Home Blog Page 606

Pertimbangan Pemerintah Hapus Syarat Tes PCR dan Antigen untuk Perjalanan Domestik Hingga Uji Coba Kedatangan Luar Negeri Bebas Karantina

ETIndonesia- Pemerintah meluncurkan kebijakan baru dengan melonggarkan pembatasan COVID-19 yang pernah diterapkan sebelumnya. Langkah tersebut dilakukan dengan sejumlah pertimbangan yang dijadikan pijakan oleh pemerintah.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menegaskan bahwa perkembangan terkini COVID-19 menjadi pertimbangan Pemerintah untuk menilai kesiapan Indonesia menuju transisi dan adaptasi kegiatan masyarakat. Diantaranya, perkembangan data kasus positif, kesembuhan, kematian, keterisian tempat tidur, serta cakupan vaksinasi di tingkat nasional.

“Sebelum suatu kebijakan diterapkan, tentu saja dilakukan pengamatan secara mendalam pada data perkembangan COVID-19. Untuk menilai kesiapan Indonesia menuju transisi dan adaptasi kegiatan masyarakat,” Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Selasa (8/3/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden. 

Untuk lebih jelasnya, pada perkembangan terkini terdapat sejumlah kabar baik. Perlu diketahui, kasus Indonesia sempat naik tajam hampir 400 ribu kasus yang terjadi sekitar 1 bulan lalu. Berselang 2 minggu, kasus berhasil diturunkan hampir setengahnya menjadi 200 ribu kasus. Penurunan ini, tentunya masih masih harus dikejar agar kembali sebelum terjadinya puncak kasus. Dimana saat itu berkisar seribu kasus dalam 1 minggu. 

Kabar baik lainnya, persentase kesembuhan kembali meningkat hampir 90%. Setelah sempat menurun drastis dari 96% menjadi 86% pada 20 Februari lalu. Sejalan ini, angka keterisian tempat tidur RS rujukan COVID-19 juga menurun dalam 10 hari terakhir, dari 38,79% menjadi 28,20%. Meskipun begitu, kesiagaan menuju periode transisi dan adaptasi terus ditingkatkan dengan menambah jumlah tempat tidur. Data per 7 Maret jumlah tempat tidur isolasi di seluruh Indonesia sudah melebihi 94 ribu.

Lalu, jumlah kasus aktif nasional pada pekan terakhir mengalami penurunan sebesar 97 ribu kasus setelah 8 pekan sebelumnya mengalami kenaikan. Tetapi, angka kasus aktif saat ini masih terbilang tinggi. Data per 7 Maret 2022, tercatat 448.273 kasus. 

“Seluruh upaya penanganan Covid-19 harus terus dilakukan secara konsisten meskipun kasus nasional menunjukkan penurunan,” imbuh Wiku.

Selanjutnya dari data kematian. Meskipun kenaikannya tidak setajam kasus positif, namun tetap menjadi prioritas penanganan. Data per 21 – 27 Februari, terjadi 1.708 kematian dan meningkat di minggu ini menjadi 2.099 kematian. Artinya, terjadi kenaikan 300 kematian dibandingkan minggu sebelumnya. Hal ini sangat disayangkan, disaat kasus positif mulai mengalami penurunan, nyatanya tren kematian mingguan masih mengalami kenaikan. 

“Ingat, dalam upaya adaptasi penangan COVID-19 di Indonesia, kita tidak mentolerir kasus kematian sedikitpun. Perlu ditekankan, bahwa penanganan kasus positif baik tanpa gejala atau gejala ringan segera dilakukan pemeriksaan medis untuk mencegah kejadian perburukan klinis hingga kematian,” tegas Wiku.

Dengan mencermati perkembangan kasus tersebut, maka dalam proses adaptasi dengan pandemi COVID-19 ini, harus terus diupayakan untuk menekan angka kematian. Karena, data periode 21 Januari – 6 Maret 2022, dari 8.230 pasien yang meninggal di rumah sakit, sebesar 51% diantaranya memiliki komorbid, 56% lansia, dan 70% belum divaksinasi lengkap. 

“Ini artinya, sangat penting melindungi lansia dan kelompok rentan. Melalui pengawasan protokol kesehatan dan meningkatkan cakupan vaksinasi dosis lengkap,” lanjut Wiku. (asr)

Anies Ganti Transjakarta dengan Bus Listrik, Targetkan 100 Bus Beroperasi Hingga Akhir Tahun

ETIndonesia-    Pemprov DKI Jakarta melalui PT Transjakarta secara resmi meluncurkan 30 armada bus bebas emisi berbasis listrik.

“Alhamdulillah setelah melakukan uji coba yang cukup panjang, hari ini secara resmi 30 bus listrik digunakan untuk rute TransJakarta dan akhir tahun ini Inysa Allah akan ada 100 bus listrik yang beroperasi. Dan merupakan bagian dari piloting yang sedang kami kerjakan. Harapannya di 2030 semua kendaraan umum bus di Jakarta bisa beroperasi dengan tenaga listrik,” kata Gubernur Anies saat peluncuran Bus Listrik Transjakarta di Plaza Monas, Selasa (8/3) dalam siaran pers PPID DKI Jakarta.

Menurut Gubernur Anies kedua masalah mobilitas di Jakarta diakibatkan oleh kegiatan kendaraan bermotor yang amat tinggi. Karena itu solusi yang ditawarkan ke masyarakat adalah dengan memfasilitasi kendaraan umum dengan sistem yang luas dan kendaraan umumnya berbasis listrik.

“Jadi persoalan pengurangan emisi karbon bisa kita lakukan, di saat yang sama pengurangan jumlah kendaraan pribadi bisa dikerjakan. Itu sebabnya kita mendorongnya kendaraan umum berbasis listrik, kalau hanya kendaraan listrik maka dia akan membantu mengurangi polusi udara tapi tetap ada kendaraan pribadi di jalanan, yang artinya masalah kemacetan tetap menjadi tantangan,” papar Gubernur Anies.

Berdasarkan laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB tahun 2022, perlu dilakukan upaya untuk mempercepat transisi menuju net-zero emissions. Jakarta sendiri telah memasukkan rencana elektrifikasi bus dan armada Transjakarta ke dalam Pergub Nomor 90 Tahun 2021 tentang rencana pembangunan rendah karbon daerah yang berketahanan iklim.

“Jadi inisiatif ini adalah bagian dari komitmen Indonesia untuk menyumbang ikhtiar umat menusia dalam menyelamatkan alam semesta dengan mengurangi polusi udara,. Kita berharap dengan adanya bus listrik ini maka masyarakat makin tersadarkan tentang pentingnya teknologi ramah lingkungan dan usaha kita mengurangi emisi karbon di kota ini,” tegasnya.

Gubernur Anies juga menggarisbawahi bahwa peluncuran Bus Listrik ini merupakan hal yang dikerjakan bersama-sama sejak tahun 2018, oleh intsitusi internasional dan dukungan dari private sector.

“Kita bekerja bersama dengan 4 institusi internasional, kita bermitra secara intensif. Antara lain, United Nations Environment Programme, UNEP. Kemudian Climate Technology Centre and Network, C40 Network dan Kedubes Kerajaan Inggris, kami sampaikan terima kasih dan apresiasi atas kolborasinya,” jelasnya.

Sementara itu Bus Listrik Transjakarta memiliki keunggulan di antaranya polusi suara pada Bus Listrik berpotensi menurun hingga 28 persen dibandingkan pada bus diesel, emisi CO2 pada gas buang bus listrik dapat berkurang hingga 50,3 persen, dan level efisiensi energi pada bus listrik memiliki potensi 5  kali lebih tinggi dibandingkan pada bus diesel.

Bus Listrik TransJakarta ini juga memiliki Rute operasi pada tahap yang awal akan fokus pada rute non-BRT. Rute tahap awal yang digunakan adalah rute 1P (Terminal Senen – Bundaran Senayan), Rute non-BRT lain sebagai rute operasi bus listrik selanjutnya adalah sebagai berikut: 1P: Senen – Bundaran Senayan; 1R: Tanah Abang – Terminal Senen; 1N: Blok M – Tanah Abang; 6N: ragunan – Blok M. (asr)

Ukraina Kembali Terima Hampir 20.000 Rudal, Bandara Rahasia Mengangkut Senjata Kiriman Internasional

Liu Minghuan

Setelah tentara Rusia melancarkan operasi ofensif terhadap Ukraina pada 24 Februari, banyak negara membantu Ukraina dengan mengirimkan senjata. Menurut media AS, negeri paman SAM dan anggota NATO lainnya sejauh ini telah mengirimkan 17.000 rudal anti-tank dan 2.000 rudal anti-pesawat Stinger (rudal Stinger) ke Ukraina. Banyak negara Barat mengangkut senjata ke Ukraina melalui bandara rahasia.

Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Mark Milley mengunjungi bandara yang dirahasiakan di dekat perbatasan Ukraina pekan lalu, kata seorang pejabat senior Pentagon, menurut CNN dan The New York Times. Bandara tersebut telah menjadi pusat pengiriman senjata ke Ukraina.

Selama kunjungannya, Milley melihat secara langsung upaya banyak negara untuk memberikan bantuan militer ke Ukraina jika terjadi agresi Rusia yang tidak beralasan.

Dalam beberapa hari terakhir, bandara telah menjadi sarang pergerakan pesawat, dari segelintir penerbangan transportasi yang tiba secara lokal setiap hari hingga sebanyak 17 kali  tiba untuk mengirimkan pasokan serta kapasitas operasi maksimum bandara.

Lokasi lapangan terbang tetap menjadi rahasia untuk melindungi pengiriman senjata ke Ukraina, termasuk rudal anti-armor. Pejabat itu mengatakan bahwa setelah bahan-bahan ini memasuki Ukraina, mereka belum menjadi sasaran tentara Rusia.

Seorang pejabat Departemen Pertahanan kedua mengatakan 14 negara telah memberikan bantuan keamanan ke Ukraina sejak invasi Rusia dimulai, beberapa di antaranya jarang mengirim peralatan dalam jumlah besar sebelumnya.

Komando Eropa AS (EUCOM) berada di jantung pengiriman besar-besaran, menggunakan jaringan penghubungnya dengan sekutu dan mitra untuk mengkoordinasikan pengiriman ke Ukraina dalam “tepat waktu “.

Bantuan senilai sekitar $ 240 juta telah tiba di Ukraina, hanya seminggu setelah Gedung Putih secara resmi menyetujui paket bantuan keamanan AS senilai $350 juta, menurut pejabat tersebut. Sisanya akan tiba dalam beberapa hari atau minggu ke depan. 

Pasokan yang sudah dikirim ke Ukraina termasuk “kemampuan yang paling dibutuhkan, seperti kemampuan anti-armor.”

Secara total, Amerika Serikat telah memberikan Ukraina lebih dari US$3 miliar bantuan keamanan sejak Rusia pertama kali menginvasi sebagian Ukraina pada tahun 2014, kata pejabat Pentagon. Sekitar US$1 miliar di antaranya telah disediakan oleh pemerintah AS selama setahun terakhir.

Menurut laporan media, Swedia juga mengumumkan pada 27 Februari, bahwa mereka akan menghentikan praktik tidak mengirim senjata ke negara-negara yang dilanda perang dan mengirim peralatan militer seperti peluncur anti-tank ke Ukraina.

Pada 27 Februari, pemerintah Kanada menyetujui bantuan militer tambahan sebesar US$25 juta ke Ukraina.

Pada konferensi pers pada 14 Februari, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengumumkan bahwa Kanada akan mengirim Ukraina senilai US$7,8 juta “peralatan mematikan” sebagai tanggapan atas serangan Rusia.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengumumkan pada 26 Februari, bahwa Jerman akan memberikan 1.000 senjata anti-tank dan 500 rudal Stinger kepada “teman-teman kita di Ukraina”.

Pemerintah Swedia membalikkan netralitas selama puluhan tahun dan menyetujui pengiriman 5.000 senjata anti-tank, 135.000 ransum lapangan, 5.000 helm dan 5.000 pelindung tubuh.

Kembali pada 17 Januari, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan bahwa Inggris akan memberikan Ukraina senjata dan pelatihan “pertahanan diri” saat pasukan Rusia berkumpul di perbatasan.

Sejak tentara Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, negara-negara telah membantu Ukraina dengan senjata, Ukraina telah berjuang untuk melawan, tentara Rusia menderita banyak korban, dan serangan Putin telah diblokir.

Tindakan Rusia selama beberapa hari terakhir belum membuat kemajuan berarti. Bagi tentara Rusia, semakin lama penundaan di medan perang, semakin dekat dengan akhir bencana. (sin)

 

Bukti Dugaan Kejahatan Perang Rusia Menginvasi Ukraina Sedang Dikumpulkan

oleh Zhang Yujie

Dewan Keamanan Nasional AS (National Security Council) pada Senin 7 Maret menyatakan bahwa Amerika Serikat sedang mengumpulkan informasi tentang dugaan kejahatan perang, yang mana meliputi pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran hukum internasional yang dilakukan oleh Rusia selama agresi militer ke Ukraina.

Pernyataan Dewan Keamanan Nasional AS muncul di tengah kecaman internasional yang meluas atas agresi berkelanjutan Rusia terhadap Ukraina, termasuk serangan terhadap penduduk sipil, CNBC melaporkan pada 7 Maret bahwa para pengungsi perang Ukraina saat ini telah mencapai 1,5 juta jiwa.

“Kami terkejut dengan kebrutalan pasukan Rusia, dan semakin banyak warga sipil Ukraina yang tewas terbunuh. Pasukan Rusia dilaporkan telah menyerang gedung sekolah, rumah sakit, taman kanak-kanak, panti asuhan, gedung apartemen di Ukraina. Bangunan perumahan, dan warga sipil yang meninggalkan Ukraina melalui koridor kemanusiaan”, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS (National Security Council).

“Kami sedang mengumpulkan bukti-bukti dugaan Rusia telah terlibat dalam kejahatan perang, pelanggaran hak asasi manusia, pelanggaran hukum internasional. Kami mendukung akuntabilitas dengan semua alat (hukum) yang tersedia, termasuk penuntutan pidana jika perlu”.

Michael Carpenter, duta besar AS di Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (Organization for Security and Co-operation in Europe. OSCE) pada hari Senin, menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin telah memulai perang dengan tanpa alasan.

Carpenter mengatakan bahwa 45 negara telah mengaktifkan Mekanisme Moskow (Moscow Mechanism) untuk mencatat dan mengumpulkan bukti pelanggaran Rusia terhadap hukum internasional, dan laporan investigasi yang relevan akan diserahkan kepada Pengadilan Kriminal Internasional dan Pengadilan Internasional. “Individu di semua tingkatan harus bertanggung jawab”, katanya.

“Kebrutalan perang ini menjijikkan juga memilukan. Anak-anak tewas dalam peperangan, orang tua dipaksa meninggalkan rumah mereka. Dan sejumlah fasilitas sipil terus diserang”. “Ini semua membuat setiap orang tersentak”.

Carpenter mengatakan, Rusia setuju untuk membuka koridor kemanusiaan di kota Ukraina Volnovakha dan Mariupol, tetapi melakukan pemboman ketika warga sipil menggunakannya untuk meninggalkan negara itu.

“Ini benar-benar biadab”, katanya.

Carpenter juga mengkritik usulan Rusia yang menghendaki para pengungsi Ukraina dibawa ke wilayah Rusia dan atau Belarusia.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pada 7 Maret, gencatan senjata sementara akan dibuka lagi, dan saluran kemanusiaan akan dibuka agar mereka yang ingin meninggalkan Kyiv dapat terbang ke Rusia. 

Seorang juru bicara presiden Ukraina mengatakan pada 7 Maret, bahwa usulan Rusia untuk koridor kemanusiaan itu benar-benar tidak bermoral, dan bahwa warga Ukraina harus diizinkan untuk meninggalkan rumah mereka melalui wilayah Ukraina.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada CNN pada hari Minggu 6 Maret pihaknya telah melihat beberapa laporan yang sangat kredibel tentang penembakan yang sengaja ditargetkan kepada warga sipil oleh pasukan Rusia. Ini merupakan kejahatan perang. Ada juga laporan yang menyebutkan bahwa tentara Rusia telah menggunakan senjata tertentu yang dilarang”.

Kepala Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional, Karim Asad Ahmad Khan sejak pekan lalu telah meluncurkan penyelidikan atas agresi Rusia terhadap Ukraina. (sin)

3.500 Lebih Warga Rusia di Sejumlah Kota Ditangkap Polisi Saat Berunjuk Rasa Anti-Perang

oleh Li Xin

Aksi protes anti-perang terus meluas di seluruh Rusia, menurut berita yang disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri Rusia bahwa pihak berwenang telah menahan lebih dari 3.500 pengunjuk rasa di seluruh Rusia, Minggu (6/3/2022).

Protes nasional meletus lagi di Rusia pada Minggu 6 Maret. Massa menentang perintah Presiden Vladimir Putin untuk menyerang Ukraina. Demikian Reuters melaporkan.

Video yang diposting di media sosial oleh aktivis oposisi dan blogger, menunjukkan ribuan pengunjuk rasa meneriakkan slogan ‘Stop Perang !’ dan ‘Anda Memalukan !’

Rekaman lain menunjukkan pihak berwenang menahan puluhan pengunjuk rasa di kota federasi Ural Yekaterinburg. Polisi anti huru hara menjatuhkan seorang pengunjuk rasa ke tanah dan sebuah mural yang menunjukkan gambar Putin di kota telah dirusak.

Reuters mengatakan bahwa media tersebut, tidak dapat secara independen memverifikasi rekaman dan foto yang beredar di media sosial. Namun Kementerian Dalam Negeri Rusia mengatakan 1.700 pengunjuk rasa ditahan di Moskow, 750 di St. Petersburg dan 1.061 di kota-kota lain.

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengatakan 5.200 orang warga sipil dari seluruh Rusia telah ambil bagian dalam protes tersebut.

OVD-Info, sebuah kelompok pengawas protes non-pemerintah mengatakan setidaknya 2.578 orang telah ditahan di 49 kota, menurut catatan mereka, ini merupakan jumlah penangkapan terbanyak yang dilakukan otoritas Rusia sejak invasi 24 Februari, sehingga total warga yang tertangkap melebihi sepuluh ribu orang.

“Kami menyaksikan kegiatan protes yang cukup besar hari ini, bahkan di kota-kota di wilayah Siberia, di mana kami jarang melihat ada penangkapan sebanyak itu di sana”, kata juru bicara OVD-Info Maria Kuznetsova.

Protes warga Rusia dengan jumlah penangkapan yang cukup besar terakhir kalinya terjadi pada Januari 2021, ketika ribuan orang warga menuntut pembebasan pemimpin oposisi Alexei Navalny, yang ditangkap setelah kembali dari Jerman, di mana dia dirawat karena keracunan agen saraf. (sin)

Apakah Foto ini Adalah Isyarat Penolakan Terhadap Kepemimpin yang Berintikan Xi Jinping ?

0

oleh Li Yun – Aboluowang

Kongres Rakyat Nasional ke-13 Pertemuan ke-5 dibuka pada 5 Maret di Balai Agung Rakyat, Beijing.

Kantor Berita ‘Xinhua’ mengomentari foto di atas : Ini adalah Xi Jinping saat memasuki venue.

Foto yang dirilis oleh Kantor Berita resmi Tiongkok ‘Xinhua’ mengungkapkan sebuah pemandangan yang mengejutkan. 

Foto tersebut menunjukkan bahwa Xi Jinping dengan wajah tersenyum berjalan menuju ke venue, meskipun semua anggota peserta berdiri dan memberikan tepuk tangan. 

Namun, baik tubuh, kepala sampai mata mereka tidak satu pun yang tertuju kepada Xi Jinping, melainkan mengarah kepada para anggota Komite Tetap lainnya yang berjalan di belakang Xi Jinping.

Beberapa netizen menuliskan komentar yang cukup menggoda : “Jangan-jangan Wang Huning lagi yang berulah”.

“Anggota peserta tampaknya lebih tertarik terhadap orang yang ada di belakang”.

“Apakah Xi Jinping cuma boneka, Li Keqiang yang lebih memiliki kekuatan nyata ?”

Ada juga netizen yang mengomentarai : “Apakah ini adalah sindiran kelas tinggi yang menunjukkan ‘Xinhua’ yang mulai memberontak ?” (sin)

Zelensky Ukraina dalam Sebuah Pertempuran Modern Daud Melawan Goliat

oleh Joel Etienne

Sekeluarga Yahudi Ukraina memiliki empat saudara laki-laki. Tiga laki-laki bersaudara dibunuh oleh Nazi. Hanya satu laki-laki yang selamat. Cucunya adalah presiden Ukraina saat ini, Volodymyr Zelensky.

Hubungan antara Ukraina dengan komunitas Yahudi di Ukraina adalah suatu hubungan yang tragis. Dari pembunuhan secara besar-besaran terhadap orang Yahudi yang menyebabkan eksodus massal dan migrasi orang-orang Yahudi yang keluar dari Ukraina selama lebih dari dua abad, sebagian besar bermigrasi ke Amerika Utara, hingga hari-hari nyata dukungan Ukraina untuk Reich Ketiga Nazi Hitler, ada sebuah pepatah umum di komunitas Yahudi, baik di Amerika atau pun di Israel, bahwa setiap batu di Ukraina berlumuran darah orang-orang Yahudi.

Namun, terlepas dari sebuah sejarah kengerian-kengerian, seperempat juta orang Yahudi telah berhasil bertahan dan berkembang di zaman Ukraina modern. 

Sekarang, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menemukan dirinya dalam situasi Daud melawan Goliat. Dengan setara katapel abad ke-21, Volodymyr Zelensky menghadapi angkatan bersenjata yang paling agresif dan mematikan di dunia, mantan Tentara Merah. Seperti Raja Daud di kitab Mazmur, Volodymyr Zelensky menghadapi musuh tersebut sendirian, tanpa dukungan nyata yang dibutuhkan dari Presiden Joe Biden, seorang Amerika Serikat yang berumur tujuh puluh tahun yang tampaknya bingung.

Sungguh ironis bahwa ini adalah Tentara Merah yang sama, yang membebaskan Auschwitz pada 27 Januari 1945. Banyak yang telah berubah sejak saat itu.

Sebelum peristiwa tingkat yang mematikan dan berpotensial menyebabkan kepunahan ini, bagaimanapun juga, Ukraina adalah sebuah negara yang sedang dalam perjalanan menuju penguatan kapitalisme, demokrasi, dan hak asasi manusia untuk semua.

Ada sejarah mengenai wajah di Ukraina sehubungan dengan hidup berdampingan dalam damai dan hormat, yang setiap tahun, puluhan ribu orang-orang Yahudi dari Israel dan tempat lain di dunia melakukan perjalanan ke Uman, sebuah kota kecil di Ukraina, untuk merayakan Tahun Baru Yahudi dalam sebuah ziarah untuk menghormati kematian Rabi Nachman dari Breslov yang terkenal dan dihormati.

Jelas, bukan karena tas-tas Gucci dan Mercedes Benz ramping yang menyebabkan Ukraina mendorong penyertaan Eropa dan NATO; bagaimanapun juga, Moskow memungkinkan beberapa orang terpilih untuk menikmati fasilitas dan penghargaan yang berasal dari Barat. 

Tidak, orang-orang Ukraina mendambakan dan berusaha untuk mengilhami inti sari dari takdir yang nyata–—kebebasan. 

Ukraina akhirnya memiliki potensi untuk melepaskan diri dari belenggu sejarahnya untuk mengejar ketertinggalannya untuk menuju sebuah  dunia yang maju yang menawarkan hak pilih bagi warganegaranya, perlindungan bagi kaum minoritas, kesetaraan gender, dan kemampuan setiap warganegara untuk mencapai potensi terbaiknya berdasarkan kecerdasan, keterampilan, dan isi wataknya. Hal ini bukanlah uang—–hal ini adalah impian Martin Luther King.

Partai Komunis Tiongkok dan Taiwan

Sementara pemerintahan Joe Biden dan Justin Trudeau terus-menerus menyerah pada musuh komunis dan fasis, yang mengikuti jejak Neville Chamberlain dan Joe Kennedy Senior, warga Barat bertanya-tanya ke mana semua ini berjalan. Akankah menaklukkan perbatasan Ukraina memuaskan Putin dan kaki tangannya? Jangan mengandalkannya. Penulis benci memikirkannya, tetapi biarkan Putin memutuskan sendiri, bagi Putin perang ini hanyalah sebuah latihan pemanasan.

Saya  biasanya mencoba mengukur insting-insting diri sendiri dengan cara mengambil sampel pikiran-pikiran rekan kerja agamawan yang  dikenal di Sinagoga setelah kebaktian pada Sabtu pagi. Mengambil sampel opini pada Sabtu pagi baru-baru ini, saya dapat melaporkan bahwa kaum milenial tidak memiliki opini-opini yang nyata mengenai ke mana arah perang ini, sementara Gen X dan Gen Y memahami apa yang terjadi tetapi tidak tahu di mana perang sedang berlangsung. Tetapi baby boomer sangat jelas mengenai gambar yang lebih besar. Dikatakan, pada dasarnya mereka memiliki satu kata jawaban: Taiwan.

Tentu saja, mereka adalah benar. Awal bencana ini dimulai musim panas lalu di Afganistan. Terburu-buru untuk terlihat mulia dan mundur sebelum peringatan ulang tahun 9/11, Joe Biden berpikir bahwa hal tersebut adalah bisnis yang cerdas untuk meninggalkan pasukan-pasukannya dan sekutu-sekutunya di Afghanistan, bahkan jika hal tersebut berarti meninggalkan persenjataan Amerika Serikat yang canggih senilai  10 miliar dolar AS di Afghanistan. 

Dengan ukuran perbandingan, Israel menerima persenjataan Amerika Serikat senilai sekitar USD 1 miliar dolar AS setiap tahun. Joe Biden berpikir bahwa hal tersebut adalah bisnis yang cerdas untuk memberikan musuh-musuhnya, Taliban, dengan 10 pasokan militer selama bertahun-tahun. Taliban tidaklah bodoh, karena Taliban dengan cepat beralih ke Beijing dan menawarkan persenjataan canggih tersebut kepada Partai Komunis Tiongkok dengan sebuah diskon. Putin jelas menyadari saat itu dan kemudian bahwa kurangnya intelijen dan kecanggihan sedang menguasai hari-hari di Washington (dan Ottawa). Seorang pecatur ahli selalu memanfaatkan kelemahan.

Dalam usaha bisnis apa pun, anda menskalakannya sebelum membangunnya. Musuh-musuh kita telah mempelajari bisnis selama beberapa dekade. Satu hal musuh-musuh kita tidak bodoh. Bagi Partai Komunis Tiongkok, invasi Rusia ke Ukraina adalah sebuah latihan pemanasan menuju Taiwan.

Dengan ekonomi sebesar Kanada tetapi populasinya hampir 3,5 kali lebih banyak, Putin memiliki senjata dan tentara, tetapi tidak memiliki uang. Menggerakkan 80 persen pasukan Rusia ke perbatasan Ukraina akan menghabiskan banyak uang. Antara bahan bakar, makanan, dan gaji-gaji kecil untuk tentara-tentara korbannya, Putin tahu bahwa ia membutuhkan seorang pemodal. 

Joe Biden dalam salah perhitungan Putin tidak akan menghargai sikap agresif Putin dengan sebuah transfer bank. Apa yang tidak Joe Biden sadari adalah bahwa Beijing akan lebih dari senang untuk menulis cek. Tidak ada kerugian bagi Partai Komunis Tiongkok. 

Jika Putin berhasil, Partai Komunis Tiongkok akan bersama-sama memiliki sebuah negara baru dengan biaya yang murah dan tanpa kehilangan nyawa bagi Partai Komunis Tiongkok, ditambah pada saat yang sama Partai Komunis Tiongkok akan menjadi bagian tim yang mengebiri dunia Barat–—semuanya sebagai sebuah pemanasan untuk hadiah yang sebenarnya, yaitu Taiwan.

Kartunis Walt Kelly terkenal mengatakan, “Kita telah bertemu musuh dan musuh itu adalah kita.” Kekacauan ini tidak akan pernah terjadi dengan Donald Trump sebagai  Presiden Amerika Serikat. Kekacauan ini tidak akan pernah terjadi bahkan dengan Mitt Romney sebagai Presiden Amerika Serikat. Ketika Mitt Romney melawan Barack Obama, media elit NYC mencemooh Mitt Romney karena pernyataan Mitt Romney bahwa Putin dan Tentara Merah adalah musuh terbesar Amerika Serikat. Siapa yang menertawakan siapa sekarang ini?

Orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir harus sampai pada kesimpulan, sebelum  terlambat, bahwa cara-cara Joe Kennedy, Neville Chamberlain, Barack Obama, Justin Trudeau, dan Joe Biden untuk melakukan urusan-urusan dunia mengarah pada kebinasaan serta lebih banyak korban dan kematian. Oh, betapa penulis merindukan Paus Yohanes Paulus II, Margaret Thatcher, dan Ronald Reagan!

Ada saat ketika anggota-anggota Partai Demokrat tahu bagaimana menyalurkan dukungan  dan keberanian. Sementara kebodohan Joe Kennedy membantu mengantar kebangkitan Hitler dan Reich Ketiga, putranya, Presiden John F. Kennedy, seorang demokrat, tidak tahu malu sama sekali. Lagipula, ia memang menolak ketika sampai pada Krisis Rudal Kuba dan dunia menjadi lebih baik karenanya. Ada yang ingat kata-kata John F. Kennedy yang terkenal pada 26 Juni 1963: “Ich bin ein Berliner” (Saya adalah seorang penduduk Berlin)?

Selama Perang Yom Kippur, legenda mengatakan bahwa setiap 15 menit sebuah B-52 Amerika Serikat penuh diisi dengan senjata-senjata dan tank-tank, mendarat di bandara Ben Gurion di Tel Aviv, selama berminggu-minggu. Itulah jenis upaya perang yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup orang Israel. Bagaimana penulis tahu? Salah satu veteran Pasukan Pertahanan Israel, seorang tetangga dan teman, adalah bagian tim yang menurunkan senjata-senjata dan tank-tank dari pesawat-pesawat B-52 Amerika Serikat selama upaya tersebut. Saya percaya apa yang dikatakan oleh veteran itu.

Satu-satunya cara untuk menghindari perampasan dan kehancuran Taiwan adalah dengan cara membatasi diri dengan Ukraina. Jadilah diselesaikan segera bahwa Kyiv tidak dapat dan tidak akan jatuh. Apa pun yang terjadi! Jadilah diputuskan bahwa jika Rusia sangat melukai Volodymyr Zelensky, yang akan menyebabkan surat-surat perintah penangkapan dikeluarkan untuk Putin dan kaki tangan untuk kejahatan perang. Nuremberg siapa? Jika kita bersemangat, kita akan mulai melakukan penangkapan sekarang. 

Banyak teman dan rekan Putin menikmati jalan-jalan dan bak-bank di kota London, Paris, Miami, New York, dan Los Angeles saat ini. Temukan sebuah restoran mewah di salah satu kota ini, dan anda akan melihat mereka sedang tertawa, bergurau, dan berfoto selfie.

Pengangkutan Penumpang dan Barang Melalui Udara Berlin

Ada suatu masa ketika Barat memiliki keberanian dan semangat. Kelelahan dan kelaparan akibat Perang Dunia II yang mengerikan, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya tidak takut ketika Tentara Merah berupaya mengambil alih Berlin Barat pada tahun 1948. Sebagai jawaban atas blokade Soviet terhadap Berlin, Sekutu Barat mengorganisir Pengangkutan Penumpang dan Barang Melalui Udara Berlin (Berlin Airlift).

Dari 26 Juni 1948, hingga 30 September 1949, Barat dengan gagah berani membawa perbekalan-perbekalan untuk  masyarakat Berlin Barat. Pasukan-pasukan  Amerika Serikat dan Inggris, dibantu oleh pasukan-pasukan Kanada, Australia, Prancis, Selandia Baru, dan Afrika Selatan terbang di atas Berlin lebih dari 250.000 kali, menjatuhkan kebutuhan-kebutuhan seperti bahan bakar dan makanan. Rencana awal tersebut adalah untuk mengirimkan 3.475 ton persediaan setiap hari, tetapi pada musim semi 1949 puncak pengiriman harian telah meningkat menjadi 12.941 ton.

Keberhasilan pengangkutan penumpang dan barang Melalui udara ini terjadi karena terus-menerus membuat penduduk Berlin bertahan hidup meskipun blokade tersebut menjadi semakin mempermalukan Soviet, dan terus berlangsung hingga 12 Mei 1949, Uni Soviet mencabut blokadenya atas Berlin Barat.

Tetapi saat ini, kita berdebat mengenai pembekuan rekening bank oligarki Rusia. Saat ini, bukannya berfokus pada apa yang penting sebelum agresi Putin, Joe Biden menghabiskan waktunya mendukung latihan-latihan pensinyalan kebajikan dan Justin Trudeau memberlakukan darurat militer terhadap pengemudi-pengemudi truk yang memprotes. Pengemudi-pengemudi  truk, luar biasa!

Memalukan kita!

Hanya sebuah upaya yang mirip dengan Berlin Airlift, disertai dengan membatasi diri dengan cara yang mirip dengan Krisis Rudal Kuba, akan bekerja untuk menangkal komunis dan fasis.

Sementara itu, kita hanya dapat merangkul keberanian luar biasa dari saudara dan saudari kita, orang-orang Ukraina, tetapi juga orang-orang Polandia dan orang-orang Moldavia yang mengerti bahwa satu-satunya cara bagi mereka untuk tetap hidup dalam kebebasan adalah dengan cara bangit melawan para pengganggu. 

Winston Churchill adalah benar ketika ia berkata, “Bangsa-bangsa bertempur hingga akhir bangkit lagi, tetapi bangsa-bangsa yang menyerah secara jinak sudah tamat.”

Sejarah, seperti Tuhan yang baik, bukannya tanpa rasa humor. Kakek-nenek Presiden Volodymyr Zelensky, seperti banyak orang-orang Yahudi di Ukraina, melarikan diri ke Amerika, memungkinkan Volodymyr Zelensky akan menjadi presiden Amerika. Jika Volodymyr Zelensky akan menjadi presiden Amerika, kita semua akan lebih baik.

Satu-satunya solusi Joe Biden untuk bencana Afghanistan adalah menawarkan perlindungan pemerintah Afghanistan dari Taliban dengan menerbangkan Presiden Afghanistan ke pengasingan. Joe Biden menawarkan hal yang sama kepada Presiden Ukraina, tetapi Volodymyr Zelensky mencemooh gagasan itu, dengan mengatakan: “Pertarungan ada di sini; saya butuh amunisi, bukan sebuah tumpangan.” Itu seorang pria sejati!

Saya tidak tahu apakah komunitas penulis akan dapat mengadakan doa-doa Tahun Baru di Ukraina tahun ini di makam Rabi Nachman dari Breslov. Tetapi jika kita melakukannya, penulis dapat memberitahu anda bahwa kami akan memberikan penghormatan dan berdoa untuk Presiden Volodymyr Zelensky dalam pertempuran David melawan Goliath, serta untuk saudara-saudara Ukraina, Polandia, Baltik, Moldavia, yang berjuang di garis depan kebebasan—–yang berjuang untuk kita semua.

Semoga Tuhan memberkati mereka semua! (Vv)

Joel Etienne, seorang pengacara hak asasi manusia yang berbasis di Toronto, dan sebagai seorang produser televisi dan film

Propaganda Beijing Mengenai Ukraina Meresap ke dalam Media Arus Utama Barat

oleh Anders Corr

Ketika Rusia meluncurkan agresinya ke Ukaraina,  para wartawan Barat mengulangi propaganda Partai Komunis Tiongkok yang bertentangan dengan agresi teritorialnya.

Dalam laporan yang sangat bagus mengenai reaksi Tiongkok terhadap reaksi invasi Vladimir Putin ke Ukraina, para wartawan Barat terus-menerus menganggap benar  unsur-unsur utama dari propaganda Beijing, yaitu bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengutamakan perdamaian, kedaulatan negara, dan keutuhan wilayah, dan bahwa apa yang disebut kebijakan Beijing entah bagaimana kontras dengan invasi Moskow.

Tidak dibenarkan, jika seseorang mempertimbangkan sejarah panjang dan berkelanjutan mengenai perampasan tanah militerisasi Partai Komunis Tiongkok yang dimulai dari awal Jiangxi Soviet pada 1931-1934, hingga ke Yan’an mulai 1935, Beijing pada 1949, Turkestan Timur (sekarang Xinjiang) pada 1950, dan Tibet pada 1951.

Dari 1964 hingga 1969, pemimpin Partai Komunis Tiongkok Mao Zedong berusaha merebut wilayah Soviet, tetapi ditolak secara militer. 

Pada 1974, Tiongkok berperang melawan Vietnam Selatan (saat itu bersekutu dengan Amerika Serikat) dan merebut Kepulauan Paracel di Laut Tiongkok Selatan. Sebuah kapal induk Amerika Serikat berada di dekatnya, tetapi sayangnya tidak membantu. Seandainya kita menghentikan ekspansi Tiongkok sejak awal, sejarah pasti akan berlangsung lebih damai.

Pada 1988, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat  membunuh marinir-marinir Vietnam di Johnson South Reef di Laut Tiongkok Selatan dan kemudian membangun sebuah pulau buatan di mana Tiongkok menempatkan sebuah pangkalan militer. 

Pada 1995, rezim Tiongkok menduduki Mischief Reef di Zona Ekonomi Eksklusif Filipina, dan membangun secara masif sebuah pangkalan militer yang jelas-jelas melanggar Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Laut.

Pada 2009, Beijing mengklaim seluruh Laut Tiongkok Selatan sebagai wilayahnya dalam sebuah catatan lisan ke semua negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tahun 2012, Penjaga Pantai Tiongkok merampas Scarborough Shoal dari nelayan-nelayan Filipina.

Saya mengunjungi Scarborough Shoal pada 2016 dan secara pribadi melihat Penjaga Pantai Tiongkok  membahayakan nyawa para aktivis Filipina, saat para aktivis Filipina berupaya berenang ke sebuah batu di Scarborough Shoal dan menanam sebuah bendera. 

Penjaga Pantai Tiongkok memundurkan perahu-perahu motor mereka ke arah para aktivis Filipina yang berenang itu, yang harus berenang menghindar dan menjauhi perahu-perahu motor. Dengan demikian Penjaga Pantai Tiongkok berusaha menghentikan dan menakut-nakuti para aktivis Filipina untuk kembali ke perahu nelayan yang penulis tumpangi. Kapal-kapal baja Penjaga Pantai Tiongkok yang besar juga mendekat beberapa meter dari perahu kayu yang lebih kecil milik nelayan yang tumpangi, yang dengan sengaja mengayun-ayunkan perahu penulis dengan kasar untuk menakut-nakuti. Saya merekam semua itu dengan kamera.

Baru-baru ini, Tentara Pembebasan Rakyat menduduki wilayah Himalaya di India dan perbatasan Bhutan. 

Bhutan adalah sebuah negara kecil yang mengandalkan India untuk pertahanannya, dan India telah berusaha untuk mengurangi serangan Tentara Pembebasan Rakyat dengan melawan tentara Pembebasan Rakyat dalam perkelahian di lereng-lereng gunung, tanpa menggunakan senjata api. Akhirnya, Tiongkok tetap berhubungan dekat dengan Taliban, dan kelompok-kelompok teroris di Myanmar yang mengendalikan wilayah.

Perang Tiongkok 1979 Melawan Vietnam

Pada 1979, Ketua Partai Komunis Tiongkok Deng Xiaoping mengobarkan sebuah perang melawan Vietnam, karena invasi Vietnam ke Kamboja dan mengembangkan aliansi dengan Uni Soviet. Vietnam mendorong mundur militer Tiongkok, tetapi Beijing berhasil memindahkan perbatasan sedikit ke arah selatan dalam proses, mengambil beberapa lokasi strategis, termasuk pegunungan yang tinggi yang telah diperjuangkan kedua belah pihak.

Menurut sumber saya di Vietnam, sebagai contoh, Tiongkok mempertahankan dua dari tiga air terjun di Ban Gioc, ditambah bukit di sisi utara yang berdekatan dengan air terjun, dan beberapa wilayah di perbatasan Huu Nghi. Penanda perbatasan berada ada di sisi selatan air terjun tersebut, seperti yang penulis saksikan sendiri dalam perjalanan ke sana pada 2015.

Profesor Carlyle Thayer di Universitas New South Wales memastikan dalam sebuah email, “Ada sedikit tanah yang dipertahankan Tiongkok karena alasan-alasan taktis” setelah perang tahun 1979.

Namun, Profesor Carlyle Thayer meragukan klaim-klaim oleh beberapa sumber saya bahwa Tiongkok memiliki sebuah koloni sekitar 3.000 orang di Vietnam dari 1975 hingga tahun 1977, dan mulai sebuah pemerintahan paralel di distrik pusat strategis Bao Lac. Tiongkok hampir mencapai hal ini di Burma saat ini, sehingga klaim-klaim tersebut harus diselidiki lebih lanjut.

Alexander Vuving, anggota fakultas di Pusat Asia-Pasifik untuk Studi-Studi Keamanan, menulis dalam sebuah email: “Setelah perang, pihak Tiongkok mundur ke utara perbatasan sebelum 1979 di sebagian besar wilayah. Tetapi pihak Tiongkok mendapatkan beberapa wilayah. Wilayah-wilayah ini adalah beberapa lokasi strategis di sepanjang perbatasan tersebut yang sebagian besar telah disahkan sebagai wilayah-wilayah Tiongkok dalam perjanjian perbatasan darat Tiongkok-Vietnam 1999.”

Alexander Vuving menulis bahwa Ban Gioc dan perbatasan Huu Nghi “adalah, di antara tempat-tempat yang disengketakan  Vietnam serahkan kepada Tiongkok dalam perjanjian perbatasan 1999. Saya tidak melihat bukti Tiongkok secara militer menduduki tempat-tempat ini, tetapi tampaknya Tiongkok mengendalikan tempat-tempat ini setelah perang. Kedua tempat ini lebih bersifat simbolis daripada strategis. Ada beberapa dataran tinggi yang strategis di sepanjang perbatasan di mana kedua belah pihak berjuang demi kendali mereka selama tahun 1980-an. Sebagian besar dari dataran tinggi ini juga diserahkan kepada Tiongkok di perjanjian perbatasan darat.”

Apa yang Akan Diserang Selanjutnya?

Tampaknya ambisi-ambisi teritorial Partai Komunis Tiongkok, dilihat dari perampasan Provinsi Jiangxi pada 1931 hingga perampasan-perampasan wilayah terbaru di Himalaya oleh Partai Komunis Tiongkok, tanpa batas. Apa selanjutnya yang akan dirampas Partai Komunis Tiongkok? Kepulauan Senkaku di Jepang? Seluruh Taiwan? Seluruh Bhutan?

Sekarang setelah militer Rusia terlibat dalam sebuah perang di Ukraina, mungkinkah Tiongkok akan merebut  Timur Jauh Rusia yang relatif tidak terlindungi? 

Pada 1964, Mao Zedong dilaporkan mengeluh mengenai perampasan tanah di sebelah timur Danau Baikal oleh Rusia, sebuah wilayah yang terbentang luas sekitar sepertiga wilayah Rusia saat ini. Mungkinkah sebuah klaim semacam itu digunakan sebagai sebuah dasar untuk sebah invasi Tiongkok di masa depan?

Bagaimana dengan semenanjung Korea? Pada 2017, pemimpin Tiongkok Xi Jinping tampaknya meyakinkan Presiden Donald Trump saat itu bahwa seluruh Korea pernah menjadi milik Tiongkok. Apakah Xi Jinping menguji untuk sebuah klaim sejarah yang suatu hari dapat menyebabkan sebuah invasi?

Tidak ada yang tahu apa yang akan diambil Tiongkok atau Rusia selanjutnya, karena para diktator Tiongkok dan  Rusia mengambil manfaat dengan mengubah cerita-cerita mereka tergantung pada apa yang mereka pikir mereka dapat ambil saat ini. Yang pasti adalah Soviet di masa lalu, dan Tiongkok saat ini, memiliki ambisi-ambisi hegemoni global.

Para Wartawan Barat Terlibat dalam Propaganda Partai Komunis Tiongkok 

Setelah mempelajari dan secara pribadi menyaksikan ekspansionisme militer Tiongkok,  disayangkan untuk membaca wartawan-wartawan arus utama Barat, yang seharusnya menjadi ahli dalam masalah Tiongkok, berulang tanpa peringatan, sudut pandang yang  kritis, atau konteks, Partai Komunis Tiongkok  mengklaim bahwa Beijing menunjung “keutuhan wilayah.”

Contoh-contoh terbaru, tampaknya disebabkan oleh sebuah persepsi terputusnya hubungan antara perang propaganda Beijing mendukung “keutuhan wilayah” dengan dukungan  Beijing, secara diam-diam untuk invasi Vladimir Putin ke Ukraina yang dimulai dengan Krimea pada 2014, dan berlanjut dalam sebuah cara yang lebih keras dan diperpanjang saat ini, dapat ditemukan dengan cara pelaporan yang sangat baik oleh The New York Times dan The Financial Times.

Pada 26 Februari, seorang reporter The New York Times menyebut Beijing sebagai “pendukung setia  kemerdekaan yang berdaulat,” yang kontras dengan invasi Rusia. Para wartawan lainnya mengambil tema yang sama pada hari berikutnya.

Pada 27 Februari di The New York Times, reporter kedua mengklaim bahwa “kedaulatan negara dan keutuhan wilayah [adalah] sebuah prinsip lama dari kebijakan luar negeri Tiongkok.”

The Financial Times pada tanggal yang sama merujuk pada “kebijakan dukungan Beijing untuk perdamaian dan stabilitas global.”

Tidak satu pun dari laporan ini yang mendekati kebenaran, seperti yang harus jelas dari sejarah disebutkan sebelumnya, atau yang terbaru, sikap Xi Jinping yang mendukung invasi Rusia. Tidak ada perbedaan antara Xi Jinping dengan Vladimir Putin dalam hal ini. Mereka berdua ingin mencuri wilayah, dan mereka berdua menyangkalnya. Tiongkok secara konsisten melanggar  kemerdekaan yang berdaulat, keutuhan wilayah, dan perdamaian global dari negara-negara tetangganya dan Asia secara keseluruhan, sambil mengklaim bahwa Tiongkok berhak untuk melakukannya. Vladimir Putin mengikuti strategi yang sama di Ukraina.

Namun, ada satu perbedaan antara Xi Jinping dengan Vladimir Putin, yaitu Xi Jinping sedikit lebih berkuasa dan licik dari Vladimir Putin. Partai Komunis Tiongkok berkembang dengan cara menciptakan atau mengambil keuntungan dari konflik antara pihak-pihak lain, dan melangkah ke dalam kekosongan kekuasaan yang dihasilkan.

Hal ini adalah benar sejak Partai Komunis Tiongkok mengambil alih kekuasaan pada 1949, setelah pemerintah Nasionalis Tiongkok kelelahan dalam sebuah perang melawan Kekaisaran Jepang. 

Partai Komunis Tiongkok sebagian besar menciptakan pertempuran di Ya’nan, dan kemudian merebut Beijing ketika waktunya sudah matang.

Xi Jinping dapat melakukan hal yang sama ke Rusia, setelah mendorong Rusia untuk menghancurkan dirinya sendiri di Ukraina. (Vv)

Anders Corr Adalah kepala sekolah di Corr Analytics Inc., penerbit Journal of Political Risk. Ia telah melakukan penelitian ekstensif di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Buku terbarunya adalah “The Concentration of Power: Institutionalization, Hierarchy, and Hegemony” (2021) dan “Great Powers, Grand Strategies: the New Game in the South China Sea” (2018).

Rusia Hancurkan Jalur Pipa Gas, 700.000 Orang Dingin Membeku Hingga PLTN Ukraina Terus Beroperasi

Yu Ting – NTD

Perang Ukraina telah memasuki hari ke-11, dan 1,5 juta pengungsi telah meninggalkan Ukraina. Intelijen Barat menunjukkan bahwa Rusia akan mengintensifkan tindakan kerasnya terhadap kota-kota berpenduduk padat seperti Kyiv. Pada saat yang sama, sanksi yang dijatuhkan oleh Eropa dan Amerika Serikat terhadap Rusia akan terus diperkuat.

Pada 6 Maret, Badan Energi Atom Internasional mengatakan bahwa pasukan Rusia telah menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina. PLTN Ini adalah yang terbesar di Eropa. Namun, PLTN tetap dioperasikan seperti biasa oleh karyawan PLTN.

Di sisi lain, pemboman Rusia terus berlanjut.

Walikota pinggiran, Kyiv Irpin Oleksandr Markushyn mengatakan dalam sebuah pernyataan di Telegram pada 6 Maret, bahwa delapan warga sipil setempat tewas selama evakuasi, termasuk sekeluarga  empat orang dengan dua anak kecil.

Sementara Rusia terus membombardir daerah sekitar Kyiv, tentara Ukraina memperkuat pertahanannya, menggali parit, memblokir jalan dan berkomunikasi dengan pasukan pertahanan sipil.

Sejauh ini, situasi di Kyiv relatif stabil, tetapi kota-kota dan desa-desa di sekitarnya telah diserang. Selain itu, wilayah selatan dan timur Ukraina diserang paling kejam oleh pasukan Rusia, menyebabkan kerusakan parah dan korban di kota-kota seperti Upol dan Kharkov.

Anggota parlemen Ukraina, Inna Sovsun mengatakan di media sosial bahwa tentara Rusia menghancurkan “pipa Donetsk-Mariupol”, menyebabkan lebih dari 700.000 orang tanpa pemanasan dalam cuaca di bawah 0 ° Celcius.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan pada 6 Maret, bahwa pasukan Rusia sedang bersiap untuk mengebom kota Odessa di pantai Laut Hitam Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata : “Mereka akan mengebom Odessa, Odessa!”

Zelensky juga menyebutkan bahwa bandara sipil di ibu kota negara bagian Vinnytsia di wilayah tengah dan barat juga dihancurkan.

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia telah mengancam bahwa negara-negara yang menyediakan bandara untuk pesawat militer Ukraina dan menggunakannya untuk menyerang Rusia, dapat dianggap terlibat dalam perang.

Dalam menghadapi ancaman Rusia, negara-negara Barat terus menunjukkan dukungan untuk Ukraina melalui tindakan. Pada Minggu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Zelensky bertukar pandangan tentang penyediaan lebih banyak peralatan pertahanan.

Sementara, presiden Prancis Emmanuel Macron, berbicara dengan Putin, menyatakan keprihatinan serius tentang “keamanan nuklir” dan menegaskan kembali pentingnya negosiasi Ukraina-Rusia. Sedangkan CNN melaporkan, Linda Thomas-Greenfield , Duta Besar AS untuk PBB, menunjukkan bahwa sanksi terhadap Rusia dapat ditingkatkan di tiga bidang di masa depan, termasuk melarang minyak Rusia, menyatakan kejahatan perang, dan memfasilitasi pengiriman jet tempur Polandia ke Ukraina.

American Express telah mengumumkan penghentian total operasi di Rusia.

Lebih dari 1,5 juta orang telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan pada Minggu, dalam krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II.

Selain itu, Rusia dan Ukraina akan mengadakan negosiasi ketiga di perbatasan antara Ukraina dan Belarus pada 7 Maret. (hui)

Rusia Tembakkan 600 Rudal ke Warga Sipil Ukraina, Dituding Terlibat Kejahatan Perang

NTDTV.com

Seorang pejabat senior pertahanan AS melaporkan bahwa sejak militer Rusia menginvasi Ukraina,  negara itu sudah meluncurkan 600 rudal dan menginvestasikan 9,5 persen kekuatan militernya di perbatasan Rusia-Ukraina. Secara terpisah, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan pada 6 Maret bahwa AS telah mencatat “laporan yang sangat kredibel bahwa Rusia sengaja menargetkan warga sipil Ukraina” sebagai bantuan dalam penyelidikan apakah Rusia terlibat dalam kejahatan perang.

Pejabat Pertahanan AS : Rusia Tembakkan 600 Rudal dan Menginvestasikan 9,5 Persen Pasukan Perbatasannya

Rusia melancarkan serangannya terhadap Ukraina pada 24 Februari, di mana negara itu membantah menyerang wilayah sipil. Rusia menyebutnya sebagai “operasi militer khusus” dan mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina.

Namun demikian, menurut citra satelit yang dirilis oleh perusahaan AS Maxar Technologies pada 2 Maret, setelah Rusia menginvasi Ukraina, daerah di sekitar Kyiv, ibu kota Ukraina, terpukul keras hanya dalam 5 hari. Tidak hanya rumah yang terbakar, jembatan juga rusak.  Ada banyak kawah yang disebabkan oleh pemboman di jalanan. 

Gambar yang dirilis pada 2 Maret yang diambil oleh Maxal pada 28 Februari. Setelah itu, karena awan tebal di Ukraina, sebagian besar satelit tidak dapat lagi menangkap gambaran tanah di Ukraina.

CNN mengutip seorang pejabat senior pertahanan AS yang mengatakan pada 6 Maret, bahwa sejak Rusia memulai invasi ke Ukraina, Rusia telah meluncurkan total 600 rudal dan menginvestasikan 9,5 persen pasukan militernya di perbatasan Rusia-Ukraina di Ukraina.

Para pejabat mengatakan, Amerika Serikat mengamati pertempuran antara Kherson dan Mykolaiv pada 6 Maret, dan tentara Rusia masih berusaha untuk mengepung Kyiv, Kharkiv Chernihiv dan Mariupol.

Akan tetapi serangan tersebut mendapatkan perlawanan keras dari penduduk Ukraina, sehingga memperlambat kemajuan Rusia.

Sementara itu, konvoi Rusia yang membentang 40 mil di utara Kyiv, tetap melambat. Tanpa pembaruan tentang seberapa jauh mereka dari Kyiv. Tapi akhir pekan lalu, konvoi itu sekitar 25 kilometer dari pusat kota Kyiv.

“Kami percaya bahwa orang-orang di sebagian besar Ukraina masih dapat berkomunikasi, menjelajahi Internet, dan memiliki akses ke media,” tambah pejabat itu.

Pejabat itu juga menyebutkan bahwa Amerika Serikat belum mengamati serangan amfibi di Odessa.  Menurut penilaian mereka,  serangan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Odessa terletak di pantai Laut Hitam, dekat dengan perbatasan Ukraina dan Moldova dan wilayah Transnistria yang diduduki oleh Rusia, yang terdiri dari orang-orang Bolivia dan Yahudi. Odessa sebagian besar tetap tidak tersentuh oleh perang.

Blinken: Rusia  sengaja menyerang warga sipil Ukraina

Pasukan agresor Rusia bertempur sengit di tenggara Ukraina, memicu kewaspadaan global setelah mereka merebut  Zaporizhzhia, pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, pada Kamis 3 Maret. Kedutaan Besar AS di Ukraina men-tweet pada 4 Maret bahwa menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir adalah kejahatan perang.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada kedutaan AS di seluruh Eropa, untuk tidak me-retweet tweet kedutaan Kyiv yang menyebut serangan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai kejahatan perang, mengutip tinjauan yang sedang berlangsung, menurut CNN.

“Kami telah melihat laporan yang sangat kredibel tentang serangan yang disengaja terhadap warga sipil, yang merupakan kejahatan perang,” kata Antony Blinken di “State of the Union” CNN pada Rabu.

“Apa yang kami lakukan adalah mencatat semuanya, menyusunnya, dan mempelajarinya, dan kami dapat membantu ketika ada organisasi dan institusi yang menyelidiki apakah kejahatan perang telah dilakukan atau akan segera dilakukan.”

Blinken tidak menyebutkan tweet kedutaan, dan Departemen Luar Negeri AS, menolak berkomentar apakah tweet tersebut mencerminkan posisi pemerintah AS tentang masalah tersebut. (hui)

Kedatangan dari Luar Negeri di Bali Sudah Tidak Perlu Lagi Karantina, Ini yang Perlu Diketahui

ETIndonesia- Pemerintah mulai menerapkan pelonggaran pembatasan COVID-19 yang sebelumnya diwajibkan kepada kedatangan dari pelaku perjalanan luar negeri. Kini sudah tidak diharuskan menjalani karantina mandiri.

“Kami juga melaporkan kesiapan Bali dalam menggelar kebijakan tanpa karantina,” kujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi  dan Koordinator PPKM Jawa – Bali, Luhut Binsar Panjaitan, dalam konfrensi pers daring dalam akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (7/3/2022).

Menurut Luhut, Presiden Jokowi juga sudah menyetujuinya. Bahkan, sudah diuji coba beberapa hari ini.

“Presiden juga sudah menyetujui untuk melakukan uji coba tanpa karantina bagi PPLN sejak 7 Maret,” tambahnya.

Meski demikian ada persyaratan yang mesti dipenuhi yakni :

1. PPLN yang datang harus menunjukkan paid booking hotel yang sudah dibayar minimal 4 hari atau menunjukkan bukti domisili di Bali bagi WNI.

2. PPLN yang masuk harus sudah vaksinasi lengkap/booster.

3. PPLN melakukan entry PCR-test dan menunggu di kamar hotel hingga hasil test negatif keluar. Setelah negatif bisa bebas beraktivitas dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.

4. PPLN kembali melakukan PCR-test di hari ke-3 di hotel masing-masing.

5. PPLN tetap harus memiliki asuransi kesehatan yang menjamin Covid-19 sesuai ketentuan.

6. Event internasional yang dilakukan di Bali selama masa ujicoba menerapkan Protokol Kesehatan yang Ketat Sesuai Standar G20.

7. Penerapan Visa on Arrival untuk 23 Negara: Negara ASEAN, Australia, AS, Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Qatar, Jepang, Korea Selatan, Kanada, Italia, Selandia Baru, Turki, UAE.

8. Pengetatan protokol kesehatan dan penggunaan Peduli Lindungi di berbagai tempat.

9. Akselerasi vaksin booster Bali mencapai 30% dalam 1 minggu ke depan.

Luhut menjelaskan, pelaku perjalanan luar negeri secara keseluruhan nantinya juga akan dibebaskan dari karantina.

“Bila ujicoba ini berhasil, maka kita akan memberlakukan pembebasan karantina bagi seluruh PPLN pada tanggal 1 April 2022 atau lebih cepat,” kata Luhut. (asr)

Aturan Syarat PCR dan Antigen untuk Perjalanan Domestik Dihapus

ETIndonesia – Pemerintah menghapus persyaratan menunjukkan hasil tes PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Antigen negatif yang selama ini digunakan dalam perjalanan darat, udara dan laut.

“Pelaku perjalanan domestik dengan transportasi udara, darat dan laut yang sudah melakukan vaksinasi dosis kedua dan lengkap, sudah tidak perlu menunjukkan test antigen maupun PCR negatif,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi  dan Koordinator PPKM Jawa – Bali, Luhut B. Panjaitan, dalam konfrensi pers daring di akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (7/3/2022).

Hal demikian disampaikannya dalam rangka menuju transisi aktivitas normal. Selain itu, ketika semakin membaiknya penanganan pandemi di Indonesia. Apalagi tren kasus harian dan kondisi rawap inap nasional terus mengalami penurunan secara signifikan.

Menurut Luhut, aturan tersebut segera diterapkan.”Ini akan ditetapkan dalam surat edaran yang akan diterbitkan oleh kementerian dan lembaga terkait,” tambahnya.

Tak hanya sebatas menghapus persyaratan PCR dan Antigen dalam perjalanan domestik, kehadiran penonton dengan kapasitas tertentu dalam kompetisi olaharga juga akan diberlakukan. Meski demikian, para penonton harus memenuhi kriteria yang sudah ditentukan.

“Seluruh kompetisi olahrga sudah dapat menerima penonton dengan syarat sudah melakukan vaksinasi booster dan mengunakan peduli lindungi dengan kapasitas sebagai berikut, level 4 dengan 25 persen, Level 3 50 persen, level 2 75 persen, dan level 1 100 persen,” jelasnya.  

Luhut menegaskan  kebijakan yang diambil oleh pemerintah ini, berdasarkan masukan dari para pakar dan ahli pada bidang masing-masing. Tak hanya sebatas itu, dilengkapi dengan peta jalan  prinsip kehati-hatian secara bertahap, bertingkat dan berlanjut untuk menavigasi hal yang tak diinginkan.

“Kami tegaskan ini bukan dilakukan secara terburu-buru, kita harus siap menuju kebijakan transisi secara bertahap dengan menerapkan kebijakan berbasiskan data yang ada,” ungkapnya.  

Pada kesempatan itu, Luhut meminta dukungan semua pihak untuk mewujudkan proses transisi secara bertahap dari pandemi ke endemi.  

“Semua upaya pada hari ini, perlu didukung dengan keterlibatan masyarakat dengan baik agar berdampingan bersama dengan COVID-19, nantinya hanya bukan selogan semata,” jelasnya. (asr)