan kasus positif mingguan, bertambah 571 kasus atau 31 persen dibandingkan kasus pada 22 Mei 2022. Yaitu dari 1.814 menjadi 2.385 kasus mingguan. Hal yang sama terjadi pada kasus aktif harian, kenaikannya bertambah 328 kasus atau 10 persen dibandingkan pada 2 Juni 2022. Yaitu dari 3.105 menjadi 3.433 kasus aktif harian.

Meski demikian, kenaikan kasus positif dan kasus aktif tidak diikuti kenaikan tren keterisian tempat tidur (BOR) isolasi harian di rumah sakit yang masih stagnan, dan tren kematian mingguan terus menunjukkan penurunan.

Lebih lanjut melihat perkembangan tingkat provinsi, ada 5 provinsi menjadi penyumbang tertinggi kenaikan kasus aktif pada minggu terakhir. Antara lain, DKI Jakarta naik 30 persen, Banten naik 38 persen, Jawa Barat naik 18 persen, DI Yogyakarta naik 45 persen dan Jawa Timur naik 37 persen.

Jika mencermati letak geografisnya, kelimanya dari Pulau Jawa dengan penduduk Indonesia yang terpusat di pulau Jawa. Aktivitas masyarakat yang mulai kembali normal bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya kenaikan kasus aktif. “Mohon dicermati bagi seluruh pemerintah daerah maupun masyarakat pada provinsi tersebut,” tegas Wiku.

Namun ada kabar baiknya, angka kematian pada provinsi-provinsi tersebut cenderung menunjukkan penurunan. Dan persentase BOR masih terjaganya di bawah 3 persen. Kecuali DI Yogyakarta, kematian mingguannya bertambah, dari 1 menjadi 3 kematian dalam minggu terakhir.

Untuk itu, kepada para gubernur dan bupati/walikota, segera memantau dan memitigasi kenaikan yang terjadi. Segera evaluasi kebijakan dan peraturan yang berlaku apabila diperlukan. Dan kepada masyarakat yang sedang dalam euphoria kembali beraktivitas normal, agar tidak lengah. Dengan disiplin masker, dan rajin mencuci tangan, akan sangat membantu terhindar dari penularan.

Masyarakat diminta segera beristirahat di rumah dan periksakan diri ke dokter apabila kurang sehat maupun mengalami gejala COVID-19. Dan bagi yang belum vaksinasi, diharapkan segera mendapatkan dosis ke-3 untuk semakin meningkatkan kekebalan komunitas.

“Virus masih ada di sekitar kita. Ingat, protokol kesehatan adalah kunci keberhasilan di masa pemulihan ekonomi dan aktivitas masyarakat ini,” pungkas Wiku. (Stagas COVID-19/asr)

Menyingkirkan Diri dari Perdagangan dengan Tiongkok, Australia Kembangkan Bisnis dengan Indonesia

Tian Rui

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese yang sedang berkunjung ke Indonesia, mengatakan bahwa Australia harus mendiversifikasi perdagangannya. Kemudian mengalihkan kepentingan komersial dan ekonomi yang terlepas dari Tiongkok ke negara-negara seperti Indonesia dan India

Kerja sama ekonomi menjadi topik penting dalam kunjungan  Perdana Menteri Australia Anthony Albanese ke Indonesia. Pada 7 Juni, Albanese menegaskan kembali pada konferensi pers bahwa Tiongkok harus mencabut sanksi tidak adil yang dikenakan terhadap ekspor Australia.

Ia mengatakan aktivitas perdagangan yang baik harus menguntungkan negara pengekspor dan pengimpor, dan diversifikasi perdagangan akan terus dilakukan, yang penting karena ada tahap di mana perdagangan dengan Tiongkok mencapai lebih dari 45 persen dan Australia perlu membuat peluang perdagangan untuk diversifikasi, dan Indonesia jelas akan memainkan peran yang sangat penting. 

Meski berpenduduk 270 juta jiwa, namun demikian Indonesia hanya menempati urutan 13 mitra dagang Australia. Pada 2020, ekspor Australia ke Tiongkok mencapai 160 miliar dolar Australia, sedangkan ekspor ke Indonesia hanya  7 miliar dolar Australia.

Albanese mengatakan Indonesia akan berkembang menjadi salah satu dari lima ekonomi teratas di dunia dalam beberapa tahun ke depan. Ini merupakan peluang besar bagi Australia. 

Baik pemerintahan Morrison sebelumnya dan pemerintahan Albanese yang baru, telah bekerja untuk mendiversifikasi perdagangan dari ketergantungan kepada pasar Tiongkok.

Di bawah paksaan ekonomi yang diterapkan oleh Tiongkok, ekspor Australia senilai A$20 miliar ke Tiongkok, termasuk batu bara, anggur, dan lobster dibatasi oleh berbagai tindakan seperti tarif dan larangan.

Tiongkok menghentikan dialog tingkat menteri antara Australia dan Tiongkok pada 2020, dan kemudian memasukkan media Australia  dalam daftar 14 keluhan yang dimiliki  Tiongkok dengan Australia, dan berharap pemerintah Australia akan berkompromi.

Setelah Albanese memenangkan pemilihan umum tahun ini, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang berinisiatif mengirim pesan ucapan selamat. Ia juga menyatakan kesediaannya untuk mempromosikan pengembangan “kemitraan strategis” antara kedua negara.

Albanese mengatakan Tiongkok harus mencabut sanksi perdagangan terhadap Australia jika dialog antara kedua negara ingin dilanjutkan. Dia juga menekankan bahwa Australia tidak akan membuat konsesi apa pun terhadap 14 poin yang diajukan oleh Partai Komunis Tiongkok.

Namun demikian, Xiao Qian, duta besar Tiongkok untuk Australia, mengatakan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan The Australian Financial Review bahwa “hubungan politik” antara kedua negara harus ditingkatkan sebelum dimungkinkan untuk mencabut sanksi perdagangan.

Albanese kemudian membuka kunjungannya ke Indonesia, didampingi oleh delegasi tingkat tinggi dari banyak pemimpin bisnis dan eksekutif top Australia.

Salah satu rombongan adalah Presiden Commonwealth Bank (CBA), bank terbesar Australia, Matt Comyn. Ia mengatakan pada jamuan bisnis di Indonesia bahwa CBA telah berada di pasar Indonesia selama 25 tahun, dan bank mendukung perusahaan Australia untuk membangun lebih dekat hubungan ekonomi dengan Indonesia. 

Menurut dia, Indonesia adalah pasar yang sangat besar dengan populasi yang besar dan tren perkembangan yang baik. Untuk perusahaan Australia, hal demikian sangat jelas merupakan pasar yang harus dipertimbangkan. (hui)

Respon Keras Korsel Terhadap Korut Mendorong Perkembangan Militer Jepang

Chen Ting

Para analis mengatakan bahwa respon keras Presiden baru Korea Selatan  Yoon Suk-yeol terhadap provokasi Korea Utara akan membantu Jepang meningkatkan kemampuan militernya. Jika Jepang dan Korea Selatan dapat meredakan perselisihan sejarah yang telah berlangsung lama, maka akan membentuk kembali peta diplomatik Asia Timur yang lebih kuat untuk membendung partai Komunis Tiongkok.

Korea Selatan dan Amerika Serikat menembakkan rudal pada minggu ini. Langkah tersebut menunjukkan kekuatan udara bersama sebagai respon atas rentetan rudal balistik jarak pendek yang ditembakkan oleh Korea Utara pada Minggu 5 Juni.

Ini adalah kedua kalinya Presiden Korea Selatan Yoon Seok-yeol merespon dengan tegas demonstrasi bersenjata Korea Utara sejak ia menjabat pada bulan Mei lalu. Dia menjanjikan respon yang lebih kuat jika pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengabaikan peringatan tersebut.

“Meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea, termasuk tindakan Korea Utara, dan tanggapan kami terhadapnya, akan membuat Jepang tersenyum,” kata  Kim Dong-yub, pakar militer di Universitas Kyungnam di Seoul, mengatakan kepada Reuters. 

Mantan perwira angkatan laut Korea Selatan tersebut mengatakan tanda-tanda bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan uji coba nuklir lainnya, ditambah dengan dimulainya kembali latihan militer bersama antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. Hal demikian memberikan Jepang lebih banyak alasan untuk berubah menjadi negara dengan kemampuan militer normal.

Selama beberapa dekade, Jepang  bersikeras untuk menjaga pengeluaran pertahanan di bawah angka 1 persen dari produk domestik bruto (PDB) untuk melawan militerisme yang menyebabkan Perang Dunia II.

Namun demikian, selama kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Tokyo bulan lalu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menekankan bahwa Tokyo siap untuk mengambil sikap defensif yang lebih kuat terhadap rezim Tiongkok yang semakin berani.

Pihak berwenang Jepang mengatakan ingin secara signifikan meningkatkan pengeluaran pertahanan “selama lima tahun ke depan”.

Pada 23 Mei 2022, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida meninjau penjaga kehormatan pada upacara penyambutan di Akasaka State Guest House di Tokyo, Jepang. (Eugene Hoshiko – Pool/Getty Images)

Leif-Eric Easley, seorang pakar hubungan internasional di Universitas Ewha di Seoul, mengatakan tanggapan yang lebih kuat dari pemerintah Yoon Seok-yeol terhadap provokasi Korea Utara, akan mendapatkan dukungan Jepang, tidak hanya untuk menghalangi rezim Kim, tetapi juga untuk bertahan di bawah tekanan dari Tiongkok, yang mana merupakan bagian dari tatanan regional.

 Yoon Suk-yeol mengatakan dia berharap untuk segera bertemu Perdana Menteri Kishida dan bekerja sama dengannya untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara.

Salah satunya pertemuan terpenting pada KTT NATO di Madrid bulan ini, mungkin adalah pertemuan antara Kishida dan  Yoon Suk-yeol, yang akan memberikan dua sekutu kunci AS di Asia Timur sebuah kesempatan untuk secara bertahap mengesampingkan perselisihan sejarah mereka. 

Jeon In-beom, mantan komandan pasukan khusus Korea Selatan, kepada Financial Times mengatakan bahwa Seoul dan Tokyo perlu memisahkan perselisihan sejarah dan gesekan ekonomi dari kepentingan keamanan bersama.

“Tanpa Jepang, kita tidak bisa memenangkan perang di semenanjung Korea.” Jeon In-beom menunjukkan bahwa dukungan militer dari bandara dan pelabuhan Jepang ke AS dan Korea Selatan sangat penting. “Ini seperti kapal induk yang tidak akan pernah tenggelam dan sangat penting untuk keamanan Korea Selatan. “

Namun demikian, tidak akan mudah untuk sepenuhnya menyelesaikan perbedaan lama antara kedua negara. Financial Times mencatat bahwa selama perjalanan Presiden Biden ke Asia bulan lalu, para pejabat AS berharap Kishida bertemu dengan  Yoon Suk-yeol , tetapi para pejabat Jepang tampaknya menolak gagasan itu.

Upaya diplomatik kini telah beralih dengan mengatur pembicaraan tatap muka antara keduanya pada pertemuan puncak NATO pada 28 dan 29 Juni, menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

Pejabat Jepang lebih didorong oleh kemenangan telak partai  Yoon Suk-yeol dalam pemilihan lokal pekan lalu, kata laporan itu, yang mana memperkuat posisi politik presiden baru.

Konflik antara Jepang dan Korea Selatan memiliki sejarah panjang, selain sengketa kedaulatan atas Dokdo, dan masalah ekonomi yang terkait. Dalam sejarahnya, Jepang telah beberapa kali menginvasi Korea. Dari tahun 1910 hingga 1945, Jepang menginvasi dan menduduki semenanjung Korea, dan pernah memberlakukan kerja paksa, perekrutan paksa, dan perbudakan seksual pada orang Korea.

Meskipun pada tahun 1965, kedua negara menandatangani “Perjanjian Dasar Korea Selatan-Jepang” untuk menormalkan hubungan kedua negara. Pada saat itu, Jepang memberi Korea Selatan dana sebesar US$500 juta, di mana US$300 juta merupakan hibah tunai gratis dan US$200 juta merupakan pinjaman jangka panjang berbunga rendah. Namun demikian, banyak orang Korea Selatan masih menolak Jepang, dan banyak orang Jepang tidak percaya bahwa Korea Selatan akan menghormati kesepakatan baru untuk menyelesaikan masalah sejarah.

Akan tetapi, hasil jajak pendapat yang dirilis oleh National Economic Association of Korea pada bulan April, 74,9% responden percaya bahwa perlu bagi pemerintah Korea Selatan dan Jepang untuk melakukan upaya untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara.

Corey Wallace, seorang ahli urusan militer dan keamanan di Universitas Kanagawa, mengatakan Fumio Kishida telah memenangkan dukungan publik dengan kebijakan pertahanan yang lebih kuat, dan peningkatan hubungan dengan Seoul. 

Corey Wallace menegaskan, situasi di Ukraina telah memicu dukungan publik untuk pembelanjaan pertahanan dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh ancaman Tiongkok sebelumnya. Tokyo melihat  peluang untuk membuka pintu yang tertutup di masa lalu.”

“Meningkatkan hubungan dengan Seoul adalah lapisan gula pada kue,” katanya.

Ia percaya bahwa postur pertahanan bersama yang lebih kuat dari Korea Selatan dan Amerika Serikat terhadap Korea Utara, juga akan membantu Jepang untuk lebih memperhatikan ancaman dari TIongkok.

“Secara teori, Jepang dapat mencurahkan lebih banyak sumber daya militer dan pengeluaran baru untuk memperkuat kehadiran militernya di Laut Barat Daya,” kata Wallace. (hui)

Korut Tembakkan 8 Rudal yang Dikecam Secara Internasional, Pakar : Memperkuat Pencegahan Aliansi Korsel-AS

Korea Utara pada 5 Juni, berturut-turut meluncurkan delapan rudal balistik jarak pendek ke Laut Jepang. Korsel dan Jepang langsung mengajukan protes keras. Pihak Korea Selatan segera bertemu dengan perwakilan khusus AS  untuk membahas rencana tanggapan

NTD

Militer Korea Selatan menegaskan pihaknya mendeteksi sebanyak delapan peluncuran rudal balistik jarak pendek, dari Sunan, Gyacheon, Dongchang-ri dan Pyongyang antara pukul 09:08 dan 09:43. Rudal balistik tersebut diluncurkan di dekat daerah Hamhung.”

Sangat jarang bagi Korea Utara untuk menembakkan sebanyak delapan rudal berturut-turut. Menanggapi situasi tersebut, Korea Selatan segera mengadakan pertemuan keamanan nasional. Setelah diberikan briefing oleh Presiden Yoon Suk-yeol , dia memerintahkan “untuk memperluas pencegahan aliansi Korea-AS dan terus memperkuat postur pertahanan bersama.”

Pada malam tersebut, Kim Gunn, utusan khusus Korea Selatan untuk masalah nuklir, juga bertemu dengan Kim Sung-yong, perwakilan khusus AS untuk Korea Utara di Seoul.

Korea Selatan memandang langkah Korea Utara sebagai “tantangan dan ujian” bagi pemerintah baru Korea Selatan, yang mulai menjabat mei lalu. Pada saat yang sama,  mungkin juga merupakan sebagai aksi protes terhadap latihan militer bersama AS-Korea Selatan yang berakhir sehari sebelumnya.

Angkatan Laut AS dan Korea Selatan menggelar latihan bersama kelompok tempur kapal induk di perairan Okinawa, Jepang dari 2 hingga 4 Juni. AS mengerahkan kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan untuk berpartisipasi.

Sebagai langkah menghadapi provokasi yang tak biasa dari Korea Utara, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan bahwa peluncuran rudal balistik Korea Utara yang berulang, tidak dapat ditoleransi.  Dikarenakan mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan serta masyarakat internasional.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berkata ;  “Kami akan terus bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk mengumpulkan informasi dan memantau situasi.”

Sejak awal tahun ini, Korea Utara telah meluncurkan enam rudal balistik antarbenua, yang mana terus-menerus meningkatkan situasi di Semenanjung Korea.

Presiden AS Joe Biden mengatakan selama kunjungan ke Korea Selatan pada bulan Mei lalu, bahwa dia tidak khawatir tentang uji coba nuklir Korea Utara dan  AS siap untuk setiap tindakan Korea Utara. (hui)

17 Tewas dan 37 Terluka Saat Kereta Api Iran yang Membawa 348 Penumpang Menabrak Ekskavator dan Tergelincir

NTD

Sebuah kereta api Iran pada Rabu (8/6/2022) waktu setempat di dekat kota Tabas di bagian tengah rute antara Mashhad dan Yazd tergelincir. Setidaknya belasan lebih orang tewas setelah kereta tersebut menabrak ekskavator’.

Tabas terletak di Provinsi Khorasan Selatan, 900 kilometer dari Teheran, Iran. Pada pukul 5:30 pagi waktu setempat, unit penyelamat darurat mengatakan bahwa lima dari 11 gerbong sebuah kereta api tergelincir

Mir Hassan Moussavi, wakil kepala perusahaan kereta api milik negara Iran, dalam sebuah wawancara mengatakan kereta api itu membawa 348 penumpang. 

Ia menjelaskan kereta tersebut tergelincir setelah menabrak ekskavator di dekat rel.

Televisi pemerintah melaporkan sebelumnya, seorang juru bicara badan bantuan negara Mojtaba Khaledi mengatakan Sepuluh orang tewas dalam kecelakaan itu dan beberapa lainnya luka-luka. Dua belas dari mereka terluka parah dan telah dibawa ke rumah sakit.

Khaledi kemudian mengupdate laporan dengan mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa sebanyak 17 orang tewas dan 37 terluka.” 

Sebagian besar yang terluka dalam kondisi kritis, jumlah korban tewas bisa meningkat. Khaledi menambahkan bahwa sebanyak “24 ambulans dan tiga helikopter telah dikirim ke tempat kejadian.”

Pada tahun 2016, dua kereta api bertabrakan dan terbakar di Iran utara, menewaskan 44 orang dan melukai puluhan lainnya. (hui)