Home Blog Page 606

3.500 Lebih Warga Rusia di Sejumlah Kota Ditangkap Polisi Saat Berunjuk Rasa Anti-Perang

oleh Li Xin

Aksi protes anti-perang terus meluas di seluruh Rusia, menurut berita yang disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri Rusia bahwa pihak berwenang telah menahan lebih dari 3.500 pengunjuk rasa di seluruh Rusia, Minggu (6/3/2022).

Protes nasional meletus lagi di Rusia pada Minggu 6 Maret. Massa menentang perintah Presiden Vladimir Putin untuk menyerang Ukraina. Demikian Reuters melaporkan.

Video yang diposting di media sosial oleh aktivis oposisi dan blogger, menunjukkan ribuan pengunjuk rasa meneriakkan slogan ‘Stop Perang !’ dan ‘Anda Memalukan !’

Rekaman lain menunjukkan pihak berwenang menahan puluhan pengunjuk rasa di kota federasi Ural Yekaterinburg. Polisi anti huru hara menjatuhkan seorang pengunjuk rasa ke tanah dan sebuah mural yang menunjukkan gambar Putin di kota telah dirusak.

Reuters mengatakan bahwa media tersebut, tidak dapat secara independen memverifikasi rekaman dan foto yang beredar di media sosial. Namun Kementerian Dalam Negeri Rusia mengatakan 1.700 pengunjuk rasa ditahan di Moskow, 750 di St. Petersburg dan 1.061 di kota-kota lain.

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengatakan 5.200 orang warga sipil dari seluruh Rusia telah ambil bagian dalam protes tersebut.

OVD-Info, sebuah kelompok pengawas protes non-pemerintah mengatakan setidaknya 2.578 orang telah ditahan di 49 kota, menurut catatan mereka, ini merupakan jumlah penangkapan terbanyak yang dilakukan otoritas Rusia sejak invasi 24 Februari, sehingga total warga yang tertangkap melebihi sepuluh ribu orang.

“Kami menyaksikan kegiatan protes yang cukup besar hari ini, bahkan di kota-kota di wilayah Siberia, di mana kami jarang melihat ada penangkapan sebanyak itu di sana”, kata juru bicara OVD-Info Maria Kuznetsova.

Protes warga Rusia dengan jumlah penangkapan yang cukup besar terakhir kalinya terjadi pada Januari 2021, ketika ribuan orang warga menuntut pembebasan pemimpin oposisi Alexei Navalny, yang ditangkap setelah kembali dari Jerman, di mana dia dirawat karena keracunan agen saraf. (sin)

Apakah Foto ini Adalah Isyarat Penolakan Terhadap Kepemimpin yang Berintikan Xi Jinping ?

0

oleh Li Yun – Aboluowang

Kongres Rakyat Nasional ke-13 Pertemuan ke-5 dibuka pada 5 Maret di Balai Agung Rakyat, Beijing.

Kantor Berita ‘Xinhua’ mengomentari foto di atas : Ini adalah Xi Jinping saat memasuki venue.

Foto yang dirilis oleh Kantor Berita resmi Tiongkok ‘Xinhua’ mengungkapkan sebuah pemandangan yang mengejutkan. 

Foto tersebut menunjukkan bahwa Xi Jinping dengan wajah tersenyum berjalan menuju ke venue, meskipun semua anggota peserta berdiri dan memberikan tepuk tangan. 

Namun, baik tubuh, kepala sampai mata mereka tidak satu pun yang tertuju kepada Xi Jinping, melainkan mengarah kepada para anggota Komite Tetap lainnya yang berjalan di belakang Xi Jinping.

Beberapa netizen menuliskan komentar yang cukup menggoda : “Jangan-jangan Wang Huning lagi yang berulah”.

“Anggota peserta tampaknya lebih tertarik terhadap orang yang ada di belakang”.

“Apakah Xi Jinping cuma boneka, Li Keqiang yang lebih memiliki kekuatan nyata ?”

Ada juga netizen yang mengomentarai : “Apakah ini adalah sindiran kelas tinggi yang menunjukkan ‘Xinhua’ yang mulai memberontak ?” (sin)

Zelensky Ukraina dalam Sebuah Pertempuran Modern Daud Melawan Goliat

oleh Joel Etienne

Sekeluarga Yahudi Ukraina memiliki empat saudara laki-laki. Tiga laki-laki bersaudara dibunuh oleh Nazi. Hanya satu laki-laki yang selamat. Cucunya adalah presiden Ukraina saat ini, Volodymyr Zelensky.

Hubungan antara Ukraina dengan komunitas Yahudi di Ukraina adalah suatu hubungan yang tragis. Dari pembunuhan secara besar-besaran terhadap orang Yahudi yang menyebabkan eksodus massal dan migrasi orang-orang Yahudi yang keluar dari Ukraina selama lebih dari dua abad, sebagian besar bermigrasi ke Amerika Utara, hingga hari-hari nyata dukungan Ukraina untuk Reich Ketiga Nazi Hitler, ada sebuah pepatah umum di komunitas Yahudi, baik di Amerika atau pun di Israel, bahwa setiap batu di Ukraina berlumuran darah orang-orang Yahudi.

Namun, terlepas dari sebuah sejarah kengerian-kengerian, seperempat juta orang Yahudi telah berhasil bertahan dan berkembang di zaman Ukraina modern. 

Sekarang, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menemukan dirinya dalam situasi Daud melawan Goliat. Dengan setara katapel abad ke-21, Volodymyr Zelensky menghadapi angkatan bersenjata yang paling agresif dan mematikan di dunia, mantan Tentara Merah. Seperti Raja Daud di kitab Mazmur, Volodymyr Zelensky menghadapi musuh tersebut sendirian, tanpa dukungan nyata yang dibutuhkan dari Presiden Joe Biden, seorang Amerika Serikat yang berumur tujuh puluh tahun yang tampaknya bingung.

Sungguh ironis bahwa ini adalah Tentara Merah yang sama, yang membebaskan Auschwitz pada 27 Januari 1945. Banyak yang telah berubah sejak saat itu.

Sebelum peristiwa tingkat yang mematikan dan berpotensial menyebabkan kepunahan ini, bagaimanapun juga, Ukraina adalah sebuah negara yang sedang dalam perjalanan menuju penguatan kapitalisme, demokrasi, dan hak asasi manusia untuk semua.

Ada sejarah mengenai wajah di Ukraina sehubungan dengan hidup berdampingan dalam damai dan hormat, yang setiap tahun, puluhan ribu orang-orang Yahudi dari Israel dan tempat lain di dunia melakukan perjalanan ke Uman, sebuah kota kecil di Ukraina, untuk merayakan Tahun Baru Yahudi dalam sebuah ziarah untuk menghormati kematian Rabi Nachman dari Breslov yang terkenal dan dihormati.

Jelas, bukan karena tas-tas Gucci dan Mercedes Benz ramping yang menyebabkan Ukraina mendorong penyertaan Eropa dan NATO; bagaimanapun juga, Moskow memungkinkan beberapa orang terpilih untuk menikmati fasilitas dan penghargaan yang berasal dari Barat. 

Tidak, orang-orang Ukraina mendambakan dan berusaha untuk mengilhami inti sari dari takdir yang nyata–—kebebasan. 

Ukraina akhirnya memiliki potensi untuk melepaskan diri dari belenggu sejarahnya untuk mengejar ketertinggalannya untuk menuju sebuah  dunia yang maju yang menawarkan hak pilih bagi warganegaranya, perlindungan bagi kaum minoritas, kesetaraan gender, dan kemampuan setiap warganegara untuk mencapai potensi terbaiknya berdasarkan kecerdasan, keterampilan, dan isi wataknya. Hal ini bukanlah uang—–hal ini adalah impian Martin Luther King.

Partai Komunis Tiongkok dan Taiwan

Sementara pemerintahan Joe Biden dan Justin Trudeau terus-menerus menyerah pada musuh komunis dan fasis, yang mengikuti jejak Neville Chamberlain dan Joe Kennedy Senior, warga Barat bertanya-tanya ke mana semua ini berjalan. Akankah menaklukkan perbatasan Ukraina memuaskan Putin dan kaki tangannya? Jangan mengandalkannya. Penulis benci memikirkannya, tetapi biarkan Putin memutuskan sendiri, bagi Putin perang ini hanyalah sebuah latihan pemanasan.

Saya  biasanya mencoba mengukur insting-insting diri sendiri dengan cara mengambil sampel pikiran-pikiran rekan kerja agamawan yang  dikenal di Sinagoga setelah kebaktian pada Sabtu pagi. Mengambil sampel opini pada Sabtu pagi baru-baru ini, saya dapat melaporkan bahwa kaum milenial tidak memiliki opini-opini yang nyata mengenai ke mana arah perang ini, sementara Gen X dan Gen Y memahami apa yang terjadi tetapi tidak tahu di mana perang sedang berlangsung. Tetapi baby boomer sangat jelas mengenai gambar yang lebih besar. Dikatakan, pada dasarnya mereka memiliki satu kata jawaban: Taiwan.

Tentu saja, mereka adalah benar. Awal bencana ini dimulai musim panas lalu di Afganistan. Terburu-buru untuk terlihat mulia dan mundur sebelum peringatan ulang tahun 9/11, Joe Biden berpikir bahwa hal tersebut adalah bisnis yang cerdas untuk meninggalkan pasukan-pasukannya dan sekutu-sekutunya di Afghanistan, bahkan jika hal tersebut berarti meninggalkan persenjataan Amerika Serikat yang canggih senilai  10 miliar dolar AS di Afghanistan. 

Dengan ukuran perbandingan, Israel menerima persenjataan Amerika Serikat senilai sekitar USD 1 miliar dolar AS setiap tahun. Joe Biden berpikir bahwa hal tersebut adalah bisnis yang cerdas untuk memberikan musuh-musuhnya, Taliban, dengan 10 pasokan militer selama bertahun-tahun. Taliban tidaklah bodoh, karena Taliban dengan cepat beralih ke Beijing dan menawarkan persenjataan canggih tersebut kepada Partai Komunis Tiongkok dengan sebuah diskon. Putin jelas menyadari saat itu dan kemudian bahwa kurangnya intelijen dan kecanggihan sedang menguasai hari-hari di Washington (dan Ottawa). Seorang pecatur ahli selalu memanfaatkan kelemahan.

Dalam usaha bisnis apa pun, anda menskalakannya sebelum membangunnya. Musuh-musuh kita telah mempelajari bisnis selama beberapa dekade. Satu hal musuh-musuh kita tidak bodoh. Bagi Partai Komunis Tiongkok, invasi Rusia ke Ukraina adalah sebuah latihan pemanasan menuju Taiwan.

Dengan ekonomi sebesar Kanada tetapi populasinya hampir 3,5 kali lebih banyak, Putin memiliki senjata dan tentara, tetapi tidak memiliki uang. Menggerakkan 80 persen pasukan Rusia ke perbatasan Ukraina akan menghabiskan banyak uang. Antara bahan bakar, makanan, dan gaji-gaji kecil untuk tentara-tentara korbannya, Putin tahu bahwa ia membutuhkan seorang pemodal. 

Joe Biden dalam salah perhitungan Putin tidak akan menghargai sikap agresif Putin dengan sebuah transfer bank. Apa yang tidak Joe Biden sadari adalah bahwa Beijing akan lebih dari senang untuk menulis cek. Tidak ada kerugian bagi Partai Komunis Tiongkok. 

Jika Putin berhasil, Partai Komunis Tiongkok akan bersama-sama memiliki sebuah negara baru dengan biaya yang murah dan tanpa kehilangan nyawa bagi Partai Komunis Tiongkok, ditambah pada saat yang sama Partai Komunis Tiongkok akan menjadi bagian tim yang mengebiri dunia Barat–—semuanya sebagai sebuah pemanasan untuk hadiah yang sebenarnya, yaitu Taiwan.

Kartunis Walt Kelly terkenal mengatakan, “Kita telah bertemu musuh dan musuh itu adalah kita.” Kekacauan ini tidak akan pernah terjadi dengan Donald Trump sebagai  Presiden Amerika Serikat. Kekacauan ini tidak akan pernah terjadi bahkan dengan Mitt Romney sebagai Presiden Amerika Serikat. Ketika Mitt Romney melawan Barack Obama, media elit NYC mencemooh Mitt Romney karena pernyataan Mitt Romney bahwa Putin dan Tentara Merah adalah musuh terbesar Amerika Serikat. Siapa yang menertawakan siapa sekarang ini?

Orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir harus sampai pada kesimpulan, sebelum  terlambat, bahwa cara-cara Joe Kennedy, Neville Chamberlain, Barack Obama, Justin Trudeau, dan Joe Biden untuk melakukan urusan-urusan dunia mengarah pada kebinasaan serta lebih banyak korban dan kematian. Oh, betapa penulis merindukan Paus Yohanes Paulus II, Margaret Thatcher, dan Ronald Reagan!

Ada saat ketika anggota-anggota Partai Demokrat tahu bagaimana menyalurkan dukungan  dan keberanian. Sementara kebodohan Joe Kennedy membantu mengantar kebangkitan Hitler dan Reich Ketiga, putranya, Presiden John F. Kennedy, seorang demokrat, tidak tahu malu sama sekali. Lagipula, ia memang menolak ketika sampai pada Krisis Rudal Kuba dan dunia menjadi lebih baik karenanya. Ada yang ingat kata-kata John F. Kennedy yang terkenal pada 26 Juni 1963: “Ich bin ein Berliner” (Saya adalah seorang penduduk Berlin)?

Selama Perang Yom Kippur, legenda mengatakan bahwa setiap 15 menit sebuah B-52 Amerika Serikat penuh diisi dengan senjata-senjata dan tank-tank, mendarat di bandara Ben Gurion di Tel Aviv, selama berminggu-minggu. Itulah jenis upaya perang yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup orang Israel. Bagaimana penulis tahu? Salah satu veteran Pasukan Pertahanan Israel, seorang tetangga dan teman, adalah bagian tim yang menurunkan senjata-senjata dan tank-tank dari pesawat-pesawat B-52 Amerika Serikat selama upaya tersebut. Saya percaya apa yang dikatakan oleh veteran itu.

Satu-satunya cara untuk menghindari perampasan dan kehancuran Taiwan adalah dengan cara membatasi diri dengan Ukraina. Jadilah diselesaikan segera bahwa Kyiv tidak dapat dan tidak akan jatuh. Apa pun yang terjadi! Jadilah diputuskan bahwa jika Rusia sangat melukai Volodymyr Zelensky, yang akan menyebabkan surat-surat perintah penangkapan dikeluarkan untuk Putin dan kaki tangan untuk kejahatan perang. Nuremberg siapa? Jika kita bersemangat, kita akan mulai melakukan penangkapan sekarang. 

Banyak teman dan rekan Putin menikmati jalan-jalan dan bak-bank di kota London, Paris, Miami, New York, dan Los Angeles saat ini. Temukan sebuah restoran mewah di salah satu kota ini, dan anda akan melihat mereka sedang tertawa, bergurau, dan berfoto selfie.

Pengangkutan Penumpang dan Barang Melalui Udara Berlin

Ada suatu masa ketika Barat memiliki keberanian dan semangat. Kelelahan dan kelaparan akibat Perang Dunia II yang mengerikan, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya tidak takut ketika Tentara Merah berupaya mengambil alih Berlin Barat pada tahun 1948. Sebagai jawaban atas blokade Soviet terhadap Berlin, Sekutu Barat mengorganisir Pengangkutan Penumpang dan Barang Melalui Udara Berlin (Berlin Airlift).

Dari 26 Juni 1948, hingga 30 September 1949, Barat dengan gagah berani membawa perbekalan-perbekalan untuk  masyarakat Berlin Barat. Pasukan-pasukan  Amerika Serikat dan Inggris, dibantu oleh pasukan-pasukan Kanada, Australia, Prancis, Selandia Baru, dan Afrika Selatan terbang di atas Berlin lebih dari 250.000 kali, menjatuhkan kebutuhan-kebutuhan seperti bahan bakar dan makanan. Rencana awal tersebut adalah untuk mengirimkan 3.475 ton persediaan setiap hari, tetapi pada musim semi 1949 puncak pengiriman harian telah meningkat menjadi 12.941 ton.

Keberhasilan pengangkutan penumpang dan barang Melalui udara ini terjadi karena terus-menerus membuat penduduk Berlin bertahan hidup meskipun blokade tersebut menjadi semakin mempermalukan Soviet, dan terus berlangsung hingga 12 Mei 1949, Uni Soviet mencabut blokadenya atas Berlin Barat.

Tetapi saat ini, kita berdebat mengenai pembekuan rekening bank oligarki Rusia. Saat ini, bukannya berfokus pada apa yang penting sebelum agresi Putin, Joe Biden menghabiskan waktunya mendukung latihan-latihan pensinyalan kebajikan dan Justin Trudeau memberlakukan darurat militer terhadap pengemudi-pengemudi truk yang memprotes. Pengemudi-pengemudi  truk, luar biasa!

Memalukan kita!

Hanya sebuah upaya yang mirip dengan Berlin Airlift, disertai dengan membatasi diri dengan cara yang mirip dengan Krisis Rudal Kuba, akan bekerja untuk menangkal komunis dan fasis.

Sementara itu, kita hanya dapat merangkul keberanian luar biasa dari saudara dan saudari kita, orang-orang Ukraina, tetapi juga orang-orang Polandia dan orang-orang Moldavia yang mengerti bahwa satu-satunya cara bagi mereka untuk tetap hidup dalam kebebasan adalah dengan cara bangit melawan para pengganggu. 

Winston Churchill adalah benar ketika ia berkata, “Bangsa-bangsa bertempur hingga akhir bangkit lagi, tetapi bangsa-bangsa yang menyerah secara jinak sudah tamat.”

Sejarah, seperti Tuhan yang baik, bukannya tanpa rasa humor. Kakek-nenek Presiden Volodymyr Zelensky, seperti banyak orang-orang Yahudi di Ukraina, melarikan diri ke Amerika, memungkinkan Volodymyr Zelensky akan menjadi presiden Amerika. Jika Volodymyr Zelensky akan menjadi presiden Amerika, kita semua akan lebih baik.

Satu-satunya solusi Joe Biden untuk bencana Afghanistan adalah menawarkan perlindungan pemerintah Afghanistan dari Taliban dengan menerbangkan Presiden Afghanistan ke pengasingan. Joe Biden menawarkan hal yang sama kepada Presiden Ukraina, tetapi Volodymyr Zelensky mencemooh gagasan itu, dengan mengatakan: “Pertarungan ada di sini; saya butuh amunisi, bukan sebuah tumpangan.” Itu seorang pria sejati!

Saya tidak tahu apakah komunitas penulis akan dapat mengadakan doa-doa Tahun Baru di Ukraina tahun ini di makam Rabi Nachman dari Breslov. Tetapi jika kita melakukannya, penulis dapat memberitahu anda bahwa kami akan memberikan penghormatan dan berdoa untuk Presiden Volodymyr Zelensky dalam pertempuran David melawan Goliath, serta untuk saudara-saudara Ukraina, Polandia, Baltik, Moldavia, yang berjuang di garis depan kebebasan—–yang berjuang untuk kita semua.

Semoga Tuhan memberkati mereka semua! (Vv)

Joel Etienne, seorang pengacara hak asasi manusia yang berbasis di Toronto, dan sebagai seorang produser televisi dan film

Propaganda Beijing Mengenai Ukraina Meresap ke dalam Media Arus Utama Barat

oleh Anders Corr

Ketika Rusia meluncurkan agresinya ke Ukaraina,  para wartawan Barat mengulangi propaganda Partai Komunis Tiongkok yang bertentangan dengan agresi teritorialnya.

Dalam laporan yang sangat bagus mengenai reaksi Tiongkok terhadap reaksi invasi Vladimir Putin ke Ukraina, para wartawan Barat terus-menerus menganggap benar  unsur-unsur utama dari propaganda Beijing, yaitu bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengutamakan perdamaian, kedaulatan negara, dan keutuhan wilayah, dan bahwa apa yang disebut kebijakan Beijing entah bagaimana kontras dengan invasi Moskow.

Tidak dibenarkan, jika seseorang mempertimbangkan sejarah panjang dan berkelanjutan mengenai perampasan tanah militerisasi Partai Komunis Tiongkok yang dimulai dari awal Jiangxi Soviet pada 1931-1934, hingga ke Yan’an mulai 1935, Beijing pada 1949, Turkestan Timur (sekarang Xinjiang) pada 1950, dan Tibet pada 1951.

Dari 1964 hingga 1969, pemimpin Partai Komunis Tiongkok Mao Zedong berusaha merebut wilayah Soviet, tetapi ditolak secara militer. 

Pada 1974, Tiongkok berperang melawan Vietnam Selatan (saat itu bersekutu dengan Amerika Serikat) dan merebut Kepulauan Paracel di Laut Tiongkok Selatan. Sebuah kapal induk Amerika Serikat berada di dekatnya, tetapi sayangnya tidak membantu. Seandainya kita menghentikan ekspansi Tiongkok sejak awal, sejarah pasti akan berlangsung lebih damai.

Pada 1988, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat  membunuh marinir-marinir Vietnam di Johnson South Reef di Laut Tiongkok Selatan dan kemudian membangun sebuah pulau buatan di mana Tiongkok menempatkan sebuah pangkalan militer. 

Pada 1995, rezim Tiongkok menduduki Mischief Reef di Zona Ekonomi Eksklusif Filipina, dan membangun secara masif sebuah pangkalan militer yang jelas-jelas melanggar Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Laut.

Pada 2009, Beijing mengklaim seluruh Laut Tiongkok Selatan sebagai wilayahnya dalam sebuah catatan lisan ke semua negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tahun 2012, Penjaga Pantai Tiongkok merampas Scarborough Shoal dari nelayan-nelayan Filipina.

Saya mengunjungi Scarborough Shoal pada 2016 dan secara pribadi melihat Penjaga Pantai Tiongkok  membahayakan nyawa para aktivis Filipina, saat para aktivis Filipina berupaya berenang ke sebuah batu di Scarborough Shoal dan menanam sebuah bendera. 

Penjaga Pantai Tiongkok memundurkan perahu-perahu motor mereka ke arah para aktivis Filipina yang berenang itu, yang harus berenang menghindar dan menjauhi perahu-perahu motor. Dengan demikian Penjaga Pantai Tiongkok berusaha menghentikan dan menakut-nakuti para aktivis Filipina untuk kembali ke perahu nelayan yang penulis tumpangi. Kapal-kapal baja Penjaga Pantai Tiongkok yang besar juga mendekat beberapa meter dari perahu kayu yang lebih kecil milik nelayan yang tumpangi, yang dengan sengaja mengayun-ayunkan perahu penulis dengan kasar untuk menakut-nakuti. Saya merekam semua itu dengan kamera.

Baru-baru ini, Tentara Pembebasan Rakyat menduduki wilayah Himalaya di India dan perbatasan Bhutan. 

Bhutan adalah sebuah negara kecil yang mengandalkan India untuk pertahanannya, dan India telah berusaha untuk mengurangi serangan Tentara Pembebasan Rakyat dengan melawan tentara Pembebasan Rakyat dalam perkelahian di lereng-lereng gunung, tanpa menggunakan senjata api. Akhirnya, Tiongkok tetap berhubungan dekat dengan Taliban, dan kelompok-kelompok teroris di Myanmar yang mengendalikan wilayah.

Perang Tiongkok 1979 Melawan Vietnam

Pada 1979, Ketua Partai Komunis Tiongkok Deng Xiaoping mengobarkan sebuah perang melawan Vietnam, karena invasi Vietnam ke Kamboja dan mengembangkan aliansi dengan Uni Soviet. Vietnam mendorong mundur militer Tiongkok, tetapi Beijing berhasil memindahkan perbatasan sedikit ke arah selatan dalam proses, mengambil beberapa lokasi strategis, termasuk pegunungan yang tinggi yang telah diperjuangkan kedua belah pihak.

Menurut sumber saya di Vietnam, sebagai contoh, Tiongkok mempertahankan dua dari tiga air terjun di Ban Gioc, ditambah bukit di sisi utara yang berdekatan dengan air terjun, dan beberapa wilayah di perbatasan Huu Nghi. Penanda perbatasan berada ada di sisi selatan air terjun tersebut, seperti yang penulis saksikan sendiri dalam perjalanan ke sana pada 2015.

Profesor Carlyle Thayer di Universitas New South Wales memastikan dalam sebuah email, “Ada sedikit tanah yang dipertahankan Tiongkok karena alasan-alasan taktis” setelah perang tahun 1979.

Namun, Profesor Carlyle Thayer meragukan klaim-klaim oleh beberapa sumber saya bahwa Tiongkok memiliki sebuah koloni sekitar 3.000 orang di Vietnam dari 1975 hingga tahun 1977, dan mulai sebuah pemerintahan paralel di distrik pusat strategis Bao Lac. Tiongkok hampir mencapai hal ini di Burma saat ini, sehingga klaim-klaim tersebut harus diselidiki lebih lanjut.

Alexander Vuving, anggota fakultas di Pusat Asia-Pasifik untuk Studi-Studi Keamanan, menulis dalam sebuah email: “Setelah perang, pihak Tiongkok mundur ke utara perbatasan sebelum 1979 di sebagian besar wilayah. Tetapi pihak Tiongkok mendapatkan beberapa wilayah. Wilayah-wilayah ini adalah beberapa lokasi strategis di sepanjang perbatasan tersebut yang sebagian besar telah disahkan sebagai wilayah-wilayah Tiongkok dalam perjanjian perbatasan darat Tiongkok-Vietnam 1999.”

Alexander Vuving menulis bahwa Ban Gioc dan perbatasan Huu Nghi “adalah, di antara tempat-tempat yang disengketakan  Vietnam serahkan kepada Tiongkok dalam perjanjian perbatasan 1999. Saya tidak melihat bukti Tiongkok secara militer menduduki tempat-tempat ini, tetapi tampaknya Tiongkok mengendalikan tempat-tempat ini setelah perang. Kedua tempat ini lebih bersifat simbolis daripada strategis. Ada beberapa dataran tinggi yang strategis di sepanjang perbatasan di mana kedua belah pihak berjuang demi kendali mereka selama tahun 1980-an. Sebagian besar dari dataran tinggi ini juga diserahkan kepada Tiongkok di perjanjian perbatasan darat.”

Apa yang Akan Diserang Selanjutnya?

Tampaknya ambisi-ambisi teritorial Partai Komunis Tiongkok, dilihat dari perampasan Provinsi Jiangxi pada 1931 hingga perampasan-perampasan wilayah terbaru di Himalaya oleh Partai Komunis Tiongkok, tanpa batas. Apa selanjutnya yang akan dirampas Partai Komunis Tiongkok? Kepulauan Senkaku di Jepang? Seluruh Taiwan? Seluruh Bhutan?

Sekarang setelah militer Rusia terlibat dalam sebuah perang di Ukraina, mungkinkah Tiongkok akan merebut  Timur Jauh Rusia yang relatif tidak terlindungi? 

Pada 1964, Mao Zedong dilaporkan mengeluh mengenai perampasan tanah di sebelah timur Danau Baikal oleh Rusia, sebuah wilayah yang terbentang luas sekitar sepertiga wilayah Rusia saat ini. Mungkinkah sebuah klaim semacam itu digunakan sebagai sebuah dasar untuk sebah invasi Tiongkok di masa depan?

Bagaimana dengan semenanjung Korea? Pada 2017, pemimpin Tiongkok Xi Jinping tampaknya meyakinkan Presiden Donald Trump saat itu bahwa seluruh Korea pernah menjadi milik Tiongkok. Apakah Xi Jinping menguji untuk sebuah klaim sejarah yang suatu hari dapat menyebabkan sebuah invasi?

Tidak ada yang tahu apa yang akan diambil Tiongkok atau Rusia selanjutnya, karena para diktator Tiongkok dan  Rusia mengambil manfaat dengan mengubah cerita-cerita mereka tergantung pada apa yang mereka pikir mereka dapat ambil saat ini. Yang pasti adalah Soviet di masa lalu, dan Tiongkok saat ini, memiliki ambisi-ambisi hegemoni global.

Para Wartawan Barat Terlibat dalam Propaganda Partai Komunis Tiongkok 

Setelah mempelajari dan secara pribadi menyaksikan ekspansionisme militer Tiongkok,  disayangkan untuk membaca wartawan-wartawan arus utama Barat, yang seharusnya menjadi ahli dalam masalah Tiongkok, berulang tanpa peringatan, sudut pandang yang  kritis, atau konteks, Partai Komunis Tiongkok  mengklaim bahwa Beijing menunjung “keutuhan wilayah.”

Contoh-contoh terbaru, tampaknya disebabkan oleh sebuah persepsi terputusnya hubungan antara perang propaganda Beijing mendukung “keutuhan wilayah” dengan dukungan  Beijing, secara diam-diam untuk invasi Vladimir Putin ke Ukraina yang dimulai dengan Krimea pada 2014, dan berlanjut dalam sebuah cara yang lebih keras dan diperpanjang saat ini, dapat ditemukan dengan cara pelaporan yang sangat baik oleh The New York Times dan The Financial Times.

Pada 26 Februari, seorang reporter The New York Times menyebut Beijing sebagai “pendukung setia  kemerdekaan yang berdaulat,” yang kontras dengan invasi Rusia. Para wartawan lainnya mengambil tema yang sama pada hari berikutnya.

Pada 27 Februari di The New York Times, reporter kedua mengklaim bahwa “kedaulatan negara dan keutuhan wilayah [adalah] sebuah prinsip lama dari kebijakan luar negeri Tiongkok.”

The Financial Times pada tanggal yang sama merujuk pada “kebijakan dukungan Beijing untuk perdamaian dan stabilitas global.”

Tidak satu pun dari laporan ini yang mendekati kebenaran, seperti yang harus jelas dari sejarah disebutkan sebelumnya, atau yang terbaru, sikap Xi Jinping yang mendukung invasi Rusia. Tidak ada perbedaan antara Xi Jinping dengan Vladimir Putin dalam hal ini. Mereka berdua ingin mencuri wilayah, dan mereka berdua menyangkalnya. Tiongkok secara konsisten melanggar  kemerdekaan yang berdaulat, keutuhan wilayah, dan perdamaian global dari negara-negara tetangganya dan Asia secara keseluruhan, sambil mengklaim bahwa Tiongkok berhak untuk melakukannya. Vladimir Putin mengikuti strategi yang sama di Ukraina.

Namun, ada satu perbedaan antara Xi Jinping dengan Vladimir Putin, yaitu Xi Jinping sedikit lebih berkuasa dan licik dari Vladimir Putin. Partai Komunis Tiongkok berkembang dengan cara menciptakan atau mengambil keuntungan dari konflik antara pihak-pihak lain, dan melangkah ke dalam kekosongan kekuasaan yang dihasilkan.

Hal ini adalah benar sejak Partai Komunis Tiongkok mengambil alih kekuasaan pada 1949, setelah pemerintah Nasionalis Tiongkok kelelahan dalam sebuah perang melawan Kekaisaran Jepang. 

Partai Komunis Tiongkok sebagian besar menciptakan pertempuran di Ya’nan, dan kemudian merebut Beijing ketika waktunya sudah matang.

Xi Jinping dapat melakukan hal yang sama ke Rusia, setelah mendorong Rusia untuk menghancurkan dirinya sendiri di Ukraina. (Vv)

Anders Corr Adalah kepala sekolah di Corr Analytics Inc., penerbit Journal of Political Risk. Ia telah melakukan penelitian ekstensif di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Buku terbarunya adalah “The Concentration of Power: Institutionalization, Hierarchy, and Hegemony” (2021) dan “Great Powers, Grand Strategies: the New Game in the South China Sea” (2018).

Rusia Hancurkan Jalur Pipa Gas, 700.000 Orang Dingin Membeku Hingga PLTN Ukraina Terus Beroperasi

Yu Ting – NTD

Perang Ukraina telah memasuki hari ke-11, dan 1,5 juta pengungsi telah meninggalkan Ukraina. Intelijen Barat menunjukkan bahwa Rusia akan mengintensifkan tindakan kerasnya terhadap kota-kota berpenduduk padat seperti Kyiv. Pada saat yang sama, sanksi yang dijatuhkan oleh Eropa dan Amerika Serikat terhadap Rusia akan terus diperkuat.

Pada 6 Maret, Badan Energi Atom Internasional mengatakan bahwa pasukan Rusia telah menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina. PLTN Ini adalah yang terbesar di Eropa. Namun, PLTN tetap dioperasikan seperti biasa oleh karyawan PLTN.

Di sisi lain, pemboman Rusia terus berlanjut.

Walikota pinggiran, Kyiv Irpin Oleksandr Markushyn mengatakan dalam sebuah pernyataan di Telegram pada 6 Maret, bahwa delapan warga sipil setempat tewas selama evakuasi, termasuk sekeluarga  empat orang dengan dua anak kecil.

Sementara Rusia terus membombardir daerah sekitar Kyiv, tentara Ukraina memperkuat pertahanannya, menggali parit, memblokir jalan dan berkomunikasi dengan pasukan pertahanan sipil.

Sejauh ini, situasi di Kyiv relatif stabil, tetapi kota-kota dan desa-desa di sekitarnya telah diserang. Selain itu, wilayah selatan dan timur Ukraina diserang paling kejam oleh pasukan Rusia, menyebabkan kerusakan parah dan korban di kota-kota seperti Upol dan Kharkov.

Anggota parlemen Ukraina, Inna Sovsun mengatakan di media sosial bahwa tentara Rusia menghancurkan “pipa Donetsk-Mariupol”, menyebabkan lebih dari 700.000 orang tanpa pemanasan dalam cuaca di bawah 0 ° Celcius.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan pada 6 Maret, bahwa pasukan Rusia sedang bersiap untuk mengebom kota Odessa di pantai Laut Hitam Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata : “Mereka akan mengebom Odessa, Odessa!”

Zelensky juga menyebutkan bahwa bandara sipil di ibu kota negara bagian Vinnytsia di wilayah tengah dan barat juga dihancurkan.

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia telah mengancam bahwa negara-negara yang menyediakan bandara untuk pesawat militer Ukraina dan menggunakannya untuk menyerang Rusia, dapat dianggap terlibat dalam perang.

Dalam menghadapi ancaman Rusia, negara-negara Barat terus menunjukkan dukungan untuk Ukraina melalui tindakan. Pada Minggu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Zelensky bertukar pandangan tentang penyediaan lebih banyak peralatan pertahanan.

Sementara, presiden Prancis Emmanuel Macron, berbicara dengan Putin, menyatakan keprihatinan serius tentang “keamanan nuklir” dan menegaskan kembali pentingnya negosiasi Ukraina-Rusia. Sedangkan CNN melaporkan, Linda Thomas-Greenfield , Duta Besar AS untuk PBB, menunjukkan bahwa sanksi terhadap Rusia dapat ditingkatkan di tiga bidang di masa depan, termasuk melarang minyak Rusia, menyatakan kejahatan perang, dan memfasilitasi pengiriman jet tempur Polandia ke Ukraina.

American Express telah mengumumkan penghentian total operasi di Rusia.

Lebih dari 1,5 juta orang telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan pada Minggu, dalam krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II.

Selain itu, Rusia dan Ukraina akan mengadakan negosiasi ketiga di perbatasan antara Ukraina dan Belarus pada 7 Maret. (hui)

Rusia Tembakkan 600 Rudal ke Warga Sipil Ukraina, Dituding Terlibat Kejahatan Perang

NTDTV.com

Seorang pejabat senior pertahanan AS melaporkan bahwa sejak militer Rusia menginvasi Ukraina,  negara itu sudah meluncurkan 600 rudal dan menginvestasikan 9,5 persen kekuatan militernya di perbatasan Rusia-Ukraina. Secara terpisah, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan pada 6 Maret bahwa AS telah mencatat “laporan yang sangat kredibel bahwa Rusia sengaja menargetkan warga sipil Ukraina” sebagai bantuan dalam penyelidikan apakah Rusia terlibat dalam kejahatan perang.

Pejabat Pertahanan AS : Rusia Tembakkan 600 Rudal dan Menginvestasikan 9,5 Persen Pasukan Perbatasannya

Rusia melancarkan serangannya terhadap Ukraina pada 24 Februari, di mana negara itu membantah menyerang wilayah sipil. Rusia menyebutnya sebagai “operasi militer khusus” dan mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina.

Namun demikian, menurut citra satelit yang dirilis oleh perusahaan AS Maxar Technologies pada 2 Maret, setelah Rusia menginvasi Ukraina, daerah di sekitar Kyiv, ibu kota Ukraina, terpukul keras hanya dalam 5 hari. Tidak hanya rumah yang terbakar, jembatan juga rusak.  Ada banyak kawah yang disebabkan oleh pemboman di jalanan. 

Gambar yang dirilis pada 2 Maret yang diambil oleh Maxal pada 28 Februari. Setelah itu, karena awan tebal di Ukraina, sebagian besar satelit tidak dapat lagi menangkap gambaran tanah di Ukraina.

CNN mengutip seorang pejabat senior pertahanan AS yang mengatakan pada 6 Maret, bahwa sejak Rusia memulai invasi ke Ukraina, Rusia telah meluncurkan total 600 rudal dan menginvestasikan 9,5 persen pasukan militernya di perbatasan Rusia-Ukraina di Ukraina.

Para pejabat mengatakan, Amerika Serikat mengamati pertempuran antara Kherson dan Mykolaiv pada 6 Maret, dan tentara Rusia masih berusaha untuk mengepung Kyiv, Kharkiv Chernihiv dan Mariupol.

Akan tetapi serangan tersebut mendapatkan perlawanan keras dari penduduk Ukraina, sehingga memperlambat kemajuan Rusia.

Sementara itu, konvoi Rusia yang membentang 40 mil di utara Kyiv, tetap melambat. Tanpa pembaruan tentang seberapa jauh mereka dari Kyiv. Tapi akhir pekan lalu, konvoi itu sekitar 25 kilometer dari pusat kota Kyiv.

“Kami percaya bahwa orang-orang di sebagian besar Ukraina masih dapat berkomunikasi, menjelajahi Internet, dan memiliki akses ke media,” tambah pejabat itu.

Pejabat itu juga menyebutkan bahwa Amerika Serikat belum mengamati serangan amfibi di Odessa.  Menurut penilaian mereka,  serangan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Odessa terletak di pantai Laut Hitam, dekat dengan perbatasan Ukraina dan Moldova dan wilayah Transnistria yang diduduki oleh Rusia, yang terdiri dari orang-orang Bolivia dan Yahudi. Odessa sebagian besar tetap tidak tersentuh oleh perang.

Blinken: Rusia  sengaja menyerang warga sipil Ukraina

Pasukan agresor Rusia bertempur sengit di tenggara Ukraina, memicu kewaspadaan global setelah mereka merebut  Zaporizhzhia, pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, pada Kamis 3 Maret. Kedutaan Besar AS di Ukraina men-tweet pada 4 Maret bahwa menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir adalah kejahatan perang.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada kedutaan AS di seluruh Eropa, untuk tidak me-retweet tweet kedutaan Kyiv yang menyebut serangan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai kejahatan perang, mengutip tinjauan yang sedang berlangsung, menurut CNN.

“Kami telah melihat laporan yang sangat kredibel tentang serangan yang disengaja terhadap warga sipil, yang merupakan kejahatan perang,” kata Antony Blinken di “State of the Union” CNN pada Rabu.

“Apa yang kami lakukan adalah mencatat semuanya, menyusunnya, dan mempelajarinya, dan kami dapat membantu ketika ada organisasi dan institusi yang menyelidiki apakah kejahatan perang telah dilakukan atau akan segera dilakukan.”

Blinken tidak menyebutkan tweet kedutaan, dan Departemen Luar Negeri AS, menolak berkomentar apakah tweet tersebut mencerminkan posisi pemerintah AS tentang masalah tersebut. (hui)

Kedatangan dari Luar Negeri di Bali Sudah Tidak Perlu Lagi Karantina, Ini yang Perlu Diketahui

ETIndonesia- Pemerintah mulai menerapkan pelonggaran pembatasan COVID-19 yang sebelumnya diwajibkan kepada kedatangan dari pelaku perjalanan luar negeri. Kini sudah tidak diharuskan menjalani karantina mandiri.

“Kami juga melaporkan kesiapan Bali dalam menggelar kebijakan tanpa karantina,” kujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi  dan Koordinator PPKM Jawa – Bali, Luhut Binsar Panjaitan, dalam konfrensi pers daring dalam akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (7/3/2022).

Menurut Luhut, Presiden Jokowi juga sudah menyetujuinya. Bahkan, sudah diuji coba beberapa hari ini.

“Presiden juga sudah menyetujui untuk melakukan uji coba tanpa karantina bagi PPLN sejak 7 Maret,” tambahnya.

Meski demikian ada persyaratan yang mesti dipenuhi yakni :

1. PPLN yang datang harus menunjukkan paid booking hotel yang sudah dibayar minimal 4 hari atau menunjukkan bukti domisili di Bali bagi WNI.

2. PPLN yang masuk harus sudah vaksinasi lengkap/booster.

3. PPLN melakukan entry PCR-test dan menunggu di kamar hotel hingga hasil test negatif keluar. Setelah negatif bisa bebas beraktivitas dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.

4. PPLN kembali melakukan PCR-test di hari ke-3 di hotel masing-masing.

5. PPLN tetap harus memiliki asuransi kesehatan yang menjamin Covid-19 sesuai ketentuan.

6. Event internasional yang dilakukan di Bali selama masa ujicoba menerapkan Protokol Kesehatan yang Ketat Sesuai Standar G20.

7. Penerapan Visa on Arrival untuk 23 Negara: Negara ASEAN, Australia, AS, Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Qatar, Jepang, Korea Selatan, Kanada, Italia, Selandia Baru, Turki, UAE.

8. Pengetatan protokol kesehatan dan penggunaan Peduli Lindungi di berbagai tempat.

9. Akselerasi vaksin booster Bali mencapai 30% dalam 1 minggu ke depan.

Luhut menjelaskan, pelaku perjalanan luar negeri secara keseluruhan nantinya juga akan dibebaskan dari karantina.

“Bila ujicoba ini berhasil, maka kita akan memberlakukan pembebasan karantina bagi seluruh PPLN pada tanggal 1 April 2022 atau lebih cepat,” kata Luhut. (asr)

Aturan Syarat PCR dan Antigen untuk Perjalanan Domestik Dihapus

ETIndonesia – Pemerintah menghapus persyaratan menunjukkan hasil tes PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Antigen negatif yang selama ini digunakan dalam perjalanan darat, udara dan laut.

“Pelaku perjalanan domestik dengan transportasi udara, darat dan laut yang sudah melakukan vaksinasi dosis kedua dan lengkap, sudah tidak perlu menunjukkan test antigen maupun PCR negatif,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi  dan Koordinator PPKM Jawa – Bali, Luhut B. Panjaitan, dalam konfrensi pers daring di akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (7/3/2022).

Hal demikian disampaikannya dalam rangka menuju transisi aktivitas normal. Selain itu, ketika semakin membaiknya penanganan pandemi di Indonesia. Apalagi tren kasus harian dan kondisi rawap inap nasional terus mengalami penurunan secara signifikan.

Menurut Luhut, aturan tersebut segera diterapkan.”Ini akan ditetapkan dalam surat edaran yang akan diterbitkan oleh kementerian dan lembaga terkait,” tambahnya.

Tak hanya sebatas menghapus persyaratan PCR dan Antigen dalam perjalanan domestik, kehadiran penonton dengan kapasitas tertentu dalam kompetisi olaharga juga akan diberlakukan. Meski demikian, para penonton harus memenuhi kriteria yang sudah ditentukan.

“Seluruh kompetisi olahrga sudah dapat menerima penonton dengan syarat sudah melakukan vaksinasi booster dan mengunakan peduli lindungi dengan kapasitas sebagai berikut, level 4 dengan 25 persen, Level 3 50 persen, level 2 75 persen, dan level 1 100 persen,” jelasnya.  

Luhut menegaskan  kebijakan yang diambil oleh pemerintah ini, berdasarkan masukan dari para pakar dan ahli pada bidang masing-masing. Tak hanya sebatas itu, dilengkapi dengan peta jalan  prinsip kehati-hatian secara bertahap, bertingkat dan berlanjut untuk menavigasi hal yang tak diinginkan.

“Kami tegaskan ini bukan dilakukan secara terburu-buru, kita harus siap menuju kebijakan transisi secara bertahap dengan menerapkan kebijakan berbasiskan data yang ada,” ungkapnya.  

Pada kesempatan itu, Luhut meminta dukungan semua pihak untuk mewujudkan proses transisi secara bertahap dari pandemi ke endemi.  

“Semua upaya pada hari ini, perlu didukung dengan keterlibatan masyarakat dengan baik agar berdampingan bersama dengan COVID-19, nantinya hanya bukan selogan semata,” jelasnya. (asr)

COVID-19 di Korea Selatan Melampaui 266.000 Kasus, Jumlah Kasus Aktual yang Dikonfirmasi di Hong Kong Lebih Tinggi

Li Mei dan Lin Mingdi – NTD

Tidak termasuk  daratan Tiongkok, lebih dari 442 juta orang di seluruh dunia didiagnosis dengan Virus Partai Komunis Tiongkok (COVID-19) dan sekitar 5,98 juta orang meninggal dunia, pada Jumat (4/3/2022). Prancis mengumumkan akan membatalkan paspor vaksin dan wajib masker mulai 14 Maret. Hong Kong telah melampaui 50.000 kasus yang dikonfirmasi selama tiga hari berturut-turut. Para pejabat mengatakan jumlah sebenarnya dari kasus yang dikonfirmasi bisa lebih tinggi.

Hong Kong menambahkan lebih dari 52.000 kasus lokal yang dikonfirmasi pada Jumat 4 Maret, dan lebih dari 50.000 orang terinfeksi dalam sehari selama tiga hari berturut-turut. Namun demikian, jumlah kasus yang dikonfirmasi saat ini tidak dapat mencerminkan situasi sebenarnya.

Pejabat kesehatan pemerintah Hong Kong mengatakan bahwa platform pelaporan online yang semula dijadwalkan diluncurkan minggu ini belum dibuka. Banyak warga telah didiagnosis positif COVID-19 setelah rapid test.

Pandemii di Hong Kong telah menyebar ke penjara dan tahanan hati nurani, termasuk Li Zhuoren, mantan ketua Partai Demokrat Ho Junren, dan aktivis sosial Gu Siyao, semuanya dinyatakan positif COVID-19. Dalam dua pekan terakhir, total ada sekitar 1.000 narapidana yang didiagnosis. Sebagian besar tidak menunjukkan gejala. Selain itu, LP juga memiliki 1.000 penjaga penjara dan personel lain yang tidak dapat bekerja karena terinfeksi atau menjalani isolasi.

Menurut statistik pemerintah Hong Kong, Hong Kong memiliki arus pandemi lebih dari 71.000 orang pada Februari, tertinggi sejak pecahnya COVID-19, dibandingkan dengan lebih dari 16.000 kasus pada Desember tahun lalu.

Sementera itu, Korea Selatan mencatat lebih dari 266.000 kasus baru pada hari Jumat 4 Maret, rekor tertinggi lainnya, dan 186 kasus kematian baru juga memecahkan rekor dalam sehari.

Namun demikian, pemerintah Korea Selatan masih memutuskan untuk melonggarkan tindakan pencegahan pandemi seperti yang direncanakan. Mulai Sabtu, 12 jenis tempat berkumpul umum seperti restoran dan kafe akan menambah jam kerjanya satu jam dan tutup pada pukul 23.00.

Pilpres Korea Selatan, Pemilih Sangat Antusias

Pemilih Korea Selatan Lyu Han Su berkata : “Saya datang ke sini untuk memilih karena pemilu adalah proses terpenting dalam demokrasi.”

Pemilih Korea Selatan lainnya, Jung Soon Oc: “Saya gugup sebelum datang untuk memberikan suara, tetapi saya senang melihat banyak orang berpartisipasi dalam pemungutan suara awal.”

Pada hari Sabtu, pusat perawatan masyarakat akan membuka 10 tempat pemungutan suara khusus bagi orang-orang dengan kasus yang dikonfirmasi COVID-19 untuk memilih.

Prancis melaporkan lebih dari 60.000 kasus baru dan 180 kasus kematian pada Kamis (3/3/2022).

Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengumumkan bahwa Prancis akan mencabut  paspor vaksin pada 14 Maret, sebulan sebelum pemilihan presiden.

Mulai 14 Maret, warga Prancis tidak perlu lagi memakai masker di dalam ruangan, kecuali saat menggunakan transportasi umum. Selain itu, bukti vaksinasi masih diperlukan untuk masuk ke panti jompo. (Vv)

Biden yang Mempercayai Tiongkok dengan Membeberkan Laporan Intelijen AS Mengenai Rusia

Anders Corr

Ketika Presiden Joe Biden datang ke Xi Jinping dengan intelijen Amerika Serikat mengenai invasi Rusia yang akan terjadi ke Ukraina, memohon Xi Jinping untuk melakukan sesuatu mengenai hal itu, Xi Jinping pasti menganggap Joe Biden cukup naif.

Pertama, Xi Jinping hampir pasti mengetahui dan menyetujui rencana Vladimir Putin yang mengerikan di masa depan. Vladimir Putin membutuhkan seorang pembeli pilihan terakhir untuk sanksii yang ia tahu akan  terjadi, jadi ia harus mendapatkan jaminan dari Xi Jinping terlebih dahulu.

Kedua, bahkan jika Xi Jinping tidak mengetahui rencana Vladimir Putin, maka Xi Jinping akan menyetujuinya. Invasi Rusia, termasuk kejahatan perang seperti serangan-serangan terhadap apartemen-apartemen sipil dan pembangkit-pembangkit listrik di Kyiv, menyoroti dari pelanggaran hak asasi manusia dan agresi teritorial yang dilakukan oleh Beijing sendiri.

Ketiga, invasi Rusia mengubah Rusia menjadi negara paria. Sanksi yang dihasilkan memaksa Rusia jatuh ke dalam pelukan Tiongkok, seperti halnya kudeta di Myanmar pada tahun 2021 dan kudeta di Thailand pada tahun 2014. Tiongkok memainkan demokrasi, dan sanksi-sanksi yang diterapkannya dengan lihai.

Xi Jinping pasti tertawa terbahak-bahak, ketika ia mengakhiri panggilan video Joe Biden. (Apakah Xi Jinping benar-benarnya tertawa terbahak-bahak, juga tidak jelas. Mungkin ia hanya tersenyum.)

Hal itu akan terjadi tepat sebelum Xi Jinping menelepon teman baiknya Vladimir Putin dan memberitahu Vladimir Putin mengenai semua intelijen Amerika Serikat yang dibagikan Joe Biden. Silang-ganda semacam itu membangun kepercayaan di antara para pencuri, tetapi bertahan selama diperlukan untuk salah satu dari mereka untuk mendapatkan jarahan.

The New York Times pertama kali melaporkan pemerintahan Joe Biden yang baik hati tetapi meraba-raba bagian-bagian intelijen, pada 25 Februari. Bagian-bagian intelijen itu terjadi selama tiga bulan dan enam pertemuan dengan Duta Besar Tiongkok, Menteri Luar Negeri, dan akhirnya Xi Jinping sendiri.

Gagasan untuk berbagi intelijen pasti datang ketika semakin banyak orang-orang yang baik hati di pemerintahan itu berpikir, “Aha! Ini benar-benar akan menjadi masalah yang akhirnya kita dapat bekerja sama dengan Partai Komunis Tiongkok! Partai Komunis Tiongkok tidak bekerja sama di bidang iklim, perdagangan, hak asasi manusia, demokrasi, kesehatan, non-proliferasi, atau terorisme. Tetapi, hei, mungkin invasi Rusia adalah kesempatan yang sangat berharga!” 

Sebaliknya, pemerintahan Joe Biden baru saja ditikam dari belakang.

Pejabat-pejabat Tiongkok yang berbicara dengan pejabat-pejabat Joe Biden awalnya mengklaim bahwa mereka tidak berpikir suatu invasi benar-benar akan terjadi.

Ternyata hal itu adalah suatu kebohongan ketika pemerintah Joe Biden mendapat intelijen bahwa pejabat-pejabat Tiongkok tidak hanya tahu mengenai rencana-rencana itu, tetapi pejabat-pejabat Tiongkok memberitahukan pejabat-pejabat Rusia bahwa pejabat-pejabat Tiongkok tidak akan menentang para pejabat Rusia.

Menurut Edward Wong di Times, “Setelah satu pertukaran diplomatik di bulan Desember, para pejabat Amerika Serikat mendapat informasi intelijen yang menunjukkan Beijing telah membagikan informasi tersebut dengan Moskow, memberitahukan Rusia bahwa Amerika Serikat sedang  berupaya menabur perselisihan–—dan bahwa Tiongkok tidak akan berupaya menghalangi rencana dan tindakan Rusia, kata para pejabat.”

Hal itu pasti sangat menyakitkan. Joe Biden memercayai Xi Jinping untuk melakukan hal yang benar dan Xi Jinping melakukan sebaliknya. Pemerintah Joe Biden pasti merasa seperti orang-orang bodoh.

Mereka sebenarnya orang-orang bodoh, karena Xi Jinping dan Vladimir Putin jelas-jelas berada di pihak yang sama untuk masalah Ukraina. Pada 4 Februari, Xi Jinping dan Vladimir Putin menandatangani sebuah pernyataan strategis yang mengacu pada sebuah kemitraan antara negara-negara yang “tanpa batas” dan tidak “terlarang” di bidang-bidang kerjasama. Dalam dokumen tersebut, Xi Jinping dan Vladimir Putin mengambil sikap menentang ekspansi NATO, dan untuk “kepentingan-kepentingan inti mereka berdua, kedaulatan  dan integritas teritorial kedua negara.” Ini adalah sebuah penegasan, tanpa mengatakannya secara eksplisit, atas klaim Rusia terhadap Ukraina.

Pada gilirannya, pihak Rusia secara eksplisit mendukung prinsip “satu Tiongkok”, dan “bahwa Taiwan adalah bagian tidak terpisahkan dari Tiongkok, dan menentang segala bentuk kemerdekaan Taiwan.”

Pengakuan timbal-balik oleh kedua diktator tersebut atas klaim-klaim teritorial mereka atas “wilayah-wilayah umum mereka yang berdekatan” mengatur Vladimir Putin dalam sebuah aliansi de facto untuk mendukung invasi Vladimir Putin ke Ukraina.

Xi Jinping dan Vladimir Putin percaya Ukraina pernah menjadi milik Rusia dan Taiwan pernah menjadi milik Tiongkok. Ukraina dan Taiwan ingin bergabung dengan sistem-sistem aliansi Barat. Ukraina dan Taiwan dapat memiliki senjata nuklir untuk membela diri.

Sementara Xi Jinping telah berbicara banyak mengenai menginvasi Taiwan, Vladimir Putin berupaya  mempertahankan unsur kejutan. Hal ini berhasil untuk Vladimir Putin dalam invasi Krimea dan Donbass pada tahun 2014. Hal tersebut tidak bekerja dengan baik baru-baru ini.

Namun, Xi Jinping memperkuat komitmen untuk Rusia. Setelah invasi tersebut, Beijing secara eksplisit mendukung “keprihatinan keamanan yang sah” bagi Rusia serta “kedaulatan dan integritas teritorial” semua negara.

Dalam konteks invasi Ukraina, sebagian besar orang Barat mungkin membaca poin yang terakhir sebagai hal untuk mendukung Ukraina. Tetapi Vladimir Putin mengklaim Ukraina sebagai bagian dari Rusia. Jadi Vladimir Putin dapat membaca poin kata-kata licik Xi Jinping yang sepenuhnya mendukung integritas teritorial Rusia sendiri, yang mencakup seluruh “Ukraina.”

Xi Jinping mengetahui hal ini, dan untuk menggarisbawahi dukungannya terhadap perang Rusia, Kementerian Luar Negeri Tiongkok secara teratur menyalahkan Amerika Serikat, bantuan pertahanan ke Ukraina, “meningkatkan kemungkinan perang,” dan ekspansi NATO. Vladimir Putin terbebas dari masalah, menurut Partai Komunis Tiongkok.

Xi Jinping membuat Vladimir Putin percaya, terisolasi seperti Vladimir Putin oleh orang-orang penurut di kelompok-berpikir Kremlin, bahwa ia akan menang tidak hanya di Ukraina, tetapi dalam membuat negara-negara seperti Swedia dan Finlandia keluar dari NATO. Memang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam Swedia dan Finlandia pada 25 Februari untuk tidak ikut campur.

Vladimir Putin jelas-jelas menggigit lebih banyak Eropa daripada yang dapat dikunyahnya. Rusia tidak lagi Uni Soviet yang kuat secara ekonomi. Saat ini ekonomi Rusia adalah sekitar sepersepuluh ukuran Tiongkok atau Eropa. Tidak ada yang menghormati Pantai Gading dengan senjata-senjata nuklir, yang sekarang digambarkan Rusia.

Kepicikan ideologis serupa menimpa Xi Jinping, yang percaya bahwa bentuk pemerintahan otoriternya adalah lebih unggul daripada demokrasi yang kacau balau. Xi Jinping menggunakan strategi COVID-nya sebagai sebuah contoh, menerapkan karantina di seluruh negaranya yang berpenduduk 1,4 miliar orang untuk mencapai angka kematian yang rendah. Tetapi ekonomi Xi Jinping dengan perintah yang sok juga tertahan inovasi, sehingga vaksin-vaksin Tiongkok tidak bekerja dengan baik. Karantina masih diterapkan di Tiongkok, sementara Barat akhirnya muncul kembali ke kebebasan manusia normal.

Vladimir Putin dan Xi Jinping memberitahu satu sama lain bahwa kediktatoran adalah lebih efisien, dan begitu mereka dapat dengan mudah mengambil wilayah-wilayah dari negara-negara demokrasi yang tidak bersekutu seperti Ukraina atau Taiwan. Ukraina mudah-mudahan dalam proses melucuti ilusi otoriter Vladimir Putin dan Xi Jinping. Waktu akan membuktikan.

Namun, apa yang seharusnya sudah sangat jelas, bahwa negara-negara demokrasi tidak dapat mempercayai Rusia dan Tiongkok, yang menganggap dirinya lebih unggul.

Tetapi ada satu harapan. Vladimir Putin atau pun Xi Jinping juga tidak dapat saling percaya. Di awal, Tiongkok akan merebut kedaulatan Rusia sendiri jika diberi kesempatan. Dan sebaliknya. Hal tersebut membuat Rusia dan Tiongkok menjadi sekutu-sekutu yang lemah. Memang, mereka bahkan belum mampu mengucapkan kata tersebut. (Vv)

Ada 150 Kematian Setiap Hari di Hong Kong Akibat COVID-19, Han Zheng dan Sun Chunlan Keluarkan Instruksi

0

Luo Tingting

“Hong Kong 01” melaporkan bahwa sebuah sumber mengatakan bahwa Wakil Perdana Menteri Tiongkok, Sun Chunlan, yang bertanggung jawab atas pekerjaan pencegahan pandemi, “telah berada di Beijing selama beberapa hari dan telah memberikan instruksi penting tentang pekerjaan anti-pandemi Hong Kong.”

Laporan tersebut  menunjukkan bahwa Beijing tidak puas dengan kinerja anti-pandemi pemerintah Hong Kong. Sedangkan pihak berwenang sangat khawatir tentang apakah pandemi Hong Kong akan membahayakan Shenzhen dan Guangdong, dan kemudian memengaruhi seluruh negara.

Liu Zhaojia, wakil ketua Asosiasi Nasional untuk Studi Hong Kong dan Macau, mengatakan bahwa pemerintah pusat diharapkan akan memiliki pengawasan dan bimbingan yang lebih kuat pada pekerjaan anti-pandemi pemerintah Hong Kong, dan akan memperkuat akuntabilitas.

Menurut laporan pemerintah Hong Kong, ada 150 kasus kematian baru pada Sabtu (5/3/2022), berusia antara 32 dan 105 tahun, di mana 137 kasus adalah orangtua berusia 65 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut, 19 orang menerima 1 dosis vaksin, 21 orang menerima 2 dosis, dan 1 orang menerima 3 dosis.

Liang Wannian, kepala Kelompok Ahli Pusat untuk Pencegahan dan Pengendalian Hong Kong, mengatakan kepada media pada 5 Maret, bahwa pandemi di Hong Kong masih meningkat pesat,  kasus parah dan kematian harus dikurangi.

Pandemi di Hong Kong di luar kendali, dengan hampir 400.000 kasus dikonfirmasi dalam putaran ini. Sehingga menyebabkan sistem medis Hong Kong kewalahan. Karena jumlah kematian akibat virus terus meningkat, pemerintah Hong Kong telah mengerahkan kontainer freezer ke rumah sakit untuk menyimpan sementara jenazah pasien.

Dr. Larry Lee, manajer administrasi umum  dari Otoritas Rumah Sakit, mengatakan pada tanggal 4 Maret bahwa beberapa freezer kontainer telah tiba, dan yang lainnya akan tiba dalam satu atau dua hari, dan diyakini bahwa sekitar 500 posisi akan disediakan.

Pengendalian pandemi dan tindakan isolasi yang ketat di Hong Kong telah mendorong lebih banyak orang asing di Hong Kong untuk mengungsi. Data pemerintah menunjukkan arus keluar bersih lebih dari 71.000 orang dari Hong Kong pada Februari, terbesar sejak wabah dimulai, dibandingkan dengan 16.879 orang pada Desember 2021.

“Hong Kong seperti penjara sekarang,” kata seorang bankir investasi di sebuah perusahaan Barat yang bekerja dari rumah kepada Reuters.

Jalanan Hong Kong yang biasanya ramai dan bising sekarang menjadi sunyi senyap, dengan restoran tutup atau tidak ada pelanggan, dan rak-rak supermarket kosong diperebutkan. (hui)

Waspadai 7 Tanda yang Diberikan 30 Hari Sebelum Stroke Menyerang

Epoch Inspired Staff

Stroke bisa berakibat fatal, sama seperti serangan jantung. Namun, ada 7 tanda awal sebelum serangan stroke terjadi. Mari kita ikuti :

Stroke terjadi ketika pembuluh darah yang membawa oksigen ke otak pecah atau tersumbat oleh gumpalan. Pada saat ini, otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup, sel-sel otak mulai mati, area otak yang terkena tidak akan berfungsi dengan baik, yang sangat merugikan kesehatan pribadi yang bersangkutan.

Stroke berbeda pada diri setiap orang, tetapi mereka semua memiliki satu kesamaan, yang serangan stroke terjadi secara tiba-tiba. Di bawah ini adalah tanda-tanda paling umum yang muncul sebulan sebelum stroke, dan jika seseorang telah memiliki tanda-tanda ini, pertimbangkan untuk secepatnya berkonsultasi dengan dokter.

Jatuh yang tidak dapat dijelaskan bisa menjadi awal dari stroke. (Shutterstock)

1. Kesemutan atau kelemahan tiba-tiba di wajah, lengan, atau kaki (biasanya timbul di satu sisi tubuh)

Stroke biasanya hanya mempengaruhi satu sisi otak, oleh karena itu stroke juga hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Jika Anda melihat senyum asimetris pada seseorang, ini adalah tanda peringatan dini stroke. Selain itu, kesemutan atau kelemahan pada salah satu lengan juga merupakan tanda peringatan dini.

2. Vertigo, pusing, sinkop atau pingsan

Jika seseorang tiba-tiba merasa pusing, kehilangan keseimbangan, atau kesulitan berjalan, sebaiknya pergi untuk menemui dokter, karena ini bisa menjadi tanda bahwa otak akan mengalami stroke.

3.  Masalah penglihatan yang muncul secara tiba-tiba 

Stroke dapat mempengaruhi area otak yang mengontrol penglihatan. Jika seseorang mengalami penurunan penglihatan atau kehilangan kemampuan melihat secara tiba-tiba. itu juga bisa menjadi tanda akan terjadi serangan stroke.

4. Sakit kepala yang parah dan tanpa alasan jelas yang datang tiba-tiba 

Stroke dapat menyebabkan sakit kepala parah yang datang tiba-tiba tanpa alasan yang jelas.

5. Tiba-tiba mengalami kesulitan dalam berbicara dan memahami

Hal-hal yang sebelumnya mudah dipahami, tetapi sekarang tiba-tiba tidak dapat dipahami, atau pemikiran tiba-tiba menjadi tidak teratur, adalah tanda-tanda stroke.

6. Tubuh kehilangan koordinasi dan menjadi goyah 

Berhati-hatilah jika seseorang tiba-tiba mengalami penurunan yang drastis atau kehilangan pada kemampuan koordinasi tubuh, yang sebelumnya masih terlihat baik-baik saja tetapi satu detik kemudian kehilangan keseimbangan dan tidak dapat bergerak secara normal. Jangan abaikan sinyal tubuh ini karena ini juga sinyal stroke.

7. Sesak napas

Kesulitan bernapas yang tiba-tiba bisa menjadi awal dari stroke. Ini terjadi untuk memperingatkan kita. Jadi jangan diabaikan.

Kesulitan bernapas yang muncul tiba-tiba bisa menjadi tanda stroke. (Shutterstock)

Ingat ! Deteksi dini sinyal-sinyal ini sangat penting. Jika salah satu dari gejala di atas sudah muncul pada diri seseorang, sebaiknya jangan mengulur-ulur waktu, segera konsultasikan dengan dokter ahli. (Sin)

Pasukan Rusia Serang Warga Sipil Ukraina Tanpa Pandang Bulu, Menewaskan Banyak Korban

Han Fei – NTD 

Ketika perang Rusia-Ukraina telah memasuki hari kesembilan pada 5 Maret 2022, tentara Rusia semakin lama menginvasi Ukraina. Serangan Rusia semakin ganas. Daerah pemukiman juga menjadi sasaran serangan udara oleh tentara Rusia, dan tentara Rusia telah melakukan serangan membabi buta terhadap rakyat.

Penembakan secara membabibuta dilakukan oleh Tentara Rusia. Petro Lytvyn, seorang penduduk wilayah Motyzhyn di Kyiv, Ukraina berkata : “Ketika konvoi tiba di sini, seorang keluar dan ditembak mati.”

Tiga orang warga sipil ditembak ketika tentara Rusia melewati desa, 50 kilometer sebelah barat Kyiv.

Petro Lytvyn, menambahkan: “Dokter setempat dan putranya mencoba mengantarnya ke rumah sakit. Rusia menghentikannya, bahkan menembaknya.”

Tak seorang pun dari warga sekitar yang berani mendekati mobil yang penuh lubang peluru itu untuk mengambil jenazahnya, karena takut dijebak oleh tentara Rusia.

Petro Lytvyn, menambahkan: “Konvoi tentara Rusia tiba pada hari Sabtu. Sekitar 30 unit pergi ke pusat, 70 unit lainnya pergi ke kibbutz dan mulai menembak.”

Menghadapi serangan yang tiba-tiba dan membabi buta, penduduk setempat menjadi sangat panik dan berusaha melarikan diri dari zona perang di sekitar Kyiv.

Olena Dovzhenko, juga seorang penduduk wilayah Motyzhyn di Kyiv, Ukraina juga berkata: “Pada awalnya, jantung saya berdetak dengan kencang dan saya mengalami serangan panik. Saya mencoba melakukan sesuatu untuk menenangkan diri, tetapi saya tidak bisa makan, tidak bisa minum. Saya hanya duduk kaget, tidak tahu harus berbuat apa.” (hui)