Home Blog Page 556

IPEF Mengirim Sinyal ke Tiongkok? PM Jepang: Tiongkok Harus Mematuhi Norma-norma Internasional

oleh Zhang Qiling dari NTD Asia Pasifik

Presiden AS Joe Biden pada (23/5/2022) didampingi oleh Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, mengumumkan pembentukan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF).

Presiden AS Joe Biden mengatakan, “Visi ini akan mengarah pada Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, aman, dan tangguh bagi semua orang .”

Anggota pendiri adalah 13 negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, Selandia Baru, dan 7 negara Asia Tenggara: Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, dan Vietnam. Ke-13 negara bersama-sama menyumbang sekitar 40% dari PDB global. Selain Amerika Serikat, Jepang, dan India, 10 negara lainnya menghadiri pertemuan melalui konferensi video.

Presiden AS Joe Biden berkata, pihaknya menciptakan aturan baru untuk ekonomi bisnis abad ke-21. Dengan aturan baru yang mengatur perdagangan, barang dan jasa digital, perusahaan dapat melakukan bisnis di satu negara tanpa harus menyerahkan teknologi yang dipatenkan.

Arsitektur ekonomi Indo-Pasifik Biden dipandang sebagai penyeimbang bagi Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang dipimpin Komunis Tiongkok, dan Biden juga mengindikasikan bahwa Amerika Serikat berinvestasi secara mendalam di kawasan Indo-Pasifik.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berkata Jepang akan bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk membujuk mereka memenuhi tanggung jawab mereka dan mematuhi aturan internasional ketika menghadapi  Tiongkok. (hui)

Aturan Lockdown Tiongkok Mengganggu Rantai Pasokan Global Hingga Mendorong Inflasi AS

0

Jin Shi dan Luo Ya

Masih ada waktu sebulan tersisa di paruh pertama tahun ini, tetapi banyak tempat di daratan Tiongkok masih terkunci. Para ahli  menganalisa bahwa lockdown Tiongkok telah mengganggu rantai pasokan global, menambah inflasi yang sudah tinggi di Amerika Serikat. 

Menurut CNN, Shanghai, sebagai pelabuhan peti kemas terbesar di dunia, saat ini hanya beroperasi dengan setengah kapasitas. Orang dalam di bidang ini mengatakan saat ini membutuhkan waktu 74 hari lebih lama dari sebelumnya untuk mengirim dari Tiongkok  ke Amerika Serikat.

Xie Tian, ​​​​seorang profesor di Aiken School of Business di University of South Carolina, mengatakan: “Sekarang ada ratusan kargo dari seluruh dunia yang tertahan di luar pelabuhan Shanghai,  mereka tidak dapat dikirim keluar. Selebihnya terhadap seluruh dunia, ini akan menyebabkan masalah stagnasi ekonomi. ”

Sekitar 20% barang dan 35% elektronik AS diimpor dari Tiongkok. Masalah rantai pasokan Tiongkok akan mempengaruhi pasokan produk elektronik, pakaian, furniture, dan bahan baku di Amerika Serikat.

Pada tahun lalu, kekurangan semikonduktor telah menyebabkan kekurangan mobil di Amerika Serikat. Harga mobil bekas AS melonjak 35%.

Secara keseluruhan, harga konsumen AS naik 8,5%, terbesar dalam 40 tahun.

Xie Tian menguraikan, Seperti General Motors di Amerika Serikat, yang sekarang memproduksi banyak mobil, diparkir di tempat parkir tersebut hanya menunggu chip baru bisa jalan, jika chip tidak bisa masuk, maka akan timbul masalah serius.

Yan Huixin, wakil kepala eksekutif Pusat WTO dari Institut Penelitian Ekonomi Tiongkok, menunjukkan bahwa penutupan kota-kota Tiongkok telah menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi dan berkurangnya pasokan barang. Sehingga menyebabkan kekacauan dalam rantai pasokan global. Dampak lockdown bisa berlangsung hingga tahun depan.

Yen Huai-shing,  deputy executive directors of Taiwan WTO & RTA Center di the Chung-Hua Institution for Economic Research mengatakan, anda tidak dapat berharap bahwa setelah  tidak diblokir, seluruh produksi dapat diblokir setiap saat untuk mencapai nol kasus. Lingkungan telah menyebabkan konsumsi konsumen di Amerika Serikat dan bahkan di Tiongkok, hingga perilaku menjadi semakin konservatif. Jika daya konsumsi tidak pulih, bahkan jika Tiongkok mencabut blokade, dampaknya dapat berlangsung hingga tahun depan baru akan membaik.

Inflasi yang tinggi secara historis di Amerika Serikat juga telah menyebar ke tingkat politik. Menteri Keuangan AS Janet Yellen baru-baru ini menganjurkan bahwa beberapa tarif yang dikenakan terhadap Tiongkok harus dicabut untuk mengurangi kesulitan rantai pasokan.

Selama pemerintahan Trump, untuk mendesak Tiongkok mengubah praktik perdagangannya yang tidak adil, ia memberlakukan tarif hukuman kepada ratusan miliar dolar barang-barang Tiongkok. Langkah ini akan berakhir pada 6 Juli tahun ini. Apakah akan berlanjut di masa depan, Presiden Biden belum membuat keputusan.

Xie Tian mengatakan langkah ini sebenarnya tergantung terhadap sikap politik pemerintahan Biden dan tingkat pemahaman Komunis Tiongkok. Melanjutkan  tarif  atau bahkan menaikkan tarif hingga meningkatkan pembatasan ekspor teknologi akan membuat Amerika Serikat tidak dapat terus dirugikan lagi oleh Komunis Tiongkok.”

Para ahli menunjukkan bahwa pemerintah AS sangat terpecah mengenai tarif di Tiongkok, dan langkah-langkah yang sedang dipersiapkannya akan mempengaruhi arah hubungan AS-Tiongkok. (hui)

Gempa M 6.5 Dirasakan Warga di Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

ETIndonesia- Guncangan kuat gempa Magnitude 6.5 dirasakan selama beberapa detik oleh masyarakat Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku pada Jumat, (27/5) pukul 09.36 WIB. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Barat Daya melaporkan masyarakat sempat panik, berlari keluar rumah dan perkantoran saat gempa terjadi. 

Gempabumi terjadi di laut pada kedalaman 104 km tepatnya 85 km Barat Daya dari Maluku Barat Daya. Berdasarkan pemodelan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tidak berpotensi tsunami. 

Pantuan BMKG mencatat kekuatan gempa yang diukur dengan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) menunjukkan III-IV MMI di wilayah Tiakur, Kisar dan Alor, yang artinya dirasakan oleh orang banyak, gerabah pecah, dan dinding berderik. Kemudian II MMI di wilayah Kupang.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan, sejauh ini belum ada laporan korban maupun kerusakan, namun petugas masih melakukan monitoring dan mengimbau masyarakat tetap siap siaga jika terjadi gempa susulan.

Berdasarkan kajian inaRISK, Kabupaten Maluku Barat Daya termasuk wilayah dengan potensi bahaya gempa kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 17 kecamatan di kabupaten ini memiliki potensi bahaya tersebut dengan total luas bahaya 429.621 hektar. Selain gempa, wilayah Maluku Barat Daya juga berpotensi bahaya tsunami dengan katagori sedang hingga tinggi.

Menghadapi potensi bahaya gempa dan tsunami, BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan siaga. Bahaya gempa tidak dapat diprediksi secara akurat waktu dan tempat terjadinya.

Pada bencana gempa bumi, sebagian besar warga menjadi korban akibat reruntuhan bangunan. Oleh sebab itu, masyarakat diharapkan telah memiliki rencana kesiapsiagaan keluarga dan dapat melakukan evakuasi mandiri secara jika diperlukan pada saat darurat. (asr)

Banjir Rob dan Gelombang Pasang Menerjang Sepanjang Pantura Jawa Tengah

ETIndonesia- Hampir seluruh wilayah kabupaten dan kota di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah dilanda banjir rob dan gelombang pasang sejak Senin (23/5/2022).

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari merils berdasarkan perkembangan data per Rabu (25/5), wilayah terdampak adalah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.

Data terakhir per 24 Mei 2022, empat desa masing-masing Desa Randusanga Wetan, Desa Randusanga Kulon, Desa Prapag Lor dan Desa Prapag Kidul di Kabupaten Brebes terdampak banjir rob dengan tinggi muka air 10-20 sentimeter. Kemudian Kota Tegal melaporkan empat kelurahan yakni Kelurahan Muarareja, Kelurahan Tegal Sari, Kelurahan Panggung dan Kelurahan Mintaragen terendam banjir rob hingga ketinggian 45 sentimeter. Sementara itu Kelurahan Dampuak di Kabupaten Tegal dilaporkan terendam banjir rob dengan ketinggian 40-100 sentimeter.

Banjir rob juga dilaporkan merendam wilayah Kota Pekalongan dengan ketinggian muka air antara 10-90 sentimeter. Akibat peristiwa itu, sebanyak 221 jiwa terpaksa harus mengungsi. Kabupaten Pekalongan melaporkan empat desa yang terdampak banjir rob dengan ketinggian 5-40 sentimeter. Adapun keempat desa tersebut meliputi Desa Tegaldowo, Desa Karangjompo, Desa Mulyorejo dan Desa Depok.

Berikutnya di Kabupaten Pemalang ada sebanyak delapan desa yang terendam banjir rob dengan ketinggian air 30-100 sentimeter. Kedelapan desa itu meliputi Desa Pesantren, Desa Mojo, Desa Ketapang, Desa Kaliprau, Desa Tasikrejo, Desa Blendung, Desa Kertosari dan Desa Limbangan. Adapun wilayah Kabupaten Batang, banjir rob dengan tinggi muka air hingga 40 sentimeter mendam Desa Klidang Lor dan Kelurahan Karangasem Utara, yang berbatasan langsung dengan laut Jawa.

Selanjutnya banjir rob dilaporkan berdampak di lima desa dan dua kelurahan yang berada di Kabupaten Kendal, yakni Desa Mororejo, Desa Wonorejo, Desa Kartikajaya, Desa Wonosari, Desa Pidodokulon, Kelurahan Karangsari dan Kelurahan Bandengan. Peristiwa itu berdampak pada 1.847 jiwa.

Selanjutnya di Kota Semarang telah terjadi banjir rob dengan tinggi muka air hingga lebih dari 1 meter. Peristiwa itu terjadi setelah tanggul penahan air laut jebol karena tidak mampu menampung air laut yang terus naik akibat gelombang tinggi. Wilayah paling parah terdampak banjir rob adalah di kawasan Lamicitra, termasuk wilayah Bandarharjo, Kebonharjo, Tambak Lorok dan Kemijen yang berbatasan langsung dengan laut Jawa.

Kemudian banjir rob dilaporkan terjadi di Desa Sriwulan, Desa Purworejo, Desa Morodenak dan Desa Margolinduk di Kabupaten Demak. Peristiwa itu telah berdampak pada kurang lebih 10 ribu jiwa. Ketinggian muka air akibat rob tercatat 25-100 sentimeter. Adapun banjir rob juga melanda wilayah Kabupaten Jepara, meliputi Desa Kedungmalang, Desa Surodadi dan Desa Panggung. Jarak rumah yang terdampak banjir rob rata-rata hanya kurang lebih 500 meter dari bibir pantai. Banjir itu merendam permukiman warga dengan ketinggian muka air 10-20 sentimeter.

Kabupaten Pati melaporkan wilayah yang paling banyak terdampak banjir rob. Adapun wilayah tersebut meliputi Desa Puncel, Desa Banyutowo, Desa Dukuhseti, Desa Alasdowo, Desa Tegalombo dan Desa Kinanti di Kecamatan Dukuhseti. Kemudian Desa Dororejo, Desa Sambiroto, Desa Tunggulsari, Desa Jepatlor, Desa Margotuhu dan Desa Keborama di Kecamatan Tayu. Adapun Desa Margomulyo, Desa Bulumanis, Desa Pangkalan, Desa Pohijo, Desa Tunjungrejo dan Desa Margotuhu di Kecamatan Margoyoso. Selanjutnya Desa Kertomulyo, Desa Sambilawang, Desa Tlutub, Desa Khadilangu dan Desa Guyangan di Kecamatan Trangkil. Berikutnya adalah Desa Bendar, Desa Kudukeras dan Desa Bakaran di Kecamatan Juwana.

Banjir rob berikutnya dilaporkan terjadi di wilayah Kabupaten Rembang. Di wilayah kabupaten paling timur di bagian utara provinsi Jawa Tengah itu sedikitnya ada sembilan desa yang terdampak, meliputi Desa Gegunung Kulon, Desa Pandean, Desa Tasikagung, Desa Pantiharjo, Desa Pasar Banggi, Desa Pandangan, Desa Karangharjo, Desa Kalipang dan Desa Banyudono. Dari seluruh wilayah yang terdampak, ada 119 KK yang terdampak dan 11 orang warga mengungsi.

Peristiwa banjir rob yang meluas itu menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah adanya fenomena _perigee_, yakni kondisi jarak terdekat bulan dengan bumi. Pada kondisi ini, orbit bulan berada di dekat bumi dan dapat mempengaruhi adanya pasang surut air laut. Adapun faktor lain adalah adanya peningkatan ketinggian gelombang yang terjadi di utara jawa.

Sebelumnya BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini sejak 13 Mei 2022 terkait adanya potensi banjir pesisir di beberapa wilayah Indonesia yang bersamaan dengan datangnya fase bulan purnama dan _perigee_. Menurut BMKG, banjir rob seperti yang terjadi di sepanjang pantura diprediksi dapat berlangsung hingga 25 Mei 2022.

Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama lintas instansi dan relawan di masing-masing kabupaten dan kota yang terdampak terus berupaya untuk melakukan penanganan darurat bencana dengan memprioritaskan keselamatan masyarakat. BPBD dan tim gabungan yang lain juga fokus pada pengurangan risiko bencana dan meminimalisir dampak apabila terjadi bencana susulan dengan membuat penahan gelombang sementara, membersihkan sumbatan sungai dan melakukan normalisasi muara-muara sungai.

Di samping itu, masing-masing BPBD juga telah mendirikan tenda pengungsian dan posko darurat bencana termasuk dapur umum guna menyuplai kebutuhan permakanan bagi warga terdampak.

Sebagai bentuk responsif dan kepedulian terhadap keselamatan masyarakat, BPBD dari kabupaten dan kota terdekat menerjunkan tim guna membantu percepatan penanganan bencana, seperti dari BPBD Kabupaten Grobogan, BPBD Kota Salatiga, BPBD Kabupaten Banjarnegara dan lintas instansi terkait lainnya.

Guna mengantisipasi adanya bencana susulan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada seluruh instansi OPD terkait dan masyarakat agar bersama-sama melakukan upaya pengurangan risiko bencana. Upaya seperti pemantauan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), pembersihan sampah maupun material lain yang dapat menyumbat aliran air, monitoring kondisi tanggul, jalan dan jembatan di kawasan pesisir. Untuk jangka menengah dan panjang, rehabilitasi ekosistem pesisir seperti mangrove perlu dikedepankan sebagai benteng alam dalam mencegah rob. (asr)

Warga Shanghai Nekat Memutuskan Rantai dan Membuka Blokir, Komite Pemerintah Mandiri Penyelamatan Diri Dibentuk

0

Pencegahan epidemi ekstrem partai Komunis Tiongkok menimbulkan kemarahan publik. Gerakan self-unblocking muncul di Shanghai.  Orang-orang bangkit dan menolak untuk terus ditutup secara paksa. Di banyak komunitas seperti Distrik Xuhui dan Distrik Jing’an, warga berjuang dengan alasan untuk mencabut lockdown dengan sendirinya dan bebas masuk dan keluar rumah. Warga Shanghai berkata: “Kami membebaskan diri kami sendiri, datang dan pergi dengan bebas”

Zhao Fenghua dan Jiang Dia

Pada 22 Mei, di Komunitas Huixianju, Distrik Xuhui, Shanghai, Tiongkok, ratusan penduduk bergegas keluar dari gerbang besi yang diblokir untuk memprotes blokade yang berlanjut oleh pihak berwenang.

Pada sore itu, warga membuat kesepakatan di WeChat untuk pergi ke komite lingkungan untuk membahas dan meminta untuk membuka pintu gedung. Akhirnya, rantai di pintu dilepas.

Kemudian, semua orang-orang berjalan ke kantor untuk membahas penjelasannya. Meski mobil polisi dan polisi militer dikerahkan, mereka gagal menghentikan aksi membuka blokir oleh warga.

Pada 23 Mei pukul 10.00, warga mengangkat blok sendiri dan keluar masuk dengan bebas.

Orang-orang mengangkat ponsel mereka untuk merekam perjalanan bebas pertama mereka setelah kota itu di-lockdown.

Menurut sebuah laporan oleh Radio Free Asia, pada 22 Mei, sebuah organisasi yang menamakan dirinya “Komite Penyelamatan dan Otonomi Shanghai” mengeluarkan deklarasi berjudul “Jangan Menjadi Budak, Penyelamatan Diri dan Otonomi”.

Deklarasi tersebut menyatakan, “Kami adalah tetangga Anda, tetangga, atau bahkan salah satu kerabat dan teman Anda, sekelompok orang yang bernafas dan berbagi takdir dengan Anda.”

Deklarasi tersebut menekankan bahwa semakin banyak warga Shanghai mulai merenung, bangkit, bertindak, maju, tidak mau menjadi budak, dan bangkit melawan kekerasan!

Deklarasi tersebut menekankan bahwa Shanghai tidak menutup kota, bahkan selama periode penjajahan Jepang, yang merupakan kejahatan langsung terhadap kemanusiaan dan perang langsung terhadap rakyat!

Di Komunitas Lianyang di belakang Perusahaan Shanghai Dafeng, pihak berwenang tidak mengizinkan karyawan untuk kembali ke kampung halaman mereka.  Bahkan memukuli orang-orang, menyebabkan warga menonton dengan marah.

Seorang pekerja migran di Shanghai berjalan kaki 20 kilometer hanya untuk pulang lebih awal.

Warga Shanghai berkata: “Dari Fengxian, saya telah berjalan hampir 20 kilometer ketika saya berjalan ke tempatnya.”

Warga Shanghai menuturkan: “Masih ada sekitar 36 kilometer dari sini ke stasiun kereta cepat Hongqiao. Dia benar-benar tidak bisa berjalan. Saya akan datang menjemputnya sekarang.”

Seorang Pekerja migran dari Shanghai juga berkata: “Pertama kali saya datang ke Shanghai, saya baru datang untuk bekerja selama sehari, dan saya telah di kunci selama dua bulan.”

Banyak juga pekerja migran di Shanghai yang sudah sangat menderita untuk kembali ke kampung halamannya. Kini masih terdampar karena berbagai alasan. Jalan pulang masih panjang.

Sama seperti orang-orang Shanghai bangkit melawan penutupan kota dengan kekerasan, pencegahan epidemi ekstrem Beijing juga meningkat.

Penduduk Beijing: “Distrik Chaoyang, Beijing”

Penduduk Beijing mengatakan, kini pemerintah telah datang untuk menutup pintu gedung mereka. Ada lebih dari 100 rumah tangga yang tinggal di sebuah gedung dengan 26 lantai.”

Seorang Penduduk Beijing berkata: “mereka akan menutup menyegel pintu, jadi bagaimana dengan bahaya keselamatan? Bagaimana jika ada kebakaran di gedung? Bagaimana jika orang tua sakit?”

Tidak hanya di Distrik Chaoyang, tetapi juga di Nangangwa, Distrik Fengtai, petugas pencegahan epidemi juga menggunakan pelat baja biru untuk menyegel pintu setiap rumah.

Di Wuxi, provinsi Jiangsu, Tiongkok, orang-orang berkumpul di bawah tembok perbatasan Jiangyin dan Changzhou untuk menuntut pencabutan lockdown, berteriak dari pagi hingga malam!

“Buka blokir! Buka blokir! Buka blokir! Buka blokir!”

Di bawah pencegahan epidemi yang ekstrem, orang-orang secara bertahap terbangun, dan protes kelompok berlanjut satu demi satu. Gerakan melindungi diri sendiri dan membuka blokir sendiri terus berlanjut dan berkembang. (hui)

Pakar Keamanan Pangan : Persediaan Gandum Dunia Tersisa Hanya Cukup untuk 10 Pekan

oleh Jack Phillips

Di tengah konflik yang terjadi di Ukraina dan larangan ekspor gandum di India, dalam beberapa pekan terakhir, dunia hanya memiliki persediaan gandum untuk sekitar 10 minggu, kata seorang pakar keamanan pangan.

Sara Menker, kepala eksekutif analis pertanian Gro Intelligence mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB pada 19 Mei, bahwa perang Rusia-Ukraina hanya memperparah krisis. Itu bukan alasan utama kekurangan gandum. Ukraina dan Rusia bersama-sama memproduksi sekitar sepertiga dari total produksi gandum dunia.

“Saya tegaskan bahwa perang Rusia-Ukraina tidak menciptakan krisis ketahanan pangan. Tetapi memperparah krisis”, kata Sara Menker. Ia juga mengatakan pihaknya telah mendeteksi rapuhnya rantai pasokan gandum jauh sebelum pandemi COVID-19.

“Saya berbagi (pandangan) ini karena saya hal penting yang perlu semua orang pahami adalah bahwa meskipun jika perang (Rusia-Ukraina) berakhir besok, tanpa tindakan bersama, ketahanan pangan kita tidak akan terselesaikan dalam waktu dekat”, katanya.

Sambil memperlihatkan datanya, Sara Menker mengatakan, akibat kenaikan harga tanaman utama tahun ini, menyebabkan jumlah penduduk dunia yang menghadapi kerentanan pangan bertambah sebesar 400 juta jiwa. 

“Dalam kasus gandum, stok dunia hanya cukup untuk 10 pekan saat ini”, katanya.

Ia juga mengatakan, situasi yang dihadapi saat ini lebih buruk daripada tahun 2007 dan 2008. Penting untuk dicatat bahwa tingkat stok biji-bijian global berada pada tingkat rekor terendah, pasokan pupuk sangat ketat, dan daerah penghasil gandum dunia sedang menghadapi kekeringan terburuk dalam 20-an tahun terakhir. Masalah stok serupa juga muncul di jagung dan biji-bijian lainnya. Rasanya perkiraan pemerintah perlu dipertanyakan.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken menuduh Rusia memblokir ekspor gandum Ukraina, mengklaim bahwa Moskow menggunakan gandum sebagai senjata perang. Tetapi langsung ditolak mentah-mentah oleh Rusia. 

“Pemerintah Rusia tampaknya berpikir bahwa menggunakan biji-bijian sebagai senjata akan membantu menyelesaikan apa yang belum mereka capai lewat perang … mematahkan semangat rakyat Ukraina”, kata Blinken.

Namun, Sara Menker mencatat bahwa alasan persediaan gandum berkurang adalah kekeringan di seluruh dunia yang dipicu lagi oleh kekurangan pupuk dan masalah cuaca lainnya.

David Beasley, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia mengatakan bahwa dunia sekarang menghadapi krisis parah yang belum pernah dialami sebelumnya. Ia mencatat bahwa ada 49 juta orang di 43 negara sedang “mengetuk pintu kelaparan”. Dia mengingatkan bahwa kelaparan dapat mengobarkan kerusuhan politik.

“Saat kita berbicara, kita melihat kerusuhan dan protes sudah terjadi di Sri Lanka, Indonesia, Pakistan, Peru. Kami telah melihat adanya dinamika yang tidak stabil di Burkina Faso, Mali dan Chad. Ini hanyalah tanda-tanda dari gejolak yang mungkin muncul di kemudian hari”. (sin)

Analis : Kunjungan Wang Yi ke Kepulauan Pasifik Selatan dan Timor Leste Mempercepat Pola Konfrontasi Tiongkok – AS

oleh Zheng Jing

Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengumumkan bahwa Menteri Luar Negeri Wang Yi pada Kamis 26 Mei akan mengunjungi tujuh negara kepulauan Pasifik Selatan dan Timor Leste. Selain itu ia juga akan memimpin KTT Menlu Tiongkok – Pasifik di Fiji. Saat ini, bertepatan dengan baru berakhirnya kunjungan Presiden AS ke Jepang dan Korea Selatan dalam rangka menghadiri KTT Keamanan 4 Negara (Quadrilateral Security Dialogue) dan meluncurkan kesepakatan kerja sama ‘Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik’ yang melibatkan partisipasi dari 13 negara. Analisis berpendapat bahwa kunjungan Wang Yi kali ini hanya akan mempercepat pola konfrontasi antara Tiongkok dengan Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa Tiongkok akan sulit untuk merealisasikan keinginannya

Analisis : Kunjungan Wang Yi ke 8 negara mendorong kecepatan pola konfrontasi Tiongkok-AS

Pada 24 Mei, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin mengumumkan melalui situs resmi bahwa mulai 26 Mei hingga 4 Juni, Menlu. Wang Yi akan melakukan kunjungan resmi ke tujuh negara di Kepulauan Pasifik Selatan, termasuk Kepulauan Solomon, Kiribati, Samoa, Fiji, Tonga, Vanuatu, Papua Nugini, dan Timor Leste di Asia Tenggara.

Wang Wenbin menyebutkan bahwa selain 8 negara yang disebutkan di atas, Wang Yi juga akan melakukan “cloud visit” ke Mikronesia, dan mengadakan konferensi video dengan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kepulauan Cook dan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri dari Niue. Wang Yi juga akan memimpin Pertemuan Menteri Luar Negeri Tiongkok – Kepulauan Pasifik ke-2 di Fiji.

Pada April tahun ini, Tiongkok menandatangani pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon yang di mata para analis dipandang sebagai awal dari niat Beijing untuk menempatkan pasukan di Pasifik Selatan. Sehari sebelumnya, Pemerintah Kepulauan Solomon mengonfirmasi bahwa kedua pihak akan menandatangani perjanjian keamanan utama. Namun Perdana Menteri Solomon, Manasseh Sogavare sebelumnya pernah menekankan bahwa Beijing tidak akan diizinkan untuk mendirikan pangkalan militer di Kepulauan Solomon.

VOA menyebutkan bahwa kesepakatan tersebut termasuk pakta keamanan yang dikritik oleh Amerika Serikat, Australia dan Jepang. Negara-negara Barat khawatir bahwa kesepakatan memberi peluang kepada pemerintah Tiongkok untuk menghadirkan militernya di Pasifik. Perdana Menteri Australia yang baru terpilih Anthony Albanese mengatakan, kesepakatan itu mengurangi rasa aman bagi Australia.

Baru-baru ini, juga beredar berita bahwa Tiongkok dan Kiribati sedang bernegosiasi untuk menandatangani perjanjian keamanan, dan bermaksud untuk merenovasi landasan pacu bandara militer yang ditinggalkan oleh militer AS di Kiribati. Konon, sebuah negara pulau Pasifik Selatan lainnya juga sedang bernegosiasi dengan Beijing.

Komentator Wang He mengatakan kepada media ‘Epoch Times’ bahwa kunjungan Wang Yi tidak hanya sebagai isyarat diplomatik, tetapi juga strategi konfrontasi internasional dengan Amerika Serikat. Dia berpendapat bahwa belakangan ini, pola strategis internasional sedang berkembang ke arah semakin meruncingnya konfrontasi Tiongkok – AS. Di kawasan Indo-Pasifik, negara-negara kepulauan Pasifik menjadi salah satu fokus persaingan Tiongkok – AS.

Tiongkok berharap 3 tujuan utamanya terwujud melalui negara-negara kepulauan Pasifik

Negara-negara kepulauan Pasifik mencakup 27 negara dan wilayah, 14 di antaranya adalah negara merdeka dan berdaulat dengan jumlah penduduk yang sedikit dan ekonomi yang relatif terbelakang, tetapi memiliki wilayah laut yang luas. Karena keberadaannya di pertengahan lintasan lalu lintas yang menghubungkan benua Asia dengan Benua Amerika, maka negara-negara kepulauan Pasifik Selatan ini memiliki posisi strategis yang penting.

Wang He mengatakan bahwa setelah berakhirnya Perang Dingin, pemerintah Tiongkok mengambil kesempatan dari Amerika Serikat yang mengabaikan negara-negara kepulauan Pasifik tersebut. Tentu saja Beijing memiliki rencananya sendiri untuk memenangkan, menyusup dan mengendalikan negara-negara kepulauan Pasifik tersebut.

Dia mengatakan bahwa dalam hal diplomasi politik, masih bermanfaat dalam upaya memblokir ruang internasional Taiwan (ada 4 negara pulau Pasifik Selatan yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan), mereka masih bersedia memberikan suaranya kepada Tiongkok dalam acara-acara internasional besar seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam hal ekonomi, kesempatan untuk menjarah sumber dayanya yang kaya, seperti sumber daya laut dan mineral. Pemerintah Tiongkok telah membentuk pengaruh tertentu di negara-negara kepulauan Pasifik Selatan melalui perdagangan, utang, bantuan, kontrak proyek, pariwisata dan lainnya.

Wang He mengatakan bahwa secara militer, keberadaan militer Tiongkok di kepulauan pasifik Selatan itu berarti sudah menembus garis pertahanan rantai pulau yang telah disusun oleh AS, selain itu Tiongkok juga bisa memanfaatkan kapal selam nuklir yang bergerak menuju Pasifik Selatan untuk mengancam Amerika Serikat, termasuk melakukan serangan nuklir jika perlu. Agar Tiongkok dapat melakukan serangan itu, perlu peluncuran yang dekat sasaran, dan daerah terbaik untuk itu ialah pulau-pulau di Pasifik Selatan. Inilah yang menjadi kekhawatiran terbesar AS.

Demi mencapai tujuannya, pemerintah Tiongkok telah menyusun strategi pendekatan dengan memprakarsai pembentukan ‘Forum Kerjasama Pembangunan Ekonomi Tiongkok – Negara-Negara Kepulauan Pasifik’ pada April 2006. Dan Pada 2014 dan 2018, Xi Jinping 2 kali mengunjungi negara-negara kepulauan Pasifik untuk  menjalin kemitraan strategis yang komprehensif.

Inisiatif ‘Sabuk dan Jalan’ pemerintah Tiongkok juga dikembangkan sampai Pasifik Selatan. 11 negara pulau berturut-turut telah menandatangani perjanjian dengan Tiongkok. KTT Melu Tiongkok – Pasifik pertama telah diadakan pada bulan Oktober tahun lalu.

Wang He mengatakan bahwa, penandatanganan perjanjian keamanan antara Beijing  dengan Kepulauan Solomon telah mendorong persaingan antara Tiongkok – AS ke situasi yang semakin terbuka dan memanas.

Biden memperkuat aliansi Indo-Pasifik untuk menghadapi ancaman PKT

Kurt Campbell, seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) dalam pidatonya di Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengatakan, dirinya memperkirakan bahwa kawasan Pasifik mungkin menjadi tempat di dunia yang paling mungkin menimbulkan “kecelakaan strategis” di kemudian hari. 

Wang He percaya bahwa AS sedang memperkuat penempatan militernya di Pasifik Selatan untuk mencegah Tiongkok mendirikan pangkalan militer di sana, sekaligus menghindari terjadinya “kecelakaan strategis”, menyediakan pilihan lain yang berbeda dengan inisiatif ‘Sabuk dan Jalan’ pemerintah Tiongkok.

Pemerintahan Biden juga mengusulkan RUU ‘Rencana Marshall untuk Pasifik Selatan’ dan ‘Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik’. 

Selain itu, bergabung dengan sekutu seperti Australia, Selandia Baru, Jepang, dan Prancis untuk memperkuat dukungan bagi pembangunan negara-negara di Kepulauan Pasifik Selatan, seperti mencegah Tiongkok menguasai jaringan komunikasi di kawasan itu, mengatur arus informasi. Amerika Serikat, Jepang, Australia memutuskan untuk bekerja sama dalam membangun jaringan komunikasi di wilayah Pasifik Selatan.

Wang He mengatakan bahwa semua pihak akan bekerja sama untuk mengekang ekspansi militer Tiongkok di Pasifik Selatan.

Dalam beberapa hari terakhir, Presiden AS Biden melakukan perjalanan ke Asia, di mana ia telah bersekutu dengan Korea Selatan, Jepang, dan negara-negara Indo-Pasifik lainnya untuk mengepung Tiongkok dari aspek ekonomi, keamanan, dan militer.

Pada 24 Mei, Biden bersama dengan para pemimpin Jepang, Australia, dan India berkumpul di Tokyo untuk pertemuan puncak 4 negara. Mereka mengeluarkan pernyataan menentang tindakan koersif dan provokatif pemerintah Tiongkok, yang mana bertujuan secara sepihak mengubah status quo di kawasan Indo-Pasifik. Mereka juga meluncurkan inisiatif berbasis satelit untuk membantu negara-negara Indo-Pasifik, melacak kapal-kapal penangkapan ikan ilegal dan kapal milisi maritim ilegal Tiongkok.

Pada 23 Mei, Biden meluncurkan “Indo-Pacific Economic Framework” (IPEF) di Jepang yang diikuti oleh 13 negara peserta yang menjadi anggota pendiri, termasuk Korea Selatan, Jepang, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Brunei, Singapura, Thailand, Vietnam , Australia, Selandia Baru. “Kami sedang menciptakan aturan baru”, kata Biden.

Mengenai masalah Taiwan, Biden mengatakan bahwa jika Tiongkok memaksakan diri untuk menyerang Taiwan dengan kekuatan militer, maka Amerika Serikat akan melakukan intervensi militer untuk membela Taiwan. Biden menegaskan bahwa kebijakan Amerika Serikat terhadap Taiwan tidak berubah.

Biden juga mengeluarkan pernyataan bersama masing-masing dengan Jepang dan Korea Selatan, dan bertemu dengan perdana menteri Australia dan India untuk memastikan bahwa kasus agresi militer Rusia ke Ukraina tidak akan terulang di Indo-Pasifik.

Ian Johnson, pakar di Dewan Hubungan Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan kepada VOA  bahwa banyak negara berusaha untuk mengucilkan Beijing dan itu bukan karena AS mempengaruhi mereka, tetapi karena kebijakan luar negeri agresif yang diterapkan oleh rezim Beijing. Jadi, daripada menganggap itu sebagai keberhasilan dari diplomasi Amerika Serikat, lebih banyak karena Tiongkok (Partai Komunis Tiongkok) yang mempermalukan dirinya sendiri. (sin)

Ekonomi Biden vs Ekonomi “Pandemi” Xi Membuat Dunia Tercengang

He Qinglian

Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok masing-masing adalah bos tertua dan bos kedua perekonomian dunia. Total PDB (Pendapatan Domestik Bruto) dunia 2021 adalah sekitar USD 95 triliun, dengan PDB AS sebesar USD 23 triliun, atau sekitar 21,7% dari total PDB dunia; sedangkan Tiongkok sebesar USD 17,7 triliun, atau sekitar 18%; total PDB kedua negara mencapai 2/5 dari seluruh perekonomian dunia. 

Oleh sebab itu pula, perekonomian AS dan Tiongkok tahun ini mengalami “stagflasi” dan “semi- stagflasi”, pasti akan berdampak pada dunia. 

Yang dimaksud dengan “stagflasi ekonomi” adalah perlambatan ekonomi ditambah dengan kenaikan inflasi yang tinggi, dan munculnya pengangguran yang tinggi secara bersamaan, produksi menurun.  

Bahkan muncul gelombang kebangkrutan. Bagi orang Amerika, “stagflasi” adalah kejadian pada 1969; yang terjadi pada Tiongkok adalah semi-stagflasi, kondisi ini juga pernah terjadi sebelumnya. Oleh sebab itu daya tahan rakyat Tiongkok lebih kuat bila dibandingkan dengan orang Amerika yang telah terbiasa hidup nyaman.

Stagflasi Ekonomi AS: Akibat Dari “Ilmu Ekonomi Biden”

Kita analisa lebih dulu bos tertua yakni Amerika Serikat. Pemerintah Biden begitu mulai berkuasa langsung menempatkan Tiongkok sebagai pesaing utamanya, serangkaian rencana belanja publik yang sangat besar pun digelontorkan, skalanya mencapai USD 6 triliun, atau sekitar 30% PDB Amerika. Di antaranya meniru cara Tiongkok pada awal Reformasi Keterbukaan dulu yakni membangun infrastruktur berskala besar untuk menstimulus ekonomi, selain itu pada urutan kedua mengembangkan sumber energi hijau dan memberikan kesejahteraan, kemudian serangkaian kebijakan tersebut oleh media massa AS digelari “ilmu ekonomi Biden”. 

Walaupun rencana tersebut belum resmi berjalan, tapi anggaran untuk kesejahteraan dan semacamnya telah menyebabkan utang publik AS dalam setahun melonjak USD 10 triliun. Pada 10 Februari lalu, Kemenaker AS mengumumkan, inflasi AS mencapai 7,9%, memecahkan rekor tertinggi sejak empat dasawarsa terakhir. Waktu itu belum terjadi perang Rusia-Ukraina, media massa sayap kiri AS pun hanya bisa ikut menggerutu, dan mengakui bahwa “ilmu ekonomi Biden” telah memicu inflasi tinggi. Perang Rusia-Ukraina dimulai pada 24 Februari lalu, pada Maret inflasi AS pun langsung melonjak menjadi 8,5%, kembali memecahkan rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir. 

Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki dalam pidato 10 Maret langsung melimpahkan inflasi tersebut sebagai kesalahan akibat perang Rusia- Ukraina, dengan mengatakan “diperkirakan kenaikan harga BBM dan energi yang diakibatkan invasi Rusia ke Ukraina bersifat sementara”.

Yang membuat pemerintah Biden semakin dipermalukan adalah perekonomian AS memasuki pertumbuhan negatif: Pada 28 April lalu, Kemendag AS mengumumkan, rasio konversi tahunan kuartal pertama 2022, PDB Amerika turun 1,4%, yang secara drastis memutar balik kondisi pertumbuhan kuartal keempat 2021 sebesar 6,9%. Perekonomian AS menyusut untuk pertama kalinya sejak merebaknya pandemi.

Data di atas menjelaskan, perekonomian AS telah memasuki masa “stagflasi”. Penyebab stagflasi sangat jelas yakni: Sejak 2020, kebijakan AS menstimulus perekonomian dengan mencetak uang dalam jumlah besar, dengan harapan uang yang dicetak dalam jumlah besar itu dapat secara langsung memberikan kesejahteraan bagi warganya, dan membuat belanja pemerintahan menjadi besar, agar dapat merangsang pertumbuhan ekonomi. 

Di satu sisi warga “telah kecanduan dengan uang yang jatuh dari langit” itu, tidak mau lagi bekerja keras; di sisi lain utang negara telah menumpuk tinggi serta mengedarkan uang dalam jumlah besar, dan menyebabkan hingga 7 Mei 2022 lalu, utang negara AS telah menumpuk menjadi USD 30,43 triliun. 

Walaupun teori moneter modern yang telah dicintai sejak pemerintahan Obama AS menyatakan bisa mencetak uang tanpa batas, tapi kenyataan telah memberitahu dunia: Berharap pada mencetak uang untuk melajukan pertumbuhan ekonomi pada dasarnya adalah bertentangan dengan akal sehat, dan tidak mungkin akan berhasil, jika tidak maka Zimbabwe tidak akan tersiksa bertahun-tahun akibat inflasi yang begitu buruk.

Dolar AS sebagai mata uang internasional, dapat mengalihkan sebagian risikonya ke luar negeri, namun tingkat pengalihannya juga terbatas. Hingga awal November 2021, dampak dari peredaran uang AS yang berlebihan sudah mulai terlihat—pertumbuhan ekonomi tidak hanya merosot drastis, inflasi juga terus melonjak naik. 

Harga properti di AS ikut melambung tinggi, indeks harga rumah versi S&P CoreLogic Case-Shiller US National Home Price Index merilis data, pada Januari tahun ini, harga properti AS telah melonjak 19,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kalau sudah begini, bagaimana baru dapat menekan inflasi? Dalam pidato pada Januari lalu Direktur IMF menyebutkan, gerakan nol pandemi di Tiongkok telah memengaruhi rantai pasokan seluruh dunia, menyebabkan perekonomian banyak negara stagnan dan terjadi inflasi. Tiongkok seharusnya mempertimbangkan kembali kebijakan “nol pandemi”, dengan perannya sebagai negara pemasok utama berbagai komoditas, pembatasan-pembatasan tersebut sekarang telah terbukti menyebabkan beban ekonomi bagi Tiongkok maupun bagi seluruh dunia. 

Namun pihak Beijing bersikeras di negerinya harus nol pandemi. Boleh disebut sebagai ilmu ekonomi “pandemi” Xi Jinping, yang telah membuat perusahaan tiarap.

Di Tiongkok Telah Muncul Semi-Stagflasi

Sejak 2021 lalu, Tiongkok telah mengalami situasi “semi- stagflasi”. Apa yang dimaksud dengan semi-stagflasi? Berdasarkan penjelasan dari wadah pemikir Beijing yang menciptakan istilah ini, “semi-stagflasi” maksudnya adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi, tapi tetap mengalami pertumbuhan positif yang agak tinggi, ada inflasi tapi tidak terlalu parah, dan berada dalam level yang terkendali. 

Penjelasan ini pada dasarnya sesuai dengan kondisi ekonomi Tiongkok.  Tapi pada 2022 investasi properti Tiongkok merosot, ekspornya semakin melambat, karena penguasa Tiongkok bersikeras nol pandemi, dan menyebabkan aktivitas ekonomi di Shanghai sebagai kawasan perekonomian yang paling penting menjadi nyaris berhenti total. Tapi tekanan inflasi akibat konflik Rusia-Ukraina belum terlihat berdampak pada angka inflasi Tiongkok pada Februari. 

Indeks harga konsumen (CPI) pada periode yang sama stabil, indeks harga produsen (PPI) sedang menurun. Tapi, kenaikan harga komoditas dan minyak mentah dunia yang diakibatkan situasi Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan, diperkirakan Tiongkok akan sulit menghindar dari risiko inflasi. Singkatnya, pasca dimulainya perang Rusia-Ukraina, sejak Maret lalu inflasi seluruh dunia menanjak, Tiongkok pun sulit menyelamatkan diri.

Pada saat ini Beijing justru memilih semacam metode yang sulit dimengerti oleh kalangan luar yakni, lewat gerakan nol pandemi membuat perekonomian Tiongkok tiarap. Selama 60 hari lebih lockdown Shanghai, tekanan yang dirasakan warga telah mencapai ambang batas, sekarang ruang lingkup lockdown bahkan diperluas hingga ke beberapa kota besar di seluruh Tiongkok, kecaman dan protes warga telah memenuhi media sosial, dampaknya terhadap perekonomian Tiongkok juga sangat serius. 

Nomura Securities telah memperingatkan, risiko merosotnya ekonomi Tiongkok sedang meningkat. Laporan memperkirakan, saat ini pada 45 kota di Tiongkok terdapat sekitar 373 juta jiwa warganya sepenuhnya berada dalam pengawasan penuh atau pengawasan terbatas, dan ini mencakup 40% dari total PDB Tiongkok. 

Dosen ilmu ekonomi Chinese University of Hong Kong yakni Prof. Michael Song Zheng,  jika perubahan pendapatan setiap kota diperhitungkan dari arus mobilitas truk antar kota yang diperbaharui tiap bulan, kesimpulan risetnya adalah, dalam kondisi ekstrem, jika sepersepuluh saja kota di Tiongkok diberlakukan lockdown selama dua minggu, maka Tiongkok akan kehilangan 3,1% PDB.

AS dan Tiongkok  Demam, Seluruh Dunia Akan Bersin

AS mengalami stagflasi, Tiongkok mengalami semi-stagflasi ditambah lagi gerakan nol pandemi yang mengakibatkan mandegnya perekonomian, dampaknya akan sangat besar terhadap dunia. Hal ini berkaitan erat dengan status ekonomi kedua negara tersebut.

Total PDB Amerika, telah melebihi jumlah PDB negara pada urutan keempat hingga kesepuluh. Yang lebih parah lagi adalah, AS merupakan negara konsumen terbesar di dunia, beberapa tahun terakhir, setiap tahunnya AS telah memberikan defisit perdagangan hingga mencapai ratusan miliar dolar kepada dunia. 

Pada 2021 defisit perdagangan AS untuk pertama kalinya melampaui 1,0784 triliun USD atau sekitar 5% dari total PDB dalam negerinya. Tidak sedikit negara lain yang perekonomiannya ditopang oleh ekspor produk komoditasnya ke AS.

Jumlah penduduk AS mencapai 5% dari total populasi dunia, tapi konsumsi energinya menghabiskan 24% dari total seluruh dunia, hampir setara dengan rasio PDB Amerika dibandingkan PDB dunia. 

Perekonomian AS adalah tipikal ekonomi hampa, yakni tidak memproduksi mayoritas produk konsumtif- nya, dan terutama mengandalkan impor; PDB-nya terbentuk dari: Industri sekitar 12%, layanan 80%, selebihnya adalah pertanian dan industri lain. Dengan kata lain, sektor layanan di AS sangat maju.

Khususnya di bidang finansial dan informasi, seperti pusat finansial di New York, Wall Street dan internet serta GPS. Selain itu industri yang mencakup 12% dari PDB, mayoritasnya adalah industri militer dan industri teknologi tinggi, di antaranya tidak sedikit yang dibatasi ekspornya oleh pemerintah AS. 

Jadi ekspor AS pada dasarnya adalah produk pertanian, seperti kedelai, gandum, dan jagung. Mobil AS tidak banyak diekspor, tidak mampu bersaing dengan ekspor otomotif Jerman dan Jepang karena teknologi dan modelnya tidak bisa menandingi kedua negara itu, sehingga jumlah ekspornya sangat sedikit.

Sebuah negara yang hampa sektor industrinya, bagaimana bisa menjadi negara yang terkuat dan negara konsumsi tertinggi di dunia? Hal ini dikarenakan dua hal: 

Pertama, pasca PD-II sistem Bretton Woods telah membangun supremasi mata uang dolar AS. Setelah sistem Bretton Woods jatuh pada 1971, dolar AS dikaitkan dengan harga emas, pada 1973 AS menandatangani kesepakatan yang “kokoh tak tergoyahkan” dengan organisasi OPEC pimpinan Arab Saudi: Dolar AS dikaitkan dengan harga minyak bumi, dan disebut dengan istilah “Petro Dollar”, ditambah lagi dolar AS memiliki posisi mata uang dunia, sehingga terbentuklah supremasi dolar AS secara resmi. 

Kedua, teknologi yang maju, yang menduduki posisi tinggi dalam ekonomi pasar. Menurut data “Intellectual Property and US Economy (3rd edition)” yang dirilis Maret lalu oleh Kantor Paten dan Merek Dagang AS (USPTO), aktivitas kekayaan intelektual AS pada 2019 mencapai 41% dari total aktivitas ekonomi dalam negeri AS, dan telah menciptakan 63 juta lowongan kerja, atau sekitar 44% dari keseluruhan lapangan kerja di AS.

Setelah terbentuknya supremasi dolar AS, maka AS dapat menerbitkan surat hutang negara meningkatkan “kekayaan” pemerintahan negaranya, dengan cara mencetak uang dolar AS dan mengendalikan nilai tukar (menguat atau melemah) (acap kali dituduh “merampas kekayaan negara lain” oleh pengkritiknya). 

Industri manufaktur AS selain membutuhkan modal, juga menyebabkan masalah lingkungan hidup, dalam proses globalisasi, karena pertimbangan lahan, tenaga kerja, pajak dan lain sebagainya, industri ini pun hengkang ke negara lain yang lebih murah biayanya. 

Lalu bagaimana dengan produk konsumtif yang dibutuhkan oleh warga AS? Impor, jadi perekonomian AS pun membentuk defisit perdagangan yang begitu besar.

Laju pertumbuhan ekonomi AS sekarang ini adalah -1,4%, hal ini pasti berdampak pada daya beli warga AS, yang lebih lanjut akan berdampak pada perekonomian dunia. Baik AS maupun Tiongkok selama hampir 20 tahun terakhir telah terbentuk saling ketergantungan secara ekonomi, dalam waktu dekat kedua negara ini tidak akan dapat saling melepaskan keterikatan tersebut.

 Dengan semakin memburuknya hubungan kedua negara, ekspor Tiongkok terhadap AS pada 2021 naik 27,5%, pada 2021 surplus dagang Tiongkok mencapai USD 676,4 miliar, di antaranya surplus dagang Tiongkok terhadap AS mencapai USD 396,58 miliar.

Selain merupakan negara pengimpor sumber energi terbesar di dunia, Tiongkok juga merupakan negara pengekspor produk harga murah terbesar dunia. Besarnya kebutuhan Tiongkok akan sumber energi, bahkan membuat Tiongkok merasa memiliki otoritas untuk menentukan harga (pemikiran yang mirip dengan Uni Eropa ketika memberi sanksi terhadap Rusia). 

Sekarang Tiongkok tiarap akibat gerakan nol pandemi, media massa telah mempublikasikan tidak sedikit artikel yang mengkritik cara seperti ini telah menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian dunia, surat kabar New York Times pada 5 Mei lalu merilis artikel yang menyebutkan “The Era of Cheap and Plenty May Be Ending” (Era Barang Murah dan Melimpah Mungkin Telah Berakhir).

Total volume ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok menyumbang sekitar 40% dari total dunia, kini ilmu ekonomi Biden dan ilmu Tiarap Nol Xi Jinping telah muncul bersama, dan dampaknya terhadap ekonomi berbagai negara di dunia terlihat dengan jelas.

Kali ini berbeda dengan Krisis Keuangan AS pada 2008, ketika itu ekonomi Tiongkok tengah bertumbuh dengan pesat, dunia menganggap Tiongkok sebagai Bahtera Nuh dalam menyelamatkan ekonomi dunia.

Wen Jiabao, perdana menteri  saat itu juga terhitung telah memenuhi harapan dunia, ia menginvestasikan 5 triliun USD untuk menyelamatkan pasar, pemerintah daerah juga meminjam dan menginvestasikan 20 triliun USD dana pendamping. Dana-dana tersebut telah mengalir ke pasar properti, dan telah mempertahankan kebutuhan permintaan yang kuat untuk lusinan material bangunan seperti sumber energi, baja, kaca, komposit aluminium. Negara-negara pengekspor sumber daya dunia dan produk industri barulah dianggap telah menstabilkan ekonomi, satu tahun kemudian barulah Amerika Serikat memperoleh pijakan, dan ekonomi dunia terus mempertahankan pertumbuhannya.

Ilmu Ekonomi Biden ditakdirkan menjerumuskan ekonomi AS ke dalam stagflasi, sedangkan ilmu Ekonomi Perang Epidemi Xi Jinping telah meniarapkan ekonomi Tiongkok.

Sekarang ini dunia agak tercengang, tetapi tidak dapat berbalik untuk sementara waktu, semuanya beranggapan bahwa setelah perang Rusia- Ukraina berakhir, dunia masih dapat kembali ke kondisi indah dan tenang seperti dahulu kala.

Sesungguhnya justru di dalam dua tahun terakhir ini, ekonomi dan politik Amerika Serikat telah melewati beraneka ragam kesulitan.  Jika tidak menyadari hal ini, tentu tidak akan mampu menilai situasi internasional secara akurat. (sud)

Perdagangan Agresif Beijing Justru Merugikan Secara Jangka Panjang

Milton Ezrati

Karena ekonomi Tiongkok telah tumbuh menjadi ukuran raksasa, pendekatan komando atas-bawah terhadap ekonomi, terutama kebijakan perdagangannya, telah menjadi tidak stabil dan mulai mengasingkan beberapa mitra dagang. 

Negara-negara terutama negara  Asia  yang lebih kecil, hanya memiliki satu respons rasional: Tahan dengan penyakit ekonomi yang ditimbulkan oleh Beijing sambil mencari cara untuk melepaskan diri dari perdagangan Tiongkok.

Meskipun semua negara memanipulasi kebijakan perdagangan untuk keuntungan mereka sendiri, Partai Komunis Tiongkok (PKT)  telah menunjukkan pendekatan yang sangat kejam dan agresif.

Di negara lain, dua pertimbangan memoderasi perilaku seperti itu. Salah satunya adalah risiko mengasingkan mitra dagang penting. 

Mantan Presiden Donald Trump berani dengan Tiongkok dalam “perang dagang” 2019 karena dia dan timnya mengira Beijing sudah bermusuhan seperti yang mungkin terjadi. Sebaliknya, Beijing tampaknya tidak peduli tentang mengasingkan orang lain.

Bagi sebagian besar negara lain, tekanan domestik menghadirkan mitigasi lain yang tampaknya tidak ada di Tiongkok. Setiap tarif, setiap kuota, dan setiap pembatasan dalam bentuk apa pun menciptakan pemenang dan pecundang domestik. Tarif baja, misalnya, menguntungkan produsen baja dengan mengorbankan pengguna baja. 

Tekanan dari para pecundang ini membatasi penggunaan perilaku agresif sebagian besar negara dalam kebijakan perdagangan. Tetapi ekonomi Tiongkok yang terencana dan top-down menghadapi sedikit tekanan seperti itu, yang memungkinkan Beijing untuk mengubah kebijakan perdagangan tanpa pertimbangan dan sering kali hanya memenuhi sementara.

Namun, ada harga untuk perilaku Beijing. Tiga contoh terbaru menggambarkan bagaimana Beijing berperilaku dan bagaimana hal itu pada akhirnya akan merugikan ekonomi Tiongkok.

Pada awal tahun 2021, kenaikan harga energi mendorong harga pupuk di Tiongkok. Dalam ekonomi yang benar-benar berbasis pasar, kenaikan harga akan membawa peningkatan pasokan dan pencarian pengganti.

 Tetapi perencana kota papan atas Tiongkok kurang sensitif terhadap harga. Alih-alih mengizinkan produsen untuk menyesuaikan, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Beijing mencoba untuk meringankan kekurangan sesaat dengan memerintahkan penghentian ekspor pupuk.

Pengalihan pasokan memoderasi tekanan harga di Tiongkok tetapi membuat mitra dagang Tiongkok kekurangan dan mengintensifkan tekanan harga pada mereka. Tanpa pengganti langsung, kurangnya pupuk dan tingginya harga memaksa mitra dagang ini untuk mengambil areal dari produksi.

Kekurangan pangan berkembang, yang meningkat pada 2022 dengan hilangnya pasokan biji- bijian Rusia dan Ukraina. Sementara itu, hilangnya ekspor pupuk Rusia telah membuat semua, termasuk Tiongkok, kembali menghadapi kekurangan pupuk dan harga tinggi, sesuatu yang tidak akan terjadi jika Tiongkok mengizinkan produsen untuk meningkatkan produksi di tempat pertama.

Manipulasi baja memberikan contoh lain. Setelah puluhan tahun kelebihan produksi baja Tiongkok dan penetapan obral harga untuk mempromosikan ekspor, banyak produksi baja di Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat telah ditutup.

Pada 2020, Beijing memproduksi sekitar setengah baja dunia. Tahun itu, para perencana Beijing tiba-tiba memutuskan untuk mengurangi produksi, sebagian besar karena pandemi tetapi tampaknya karena alasan lingkungan. Harga naik di mana-mana. 

Sementara mitra  dagang  Tiongkok  bergegas untuk membangun kembali produksi, para perencana di Beijing memutuskan bahwa cara untuk mengurangi tekanan harga domestik, bukanlah dengan menggunakan kembali kapasitas menganggur melainkan membatasi ekspor dengan mendongkrak pajak ekspor produk baja dan mengurangi pembatasan sebelumnya pada impor skrap baja.

Pergerakan ini  menstabilkan harga di Tiongkok, tetapi mengintensifkan kekurangan dan tekanan harga di tempat lain. Beijing tidak melakukan ini di Barat dan di tempat lain. Sebaliknya, ia memperoleh reputasi sebagai sumber yang tidak dapat diandalkan. 

Jika Beijing kembali mencari peningkatan ekspor untuk alasan apa pun, mungkin akan menemukan pembeli yang kurang antusias daripada jika mengabaikan perencananya dan, mengikuti sinyal pasar, meningkatkan output.

Kisah babi Tiongkok dimulai sedikit lebih awal. Pada 2018, Beijing mengonsumsi sekitar setengah daging babi dunia, makanan pokok orang Tiongkok. Selain produksi sendiri, Tiongkok mengimpor sekitar 17 persen dari pasokan global. 

Ketika demam babi Asia memaksa Tiongkok untuk memusnahkan sekitar 40 persen dari kawanan babinya, harga melonjak di seluruh dunia. Ekonomi lain merespons dengan beralih ke makanan lain dan memulai proses membangun ternak mereka.

Tiongkok kembali beralih ke kebijakan perdagangan. Ini memotong tarif impor daging babi dari 12 persen menjadi 8 persen, menggandakan impornya tetapi dalam proses memperlambat pembangunan kembali produksi dalam negeri. 

Akhirnya, Tiongkok membangun kembali kawanannya, di mana Beijing mengembalikan tarif daging babi menjadi 12 persen.

Siapa pun yang telah menanggapi kebutuhan mendesak Tiongkok dibiarkan dengan daging babi yang tidak dapat disingkirkan, kecuali dengan harga diskon dan keinginan kuat untuk memikirkan kembali keterlibatan baru dengan Tiongkok.

Jika Tiongkok adalah ekonomi berbasis pasar, para pemimpin bisnisnya akan membuat keputusan jangka panjang tentang apa yang mereka perlakukan dengan  mitra dagang mereka. Jika Tiongkok adalah negara yang kurang digerakkan oleh komando, Beijing akan mempertimbangkan kepentingan domestik ketika membuat keputusan kebijakan. 

Tetapi, ini adalah ekonomi terencana dari atas ke bawah yang tidak menerima keluhan dari siapa pun. Para pemimpin dan perencananya tidak mengindahkan hubungan perdagangan dan tidak akan mempertimbangkan keluhan kepentingan domestik.

Jika Tiongkok adalah ekonomi kecil, seperti dulu, tidak adanya moderator dalam kebijakan perdagangan akan berdampak kecil pada mitra dagangnya. Tetapi PKT bukanlah ekonomi berbasis pasar atau kecil.

Pergeseran tiba-tiba yang dilakukan Beijing memiliki dampak besar pada orang lain. Menyadari semua ini, para pemimpin di sebagian besar negara lain akan mempertimbangkan kembali keterlibatan mereka dalam perdagangan Tiongkok jika mereka memperhatikan konsekuensi jangka panjang. Pendekatan Beijing merusak prospek ekonomi jangka panjang Tiongkok. (yud)

Banjir Melanda Beberapa Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan

ETIndonesia- Banjir melanda beberapa wilayah di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dan Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, sejak Selasa (24/5/ 2022) hingga Kamis (26/5/2022). Kejadian ini terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi melanda wilayah tersebut. Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB menerima laporan tidak ada korban jiwa atau luka – luka akibat kejadian banjir ini.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, merilis bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat melaporkan banjir terjadi pada Selasa (24/5), pukul 21.40 WIB. Pantauan BPBD Kabupaten Kutai Kartanegara menyebutkan banjir melanda Desa Kelekat yang ada di Kecamatan Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

Tim reaksi cepat (TRC) BPBD telah menyiagakan seluruh personel di setiap pos untuk terus memantau kondisi dan situasi terkini wilayah terdampak banjir, serta melaporkan kembali jika ada perkembangan selanjutnya. 

Pascabanjir, pihak BPBD terus melakukan pendataan dampak kerusakan dan kerugian di lokasi kejadian yang melibatkan TNI, Polri, serta instansi terkait lain di setiap wilayah. Selain itu, Tim TRC juga telah memberikan bantuan sembako kepada warga yang terdampak.

Catatan dampak banjir BPBD menyebutkan sebanyak 862 KK atau 2.794 jiwa dan  360 unit rumah warga terdampak. Kerugian materil lainnya adalah 1 unit fasilitas kesehatan, 4 unit fasilitas pendidikan, 4 unit fasilitas sosial dan 1 unit rumah ibadah ikut terendam banjir.

Menghadapi potensi hujan di wilayahnya, BPBD Kabupaten Kutai Kartanegara Tengah telah mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap tenang, siaga dan waspada dalam menyikapi perkembangan cuaca saat ini maupun potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor dan angin kencang. 

Langkah mitigasi lainnya yang dapat dilakukan di antaranya mengetahui risiko bencana yang ada di lokasi tempat tinggal, pahami rute evakuasi atau daerah yang lebih tinggi. Selanjutnya, pahami potensi bahaya sekitar dan informasi peringatan dini cuaca yang bersumber dari laman resmi seperti InaRISK dan InfoBMKG.

Sementara itu, Banjir di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan, terjadi pada Kamis (26/5), pukul 12.30 waktu setempat yang menyebabkan 270 unit rumah warga terendam dengan tinggi muka air (TMA) 5 hingga 120 sentimeter. Banjir tersebut terjadi pascahujan dengan intensitas tinggi sehingga debit air Sungai Mangkusip dan Sungai Kinarum  meluap ke permukaan penduduk.

Hasil kaji cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tabalong, wilayah terdampak banjir mencakup tujuh desa di tiga kecamatan yang ada di Kabupaten Tabalong dan menyebabkan akses kendaraan roda dua dan empat terputus.

Wilayah terdampak tersebut meliputi Kelurahan Belimbing Raya, Kelurahan Mabu’un di Kecamatan Murung Pudak, Desa Kaong, Desa Pangelak, Desa Kinarum di Kecamatan Upau, Desa Marindi dan Desa Wirang di Kecamatan Haruai. 

Belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa, dan total kerugian masih dalam proses pendataan lebih lanjut.

Menurut monitoring prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah Provinsi Kalimantan Selatan pada esok hari (27/5) hingga lusa (28/5) masih berpeluang hujan ringan hingga sedang pada sore hingga malam hari.

Berdasarkan analisa InaRisk, Kabupaten Tabalong memiliki risiko bencana banjir tingkat sedang hingga tinggi yang berdampak pada 12 kecamatan.

Sebagai antisipasi adanya banjir susulan yang dapat dipicu oleh faktor cuaca ekstrem, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan juga masyarakat melakukan upaya pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya hidrometeorologi basah misalnya susur sungai antisipasi banjir bandang oleh petugas, normalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS), pembersihan lingkungan di sepanjang aliran sungai dan selokan.  

Apabila hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi berlangsung secara menerus selama lebih dari 1 jam, maka masyarakat di sekitar lereng tebing dan di dekat sungai diminta untuk waspada dan mengungsi ke lokasi yang lebih aman jika diperlukan.  (BNPB/asr)

Presiden Majelis Umum PBB Apresiasi Penanganan Covid-19 di Indonesia

ETIndonesia- Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia mendapatkan apresiasi dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Presiden Majelis Umum PBB, Abdulla Shahid, menyampaikan hal tersebut dalam sambutannya pada The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Bali, pada Rabu, 25 Mei 2022.

“Kami semua sangat senang melihat Bali, berkumpul acara tatap muka hari ini dalam skala besar. Saya telah diberitahu bahwa sekitar tujuh ribu peserta telah mendaftar untuk pertemuan hari ini. Ini merupakan bukti komitmen kuat dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Yang Mulia Presiden Joko Widodo untuk memerangi Covid-19 dan mengembalikan negara ke jalur pemulihan,” ujar Abdulla Shahid dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden.

Lebih lanjut, Abdulla Shahid juga menyampaikan penghargaan kepada pemerintah Indonesia yang telah menjadi tuan rumah GDPRR 2022 di tengah pemulihan global dari Covid-19.

“Saya ingin menyampaikan penghargaan yang tulus kepada pemerintah Indonesia yang telah menjadi tuan rumah platform global pengurangan risiko bencana serta memberikan pujian, baik Indonesia, maupun UNDDR atas usaha bersama ini,”

Hal senada juga datang dari Deputi Sekretaris Jenderal PBB, Amina Jane Mohammed, yang mengapresiasi sejumlah langkah dan kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia dalam penanganan pandemi Covid-19 di Tanah Air sehingga konferensi GPDRR 2022 dapat digelar secara tatap muka dan aman. Ia juga mengapresiasi pencapaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

“Memvaksinasi populasi 270 juta adalah prestasi besar, dan kami memuji kepemimpinan Indonesia atas program vaksinnya untuk menjaga semua orang aman,” ujar Amina.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo dalam sambutannya mengatakan bahwa pandemi Covid-19 dalam dua tahun ini merupakan bencana terbesar di dunia yang telah menginfeksi 527 juta orang dan merenggut korban jiwa hingga 6,3 juta orang. Presiden mengatakan bahwa pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan dinamis sesuai situasi terkini untuk menjaga keseimbangan sisi kesehatan dan sisi ekonomi.

Di hadapan para delegasi, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia terdiri dari 17.000 pulau lebih dan telah berhasil menyuntikkan sedikitnya 411,5 juta dosis vaksin. Dampaknya, kasus harian menurun tajam dan pertumbuhan ekonomi dapat terjaga baik.

“Kasus harian turun tajam dari 64,7 ribu saat puncak menjadi 345 kasus. Pertumbuhan ekonomi terjaga 5,01 persen dan inflasi di level aman 3,5 persen,” jelasnya. (asr)

Garudeya Code: Kunci Sukses Lepas dari Siklus Penjajahan

ISWAHYUDI

Cakramanggilingan, sejarah berulang, jangan pernah jatuh pada lubang yang sama. Itulah kenapa kita selalu menandai 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Ini mengingatkan kita bahwa sebagai sebuah bangsa, kita pernah terpuruk, terjajah, dan menjadi kuli dari bangsa lain. Suatu ketika kesadaran akan pentingnya hidup merdeka tiba-tiba tumbuh, berkembang dan menjadi realitas merdeka. Tugas selanjutnya adalah mengisi, mempertahankannya.

Tak ada yang abadi di dunia ini. Suatu bangsa berjaya, makmur, dan kaya raya, pun suatu ketika bisa jadi harus sirna kertaning bhumi. Cerita timbul tenggelamnya kerajaan di Nusantara telah banyak terjadi. Namun yang terpenting bagi generasi sekarang dan mendatang adalah bagaimana mereka tidak dikutuk untuk mengulanginya. “Bila orang tidak mempelajari sejarah ia akan dikutuk untuk mengulanginya,” kata filosof Spanyol, George Santanyana.

Setiap generasi bangsa harus selalu merawat ingatan sejarah bahwa kita pernah terpuruk, terjajah dan akhirnya bangkit. Leluhur  Nusantara  melalui  relief Candi Kidal di Malang memberikan pelajaran tentang meraih kemerdekaan. Kebebasan dan kemerdekaan adalah buah dari pikiran sadar bahwa suatu bangsa ingin merdeka dan bebas. Kebebasan dan kemerdekaan adalah anak zaman, dan setiap generasi harus berjuang untuk mewujudkannya, memelihara, dan mengisinya untuk memberikan maknanya semakin berarti. Karena penjajahan tak akan habis di muka bumi. Hanya bentuk, pola, dan gaya penjajahan berubah menurut zaman.

Garudeya adalah sebuah mitos Hinduisme di masyarakat Jawa Kuno, bermoral cerita tentang pembebasan (ruwatan) yaitu perjuangan Garudeya membebaskan ibunya dari perbudakan. Dikisahkan Visaya memiliki dua Istri yaitu Winata dan Kadru. Namun ternyata keduanya tak mampu memberi keturunan. Atas sarannya maka Winata diminta mengerami sebuah telur dan Kadru mengerami 100 telur lainnya.

Ternyata telur Winata menetas menjadi Garudeya, sosok perpaduan antara manusia dan burung. Kepala dan kakinya berbentuk burung dan bersayap. Sedangkan badan dan tangannya seperti manusia. Sementara itu Kadru kaget karena 100 butir telur yang dieraminya memiliki wujud ular naga.

Kisahnya menjadi dramatis karena Garudeya dan 100 saudaranya yang berupa ular main tebak-tebakan. Taruhannya bagi yang salah menebak menjadi budak. Karena kelicikan keseratus saudaranya, Garudeya kalah. Maka ia dan ibunya harus menjadi budak Kadru dan anak anaknya.

Garudeya dan ibunya hanya bisa bebas bila mampu membawa air suci milik Dewa Wisnu. Untuk mendapatkannya Garudeya terpaksa berkelahi dengan Wisnu yang terkenal dengan kesaktiannya. Pertarungan berjalan seimbang, Lalu Wisnu menanyakan alasan Garudeya ingin memiliki air suci miliknya, yang akhirnya dijawab Garudeya demi membebaskan ibunya.

Mendengar alasan itu, Wisnu lalu meminjamkan air suci miliknya untuk dibawa Garudeya guna diperlihatkan pada saudara saudara tirinya. Namun syaratnya Garudeya harus mau menjadi tunggangannya. Garudeya pun setuju demi ibu yang dicintai dan disayanginya.

Maka setelah air suci dalam guci tersebut diperlihatkan, sang ibu yaitu Winata dapat dibebaskan dari perbudakan. Dan yang licik akhirnya dapat dikalahkan. Garudeya pun membawa ibunya pergi mencari hidup yang lebih baik.

Dari kisah Garudeya di relief Candi Kidal tersebut bisa dikenali menjadi tiga fase: Pertama, Fase Perbudakan yang digambarkan pada relief Garudeya sedang menyangga 3 ekor ular pada bahunya, di mana Kadru dan 100 anaknya melakukan siasat licik kepada Winata dan Garudeya sehingga ia harus menjadi budak Kadru dan seratus anaknya.

Fase Kedua, Fase Penebusan agar terbebas dari perbudakan. Relief itu menggambarkan Garudeya dengan kendi di atas kepalanya. Relief ini menggambarkan Garudeya yang sangat mengasihi sang ibu bertarung melawan Naga namun karena mereka sama-sama kuat maka pertarungan itu tidak kunjung usai. Sampai akhirnya Naga menyanggupi untuk membebaskan perbudakan Winata asalkan Garudeya memberikannya air suci Amerta, air yang dapat memberikan kehidupan abadi. Garudeya akhirnya mendapatkannya dari Dewa Wisnu dengan suatu syarat menjadi tunggangan Wisnu. Maka muncullah patung Garuda Wisnu Kencana. Raja Airlangga yang dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu, ia sering digambarkan menunggangi Garuda. Garudeya Wisnu Kencana inilah yang akhirnya dijadikan sebagai simbol di Kerajaan Kahuripan, kerajaan di mana Raja Airlangga memerintah. Selain itu, Garudeya sebagai kendaraan (wahana) Wisnu juga terdapat di berbagai candi-candi kuno di Indonesia, seperti Prambanan, Mendut, Sojiwan, Penataran.

Fase Ketiga, Fase Kemerdekaan atau fase terlepas dari perbudakan. Relief ketiga ini dipahatkan dalam bentuk Garudeya menggendong seorang wanita, yaitu ibunya “Winata” dan ini menggambarkan Fase Kemerdekaan di mana ibunya telah terbebas dari perbudakan dan sekaligus menggambarkan penghargaan kepada ibu pertiwi yang dijunjung tinggi dengan sim- bolik diletakkannya Winata di atas kepala Garudeya.

Sikap Garudeya yang gigih dan tangguh dalam memperjuangkan kebebasan sang ibunda menginspirasi Soekarno untuk menjadikan Burung Garudeya (Garuda) sebagai lambang negara agar ada semangat yang kuat untuk membebaskan ibu pertiwi dari para penjajah.

Garudeya Code dan Penjajahan Model Baru

Munculnya legenda atau narasi kisah Garudeya menyelamatkan ibunya dari perbudakan di beberapa situs candi di Nusantara menunjukkan bahwa ini adalah pelajaran yang sangat penting bagi leluhur Nusantara tentang arti kemerdekaan. Airlangga yang berhasil menghidupkan kembali trah Kerajaan Medang akibat genosida Raja Wurawari yang bersekutu dengan kerajaan seberang juga terinspirasi dengan kisah ini. Sampai ia menjadikan Garuda Wisnu Kencana sebagai simbol negaranya, Kahuripan.

Kertanegara yang menolak tunduk di bawah Kaisar Kubilai Khan juga terinspirasi dengan kisah ini. Candi Kidal yang memuat kisah Garudeya ini diduga kuat untuk pendarmaan bagi Kertanegara. Visi Kertanegara yang pernah melakukan ekspedisi Pamalayu akhirnya diwujudkan oleh menantunya Raden Wijaya dengan Kerajaan Majapahit yang pernah mempunyai wilayah kekuasaan yang luas.

Yang terakhir lahir negara Republik Indonesia dengan lambang negara Burung Garuda juga terinspirasi dari kisah Garudeya yang menyentuh lubuk hati para Bapak Pendiri Bangsa. Kisah Garudeya yang moralnya tentang kemerdekaan dan anti penjajahan nampaknya akan terus relevan untuk masa mendatang.

Penjajahan selalu bermetamorfosis dan akan selalu menemukan bentuknya yang efektif, efisien, dan tak terasa. Makna penjajahan atau imperialisme pada awalnya sebagai “an action that involves a nation extending its power by the acquisition of inhabited territory.” Yang berakar dari kata Imperium yang berarti “kuasa yang tak ada tandingannya” (supreme power).

Di era sekarang makna imperialisme, tak hanya menyangkut negara menguasai negara, tapi juga korporasi menguasai korporasi, atau korporasi menguasai individu. Esensinya tetap sama yaitu hegemoni, superioritas, dominasi, dan pemaksaan pengaruh satu pihak ke pihak lain.

Paling tidak ada 3 gelombang besar imperialisme. Pertama, Imperialisme 1.0 adalah penguasaan oleh negara-negara penjajah (imperial nations) terhadap tanah-tanah baru di Asia, Afrika, hingga Amerika Latin. Ini disebut sebagai “Pirates of the Land”. Imperialisme

1.0 ditandai dengan pendudukan oleh negara-negara besar seperti Inggris, Portugis, Belanda, atau Jepang terhadap “tanah-tanah baru” di Asia, Afrika hingga Amerika Latin. Pendudukan dan penjajahan yang berlangsung sejak abad ke-16 hingga penghujung abad ke-20 ini dilakukan untuk menguasai perdagangan komoditas global dan mendapatkan bahan mentah untuk menggerakkan industri. Bentuk ini mencapai masa kejayaannya pada abad ke-18 (disebut “The Age of Imperialism”) seiring terjadinya Revolusi Industri di Eropa yang membutuhkan bahan baku dan bahan mentah untuk industri. Perusahaan multinasional pertama di dunia yaitu EIC (East India Company, 1600-1874) dan VOC adalah anak kandungnya.

Kedua, Imperialisme 2.0 adalah penguasaan oleh korporasi-korporasi digital raksasa terhadap internet yang kemudian diikuti pencaplokan terhadap perusahaan lain di seluruh dunia. Ini disebut sebagai “Pirates of the Internet”. Ditandai oleh munculnya korporasi- korporasi digital BIG Tech. Mereka menguasai “tanah- tanah digital baru” yaitu: internet. Ambisi The Big Four adalah memonopoli internet untuk dimonetisasi menjadi bisnis triliunan dolar. Hasilnya adalah disrupsi digital yang memporakporandakan bisnis konvensional. Senjata dari imperialisme bentuk ini adalah disruptive technologies dan modal tanpa batas.

Ketiga, Imperialisme 3.0 adalah penguasaan oleh negara, korporasi, atau individu terhadap seluruh umat manusia melalui penguasaan data privat yang sangat besar yang kini kita kenal dengan big data. Ini bisa disebut sebagai “Pirates of the Big Data”. Manifestasinya adalah terbentuknya apa yang disebut: “Surveillance Economy”. Bentuk yang sudah nyata adalah apa yang disebut sebagai sistem orwellian yang dikembangkan oleh Partai Komunis Tiongkok dan ambisinya untuk memimpin dunia, yang mana seperti apa yang dikatakan oleh Xi Jinping sebagai tatanan dunia baru di bawah sosialisme bercirikan Tiongkok.

Melihat metamorfosa bentuk imperialisme yang semakin halus dan tak terasa yang berbalut kemajuan teknologi, maka bisa dipastikan bahwa secara de jure Indonesia masih sebagai negara yang berdaulat, tapi penjajahan versi yang baru telah mendisrupsi kemerdekaan secara de jure seakan tak bermakna.

Bagaimana kisah Garudeya bisa menginspirasi kita untuk terlepas dari penjajahan dalam bentuknya yang terkini? 

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan, Pertama, membangun kesadaran bagi seluruh anak bangsa bahwa penjajahan tak pernah lenyap di muka bumi, dan penjajahan bentuk lain telah menguasai. 

Kedua, penjajahan model baru sasarannya adalah kedaulatan pikiran itu sendiri. Melalui kendali atas pikiran ini, bangsa ini secara tak sadar menjauh dari prinsip, budaya, dan tradisi bangsa sendiri. Pada titik ini penjajahan pikiran selalu menghasilkan pemikiran-pemikiran yang dangkal, hedonis, dan meterialistis yang bersifat masif, sehingga orang gampang diombang-ambingkan mengikuti tren dan viralitas.

 Ketiga, kisah Garudeya menginspirasi untuk mendapatkan Air Amerta agar lepas dari penjajahan. Pada titik ini, Air Amerta bisa diartikan sebagai kebijaksanaan murni milik Sang Pencipta yang tak akan diperoleh kecuali dengan menjadi tunggangan Sang Pencipta. Sebagaimana Garudeya memperoleh Air Amerta dengan syarat menjadi tunggangan Dewa Wisnu. Pesan moralnya adalah Air Amerta yang membebaskan dari penjajahan bisa diperoleh hanya jika bangsa ini kembali berkomitmen untuk mewujudkan misi-misi ketuhanan, kebenaran, kebaik- an, dan kesabaran. (et)

Tetaplah Positif Meski dengan Otak Negatif

EMMA SUTTIE

Aman untuk mengatakan bahwa hampir semua orang merasa sedikit negatif baru-baru ini, terutama dalam dua tahun terakhir.

Peningkatan dramatis dalam depresi dan kecemasan biasanya merupakan indikator yang baik bahwa kita secara kolektif tidak merasakan yang terbaik. Penelitian dari Boston University School of Public Health menunjukkan bahwa peningkatan depresi selama pandemi yang pertama kali terlihat pada Maret dan April 2020 meningkat pada Maret dan April 2021, naik menjadi 32,8 persen—memengaruhi 1 dari 3 orang dewasa Amerika.

Namun terlepas dari apa yang terjadi di dunia saat ini, mungkin ada alasan lain mengapa kita semua merasa sangat muram, dan itu ada di otak kita. Penelitian telah menunjukkan bahwa otak kita bereaksi lebih kuat terhadap peristiwa dan situasi yang merugikan/negatif daripada yang positif, yang mungkin menjelaskan mengapa kadang-kadang tampaknya kita begitu mudah jatuh ke dalam perasaan negatif dan sulit untuk melepaskannya.

Manusia dan Bias Negatif

Mengapa satu komentar kritis dari rekan kerja atau seseorang yang memotong lalu lintas Anda cukup untuk merusak hari Anda? Kita sering merenungkan kejengkelan kecil ini, membiarkannya mengambil alih pikiran kita dan menodai apa yang seharusnya menjadi hari yang menyenang- kan. Jadi mengapa pikiran kita tampaknya berfokus dan lebih mementingkan hal-hal buruk daripada hal-hal baik?

Ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa kita memiliki bias.

Bukti empiris yang melimpah menunjukkan bahwa manusia cenderung untuk fokus, belajar dari, dan menggunakan informasi negatif dari lingkungan mereka jauh lebih banyak daripada informasi positif. Perilaku ini memiliki nama: bias negatif—kecenderungan kita untuk memproses dan mengingat rangsangan negatif lebih daripada rangsangan positif dan memikirkan kejadian buruk setelah fakta.

Meskipun mungkin tampak aneh pada pandangan pertama, bias ini dapat membantu. Nenek moyang kita yang tidak terlalu jauh, hidup di dunia yang penuh dengan bahaya fisik di mana hewan, dingin, kelaparan, dan perang mengharuskan kita untuk ekstra waspada terhadap keselamatan pribadi demi kelangsungan hidup.

Bias Negatif di Dunia Modern

Saat ini, kita hidup di dunia yang jauh lebih aman, dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan kita umumnya lebih berbahaya daripada serangan dari hewan buas.

Meskipun ada lebih sedikit ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan pribadi kita, dan biasanya tidak menimbulkan bencana, otak kita terus mencari hal-hal baru untuk dikhawatirkan. Akibatnya, kita akan terus-menerus memindai situasi berbahaya dan menghabiskan banyak sumber daya yang memusatkan perhatian kami pada situasi tersebut.

Mekanisme keamanan di otak kita ini mungkin membuat dunia, dan keberadaan kita sehari-hari, tampak lebih tidak menyenangkan daripada yang sebenarnya. Otak kita dirancang untuk lebih memperhatikan hal-hal negatif, yang menjelaskan mengapa begitu banyak dari kita cenderung berfokus pada aspek negatif kehidupan kita dan memberikan sedikit perhatian yang berharga pada hal-hal positif—seperti kelegaan mengetahui bahwa otak kita berfungsi dengan cara ini.

Negatif dan Kesehatan

Banyak praktik medis tradisional telah lama mengenali hubungan antara emosi dan kesehatan kita, dan sains terus mengeksplorasi hubungan ini.

Sebuah studi tahun 1995 di Journal of Advancement in Medicine menemukan bahwa sebuah momen kemarahan menekan sistem kekebalan hingga enam jam setelah kejadian, dan sebaliknya, perasaan peduli dan kasih sayang memberi sistem kekebalan dorongan hingga enam jam kemudian.

Emosi yang mungkin kita labeli sebagai tidak menyenangkan juga dapat merusak kesehatan kita.

Ambil contoh sinisme, misalnya. Sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam jurnal Neurology mengaitkan tingkat sinisme yang lebih tinggi—ketidakpercayaan umum terhadap orang dan motif mereka— di kemudian hari dengan risiko lebih besar terkena demensia; temuan ini memperhitungkan banyak faktor risiko lain seperti usia, jenis kelamin, merokok, dan kesehatan jantung.

Sinisme juga bisa melukai jantung Anda. Sebuah studi tahun 2009 di jurnal Circulation mengumpulkan data dari lebih dari 97.000 wanita dan menemukan bahwa peserta yang paling sinis lebih mungkin memiliki penyakit jantung. Studi tersebut juga mencatat bahwa wanita yang lebih pesimis memiliki peluang kematian yang lebih tinggi selama penelitian dibandingkan mereka yang lebih optimis.

Otak dalam Kepositifan

Semua informasi ini tidak dimaksudkan untuk memberi makan hal negatif apa pun, melainkan dapat membantu kita memahami mengapa kita dapat dengan mudah terjebak dalam lingkaran negatif dan menemukan mereka begitu sulit untuk dilepaskan. Kabar baiknya adalah kita dapat melatih otak untuk menjadi lebih positif dan meningkatkan kesehatan kita dalam prosesnya.

Kesadaran

Langkah pertama adalah menyadari bahwa otak kita bekerja dengan cara ini; sangat membantu untuk mengetahui bahwa Anda lebih sensitif terhadap rangsangan negatif dari lingkungan Anda dan cenderung menguncinya. Dalam buku The Power of Bad, rekan penulis Roy Baumeister mengatakan bahwa sebagian besar penelitian mereka tentang bias negatif menunjukkan bahwa hal-hal buruk memiliki dua, tiga, atau empat kali dampak hal-hal baik. Dia menggunakan contoh hubungan untuk menunjukkan maksudnya: Jika Anda telah melakukan sesuatu yang membuat pasangan Anda kesal dan ingin menebusnya, Anda harus melakukan tiga atau mungkin empat hal baik hanya untuk menjadi seimbang.

Ubah Fokus

Lain kali apabila melihat diri Anda kesal karena komentar yang lewat dari seorang teman atau terpaku pada berita bencana terbaru, katakan pada diri sendiri bahwa Anda perlu mencari lebih banyak berita positif. Pergi keluar untuk berjalan-jalan atau mendengarkan musik favorit Anda. Lakukan sesuatu  yang Anda  tahu  dapat merasa lebih baik. Mengubah lingkungan dan stimulus Anda sangat membantu dan akan menarik Anda keluar dari siklus yang mungkin membuat Anda terjebak.

Menumbuhkan Kepositifan

Ini mungkin akan tampak sulit untuk dipercaya saat ini, tetapi ada banyak hal indah yang terjadi di dunia; Anda mungkin tidak mendengar tentang mereka. Berita buruk mendominasi gelombang udara, tetapi berita positif ada di luar sana; Anda hanya perlu bekerja sedikit lebih keras untuk menemukannya. Saya telah berlangganan Good News Network ke email saya selama bertahun-tahun karena alasan ini. Kisah- kisah yang ditawarkan bagian dari Epoch Times Inspired ini, menawarkan sumber semangat lainnya.

Cara lain untuk menumbuhkan pola pikir yang lebih positif, yang disarankan oleh penulis The Power of Bad, adalah jurnal rasa syukur untuk melawan kecenderungan kita menuju kesuraman dan malapetaka. Mencari, memusatkan perhatian, dan menulis setiap hari tentang aspek-aspek positif dari kehidupan kita adalah cara terbaik untuk menumbuhkan kepositifan dan dapat membantu memulihkan otak dari kecenderungan negatif kita.

Secara naluriah, kita tahu bahwa hal-hal negatif tidak terasa baik dan hal-hal positif melakukannya. Efeknya bisa kita rasakan saat menonton cuplikan berita tentang perang atau bencana alam. Ini adalah contoh ekstrem, tetapi bahkan peristiwa negatif kecil dapat menembus jiwa kita dan mendominasi suasana hati kita, mengambil ruang berharga di hati dan pikiran kita. Dan di sinilah semua perhatian itu masuk. Ada keindahan, cinta, dan kegembiraan di sebagian besar hidup kita; kita hanya perlu mengenalinya, memusatkan perhatian pa- danya, dan mengolahnya.

Bagi saya, momen positif setiap hari adalah:

• Pelukan yang tidak diminta dari salah satu anak saya

• Menonton burung liar di taman

• Mengelus kucing

• Merawat tanaman di kebun saya

Hal-hal ini membuat saya gembira dan memberi asupan pada hati saya. Akibatnya, saya mencoba meluangkan waktu untuk mereka setiap hari, dan saya menganggapnya sebagai bagian penting dari rejimen perawatan kesehatan saya.

Sebaiknya luangkan waktu untuk memikirkan apa yang membuat Anda bahagia dan luangkan waktu untuk hal-hal itu sesering mungkin. Aktivitas yang membuat Anda lebih bahagia dan lebih sehat memerangi hal-hal negatif yang bersaing untuk mendapatkan energi dan perhatian Anda. 

Jika kita semua meluangkan waktu untuk melakukan lebih banyak hal positif yang memberi kita kegembiraan, itu tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan kita, tetapi juga membantu otak kita melihat dunia sebagai tempat yang lebih bahagia dan lebih positif. (aus)

Emma Suttie  adalah  seorang  dokter akupunktur dan pendiri Chinese Medicine Living, situs web yang didedikasikan untuk berbagi bagaimana menggunakan kearifan tradisional untuk menjalani gaya hidup sehat di dunia modern. Dia adalah pecinta alam, seni bela diri, dan secangkir teh yang enak

Untuk menemukan studi yang disebutkan dalam artikel ini, silakan lihat artikel online di TheEpochTimes.com

Bagaimana Sekolah Hibrida Membentuk Kembali Model Pendidikan

KERRY MCDONALD

Sekolah hibrida atau hybrid schools bukan sepenuhnya sekolah tatap muka, tetapi juga bukan home- schooling. Mereka memiliki elemen kurikulum terstruktur dan pembelajaran institusional, bersamaan juga menawarkan kebebasan dan fleksibilitas pendidikan secara maksimum. 

Mereka menyediakan komunitas pengajar dan pelajar di luar lokasi secara konsisten, dan memprioritaskan banyak waktu di rumah bersama keluarga. Biaya yang dikeluarkan tidak murah tetapi juga tidak setinggi langit. Bila dibandingkan dari biaya tahunan biasanya setengah dari sekolah swasta tradisional.

Sekolah hibrida, seperti disampaikan Profesor Eric Wearne dari Kennesaw State University, adalah “… yang terbaik dari kedua dunia pendidikan,” menarik elemen teratas dari sekolah dan homeschooling tanpa terlalu terikat dengan salah satu model pembelajaran.

Wearne khusus mempelajari sekolah hibrida dan direktur the National Hybrid Schools Project yang berupaya untuk lebih memahami pendekatan dari model pendidikan ini serta mempelajari mengapa pendekatan model ini meraih popularitas dalam beberapa tahun terakhir. Wearne menjadi tamu di episode LiberatED Podcast bersama saya minggu ini untuk berbicara lebih banyak tentang sekolah hibrida dan bagaimana model pendidikan ini membentuk kembali pendidikan di Amerika pada umumnya.

Sekolah hibrida sama beragamnya dengan orang yang meluncurkannya dan komunitas yang mereka layani. Beberapa bagian dari sekolah ini menganggap diri mereka sebagai sekelompok homeschooler yang berkumpul di gedung fisik untuk pembelajaran formal beberapa kali seminggu, sementara sekolah hibrida lainnya menganggap diri mereka sebagai sekolah swasta formal yang bertemu dalam basis paruh waktu.

Kemampuan sekolah-sekolah semacam ini, muncul dengan cara yang bervariasi dan spontan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran lokal, dan mendefinisikan komunitas mereka sesuai keinginan mereka, menjanjikan solusi pendidikan bebas dan proses pertukaran sukarela. 

Struktur sekolah hibrida yang unik memudahkan para orang tua dan pendidik kewirausahaan untuk mendirikannya, dan seringkali memungkinkan mereka menghindari peraturan dan pengawasan pemerintah yang dapat membatasi inovasi dan eksperimen dalam melaksanakan pendidikan.

Dalam  makalah  baru  tentang  sekolah hibrida, Wearne dan rekannya John Thompson, mengakui bahwa otonomi dan kemandirian sekolah-sekolah ini adalah salah satu karakteristik mereka. “Orang- orang dapat membayangkan masalah kebijakan dan peraturan yang mungkin muncul dari sekelompok sekolah yang merancang sendiri model sekolahnya dengan cara tertentu yang membuat mereka tidak mungkin dikategorikan secara konsisten oleh negara,” tulis mereka. 

“Hal ini mungkin menimbulkan masalah bagi para pembuat kebijakan, tetapi bagi sekolah-sekolah ini, karakter yang telah mereka tetapkan lebih dahulu merupakan fitur kelebihan mereka, tidak dianggap sebagai gangguan. Sekolah-sekolah ini cenderung menghindari “pertarungan politik” antar individu yang terlibat dalam yayasan sekolah swasta, dan lebih kecil dorongan pengumpulan finansial dibandingkan dengan sekolah swasta konvensional yang masuk sekolah penuh selama lima hari.

Dalam penelitian sebelumnya, termasuk bukunya pada 2020 tentang topik tersebut, Wearne menemukan bahwa sekolah hibrida memenuhi permintaan yang meningkat dari keluarga untuk model pembelajaran yang lebih kecil, lebih personal, lebih berpusat pada keluarga daripada sekolah konvensional yang lebih besar dan lebih standar. 

Faktanya, Wearne menemukan bahwa sebagian besar siswa sekolah hibrida dalam sampelnya telah bersekolah di sekolah umum sebelum mendaftar di sekolah hibrida, dan sebagian besar mengatakan mereka lebih suka homeschooling penuh waktu, daripada sekolah swasta penuh waktu, jika mereka bisa. Orang tua juga menunjukkan bahwa mereka jauh lebih puas dengan sekolah hibrida pada anak- anak mereka dibandingkan dengan sekolah mereka sebelumnya.

Meningkatnya minat dan bermunculannya sekolah hibrida di seluruh negeri mencerminkan tren pendidikan yang lebih besar dari sekolah tradisional dan menuju solusi yang inovatif dan terdesentralisasi. 

Menjaga peraturan dan gangguan pemerintah akan membantu sekolah hibrida dan sekolah-sekolah lain dengan model serupa berkembang dan diperluas untuk memenuhi preferensi dan kebutuhan komunitas belajar lokal yang berbeda, dan akan memperkenalkan lebih banyak variasi pilihan pendidikan yang menarik dan terjangkau untuk lebih banyak keluarga. (ian)

Kerry McDonald adalah Senior Education Fellow di FEE dan pembawa acara podcast LiberatED mingguan. Dia juga penulis Unschooled: Raising Curious, Well-Educated Children Outside the Conventional Classroom ( Chicago Review Press, 2019 ), seorang asisten profesor di Cato Institute, dan kontributor tetap Forbes. Kerry bergelar B.A. di bidang ekonomi dari Bowdoin College dan M.Ed. dalam kebijakan pendidikan dari Universitas Harvard. Dia tinggal di Cambridge, Massachusetts bersama suami dan empat anaknya. Anda dapat mendaftar untuk buletin mingguannya tentang pengasuhan anak dan pendidikan

Apakah Anda Melek Finansial?

0

Kristina Ellis

Literasi keuangan adalah keterampilan yang memungkinkan seseorang membuat keputusan cerdas dengan uang mereka. Meskipun memahami statistik dan fakta tentang uang itu hal yang bagus, tidak ada yang benar-benar memahami literasi keuangan sampai mereka dapat melakukan hal yang benar dengan uang mereka dan mendapatkan hasil yang tepat. 

Ketika memiliki keahlian ini, Anda dapat memahami masalah utama keuangan yang dihadapi kebanyakan orang, yakni keadaan darurat, utang, investasi, dan lain sebagainya.

Orang-orang yang melek finansial tahu cara mengatur anggaran, tahu cara menggunakan dana cadangan, dan tahu perbedaan antara rencana dana pensiun dan dana kuliah. 

Berikut adalah beberapa konsep yang telah dikuasai konsumen yang melek finansial:

Penganggaran

Kebanyakan orang Amerika hidup untuk membayar tagihan, dan sebagian besar karena adanya kesenjangan antara jumlah yang secara matematika mereka dapatkan dan apa yang sebenarnya mereka belanjakan. 

Literasi keuangan dapat membuat seseorang terbiasa membuat anggaran dengan menabung untuk suatu tujuan dan menunda kepuasan agar mendapatkan ketenangan pikiran di hari ini dan di masa depan.

Darurat

Dewasa ini, hanya 44 persen orang Amerika yang memiliki dana darurat sebesar $1.000 atau setara 15 juta rupiah. Sekitar 40 persen tidak akan mampu menutupi keadaan darurat yang “hanya” $400 atau kurang lebih 6 juta rupiah. Orang yang melek finansial memahami kebijaksanaan akan menabung untuk saat-saat darurat yang mungkin terjadi dalam kehidupan mereka.

Utang

Selain hipotek, yang jumlahnya hampir $9 triliun atau 13 juta triliun rupiah dalam bentuk utang nasional, orang Amerika dibebani dengan berbagai pinjaman mobil, kartu kredit, dan pinjaman biaya kuliah. 

The Federal Reserve Bank of New York melaporkan pada 2018 bahwa total utang konsumen di Amerika Serikat telah mencapai $3,95 triliun atau setara 57 juta triliun rupiah. Untuk melihat bagaimana beban utang itu memengaruhi kehidupan sehari-hari, pertimbangkan fakta bahwa Northwestern Mutual melaporkan bahwa 40 persen orang Amerika menghabiskan hingga setengah dari pendapatan bulanan mereka untuk pembayaran utang. 

Sebagian besar literasi keuangan fokus pada pemahaman bagaimana waktu dan uang yang dihabiskan seseorang untuk melunasi utang merusak kemampuan mereka berinvestasi di masa depan.

Meskipun tidak ada satu cara pasti untuk mengukur berapa banyak orang yang melek finansial, kurangnya keterampilan dalam hal tertentu akan mengonfirmasi dugaan itu. Misalnya, jika Anda mengukurnya jumlah orang yang kehidupannya tidak melulu untuk membayar utang sebagai perkiraan literasi keuangan, maka hanya sekitar 20 persen orang saja yang memenuhi syarat.

Apakah Anda Melek Finansial?

Untuk membantu Anda memutuskan dimanakah posisi diri Anda diantara mereka yang melek finansial, pikirkan pertanyaan-pertanyaan berikut:

• Apakah Anda tahu cara membuat anggaran bulanan yang mencakup semua pengeluaran dasar, tagihan, utang, dan dana cadangan untuk pembelian di masa mendatang?

• Apakah Anda saat ini bebas utang, atau apakah Anda sedang mengambil langkah aktif untuk mengurangi utang Anda?

• Apakah Anda tahu berapa banyak yang Anda keluarkan untuk menutupi biaya hidup selama tiga sampai enam bulan?

• Apakah Anda memiliki dana darurat yang memungkinkan Anda melewati peristiwa hidup yang mendadak dan tidak terduga tanpa meminjam uang?

• Apakah Anda memahami bagaimana bunga majemuk memungkinkan uang yang diinvestasikan semakin lama semakin berkembang?

. Apakah Anda mengetahui berbagai macam asuransi yang dibutuhkan untuk melindungi keuangan dan investasi Anda?

• Apakah Anda memahami perbedaan antara investasi dan asuransi?

Mudah-mudahan, Anda dapat menjawab “ya” untuk semua—atau   setidaknya   beberapa—pertanyaan.   Tetapi   jika Anda mendapati diri Anda menjawab “tidak” untuk beberapa penilaian, jangan berkecil hati. Ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana cara finansial bekerja:

Memulai Dana Darurat

Mulailah dengan menabung hingga $1.000 atau setara 15 juta rupiah. Ini dilakukan agar Anda tidak sampai terlempar keluar jalur ketika peristiwa keuangan yang sulit dan mendadak itu tiba-tiba menimpa diri Anda. Jangan khawatir, jika jumlah ini menurut Anda tidak banyak. Anda akan segera dapat mengembangkan dana darurat ini segera setelah Anda mulai melakukannya.

Menuntaskan utang

Untuk membebaskan diri dari utang, mulailah dengan membuat daftar utang Anda dari yang terkecil hingga yang terbesar. Kemudian gunakan metode debt snowball untuk melunasinya. Saat Anda melunasi utang terkecil, pindahkan dana yang biasa Anda bayarkan ke utang terbesar berikutnya. Ulangi proses ini sampai semua utang Anda, kecuali hipotek Anda, hilang.

Selesaikan Dana Darurat Anda

Untuk melengkapi langkah ini, pindahkan uang cicilan yang telah lunas dana darurat Anda menjadi tiga hingga enam bulan pengeluaran sambil melunasi utang yang masih tersisa.

Investasikan 15 persen dari Penghasilan Anda untuk Pensiun

Tidak ada kata terlambat untuk merencanakan masa pensiun. Delapan puluh tujuh persen siswa yang mengambil kelas keuangan setuju bahwa mereka merasa percaya diri untuk     berinvestasi.  Anda dapat menghadapi masa depan dengan lebih percaya diri, ketika Anda memiliki rencana yang mencakup investasi dana pensiun.

Gunakan saham reksa dana dalam rencana tabungan pensiun. Berinvestasi 15 persen dapat membantu memastikan Anda mengalahkan inflasi dalam jangka panjang, sambil tetap memiliki pendapatan yang cukup untuk melunasi rumah Anda.

Simpan untuk kuliah

Lebih dari setengah ( 51 persen ) siswa yang belajar tentang keuangan di sekolah menengah berencana untuk membayar sendiri biaya kuliahnya. Dua metode terbaik adalah rekening tabungan pendidikan dan asuransi pendidikan.

Lunasi Hipotek Anda Lebih Awal

Pembayaran perumahan bulanan ini adalah salah satu pengeluaran terbesar bagi kebanyakan orang. Bayangkan memiliki rumah dengan bebas utang dan jelas!

Bangun Kekayaan dan Berikan dengan Murah Hati

Tujuan literasi keuangan bukan hanya pengetahuan saja. Tujuan utamanya agar dapat menggunakan uang Anda untuk melakukan hal-hal yang ingin Anda lakukan, seperti pensiun dengan bermartabat, menghabiskan waktu luang bersama keluarga, dan memberi sumbangan untuk tujuan yang berharga.

Mungkin sekarang Anda telah memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai literasi keuangan Anda sendiri. Tentu saja Anda harus banyak belajar, tapi saya harap tulisan ini dapat mendorong Anda untuk mengetahui bagaimana peningkatan literasi keuangan dapat mengubah Anda, komunitas Anda, dan mungkin seluruh bangsa! (feb)

Kristina Ellis, setelah mendapatkan biaya sebesar $500K atau sekitar 7 miliar rupiah dalam bentuk beasiswa dan lulus dari sekolah impiannya dengan gelar sarjana dan magister, Kristina Ellis mulai membantu para siswa membuat rencana keuangan mereka sendiri untuk mendapatkan pendidikan tanpa utang. Dia adalah penulis buku terlaris “Confessions of a Scholarship Winner” dan “How to Graduate Debt-Free.