Home Blog Page 650

FDA dan Pakar : Awas ! Tidak Semua Orang Cocok Minum Obat Oral Anti-COVID Buatan Pfizer

oleh Li Yan

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) baru-baru ini menyetujui penggunaan obat oral  anti-COVID-19 buatan 2 perusahaan farmasi, yakni Pfizer dan Merck. Obat yang diminum ini memungkinkan pasien terinfeksi COVID-19 untuk berobat di rumah.

Namun, kepada media ‘NBC News’ pakar mengatakan bahwa obat oral ini perlu digunakan di bawah pengawasan ketat oleh dokter atau apoteker. Meskipun obat oral buatan kedua perusahaan dapat memberikan perlindungan bagi mereka yang menghadapi risiko penyakit yang serius, tetapi belum tentu cocok untuk dikonsumsi oleh semua orang.

Terutama, ketika terjadi interaksi antara obat anti-COVID ‘Paxlovid’ buatan Pfizer dengan obat-obatan lainnya yang biasa digunakan, seperti jenis statin, pengencer darah, dan beberapa antidepresan yang mana mungkin memiliki konsekuensi serius atau bahkan mengancam jiwa. Oleh karena itu Food and Drug Administration (FDA) AS tidak merekomendasikan ‘Paxlovid’ untuk dikonsumsi bagi orang dengan penyakit ginjal atau hati yang parah.

Alasan utama FDA mengeluarkan peringatan di atas adalah karena ketika ‘Paxlovid’ digunakan dengan obat lain yang juga dimetabolisme oleh enzim CYP3A, komponen ritonavirnya dapat menyebabkan toksisitas pada obat yang diberikan secara bersama atau hampir bersamaan waktunya.

Peter Anderson, seorang profesor ilmu farmasi di University of Colorado Anschutz Medical School District, mengatakan kepada NBC News : “Beberapa interaksi potensial tidak dapat disepelekan, beberapa pasangan (interaksi antar obat) harus benar-benar dihindari”.

“Beberapa (interaksi antar obat) mungkin mudah dikelola, tetapi beberapa kami pikir harus sangat berhati-hati”, tambahnya.

Meskipun demikian, obat oral buatan Pfizer yang disetujui pada awal bulan ini dapat dianggap sebagai langkah penting dalam perang melawan COVID-19. Apalagi uji coba perusahaan Pfizer menunjukkan bahwa obat tersebut mampu mengurangi hingga 89% risiko rawat inap atau kematian pasien yang mengalami gejala berat karena terinfeksi COVID-19.

Selain itu, potensi efek samping dari ‘Molnupiravir’ buatan perusahaan farmasi Merck, juga menimbulkan kekhawatiran. Sampai FDA membatasi penggunaannya obat oral tersebut hanya untuk orang dewasa ketika pengobatan lain tidak tersedia atau tidak sesuai secara klinis.

Associated Press dalam laporannya menyebutkan bahwa ‘Molnupiravir’ Merck tidak mendapat izin untuk penggunaan anak-anak, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang, dan FDA tidak merekomendasikan wanita hamil untuk menggunakan obat tersebut untuk menghindari cacat lahir janin yang dikandung.

Oleh karena itu, para pakar medis menyarankan agar kedua obat oral anti-COVID di atas  hanya digunakan dengan mengikuti saran dokter.

Emily Zadvorny, Direktur Asosiasi Apoteker Colorado mengatakan kepada ‘NBC News’ bahwa, apoteker merupakan sumber informasi dan saran yang sangat baik untuk mengetahui interaksi antara obat dan suplemen dan produk herbal.

“Mereka akan membantu menentukan apakah ada interaksi besar, dan jika mungkin, mengembangkan solusi untuk mengurangi akibat dari interaksi itu”. Tambahnya.

Para ahli percaya bahwa sebenarnya risiko reaksi merugikan akibat interaksi dengan obat lain adalah sangat rendah, karena waktu mengkonsumsi obat oral ‘Paxlovid’ ini tidak panjang, total 30 tablet untuk diminum 2 kali sehari masing-masing sebanyak 3 tablet selama 5 hari berturut-turut. 

Jason Gallagher, ahli farmasi klinis penyakit menular di Rumah Sakit Universitas Temple di Philadelphia mengatakan : “Interaksi lima hari bukanlah masalah besar bagi sebagian besar obat”.

Pfizer menyatakan bahwa, mereka berharap mampu menghasilkan 180.000 treatment perawatan dengan ‘Paxlovid’ pada akhir tahun 2021. Berencana untuk menyediakan 30 juta treatment perawatan, bagi seluruh dunia pada paruh pertama tahun 2022, dan akan meningkat menjadi 80 juta treatment pada akhir tahun depan. (sin)

Berkolaborasi dengan Mitra Telepon Pintar Tiongkok, Terungkap Cara Huawei Hindari Sanksi AS

0

Nicole Hao – The Epoch Times

perusahaan telekomunikasi Tiongkok Huawei beralih kepada kemitraan dengan perusahaan Tiongkok untuk mengabaikan sanksi Amerika Serikat yang telah melumpuhkan bisnis telepon pintar Huawei.

Pernah secara singkat menjadi pembuat telepon pintar teratas di dunia, Huawei berada di mode bertahan hidup sejak Washington menjatuhkan sanksi pada Huawei lebih dari dua tahun lalu. Pemerintahan Donald Trump mengatakan Huawei merupakan sebuah ancaman keamanan nasional karena hubungan Huawei dengan Partai Komunis Tiongkok.

Bisnis telepon pintar Huawei mengalami pukulan terbesar setelah Presiden Donald Trump saat itu pada tahun 2020 melarang akses Huawei ke teknologi yang kritis yang berasal dari Amerika Serikat–—yang mencakup chip-chip komputer yang penting yang diperlukan untuk memberi daya pada perangkat Huawei. Sekarang Huawei sebagian besar tertutup dari pasar telepon pintar global, dan bisnis domestik Huawei juga sedang sakit.

Eric Xu, Ketua Huawei yang bergilir, mengatakan pada bulan September bahwa pendapatan telepon pintar Huawei dapat turun sebanyak USD 40 miliar–—atau sekitar 80 persen—tahun ini, dengan arus- pertumbuhan baru yang tidak mungkin untuk menggantikan kekurangan pendapatan ini dalam waktu dekat.

Untuk mencegah keadaan bisnis yang berdarah-darah ini, Huawei melakukan diversifikasi ke area lain dari penambangan pintar hingga kendaraan listrik. Tetapi dalam upaya untuk menyelamatkan bisnis telepon pintarnya, Huawei juga telah menemukan cara untuk mengabaikan sanksi Amerika Serikat, yaitu dengan memberi lisensi rancangan handset Huawei kepada pihak ketiga Tiongkok, sehingga dengan demikian mendapatkan akses kepada chip Amerika Serikat yang penting.

Kemitraan

Pada awal November, Huawei meluncurkan telepon pintar 5G pertamanya di situs web resmi Huawei, sebuah perangkat bermerek TD Tech Ltd., pembuat peralatan telekomunikasi Tiongkok, bernama TD Tech N8 Pro. Telepon tersebut pada dasarnya adalah sebuah contekan dari Huawei Nova 8 Pro, yang diluncurkan tahun lalu. Satu-satunya perbedaan adalah perangkat TD Tech mendukung 5G—–sedikit penawaran telepon pintar Huawei sebagai akibat dari sanksi-sanksi Amerika Serikat.

Daftar itu ditarik dari situs web Huawei dalam waktu seminggu serta ditarik dari cerita-cerita online di situs e-commerce cerita, termasuk JD.com, Alibaba.com, dan Suning.com.

Menurut sebuah artikel 16 November oleh NetEast, sebuah portal berita Tiongkok, seorang anggota staf TD Tech yang tidak disebutkan namanya memastikan bahwa perusahaan tersebut membeli perangkat keras dari Huawei dan memberi merek telepon dengan namanya sendiri.

 TD Tech saat ini menjual telepon pintar itu ke pelanggan bisnis, tetapi TD Tech akan menjual telepon pintar itu langsung ke konsumen di cerita JD.com pada akhir tahun, ujar anggota staf itu menambahkan.

TD Tech juga merilis telepon pintar Huawei yang dilabel ulang dengan mereknya sendiri yang disebut TD Tech 5G M40, yang pada dasarnya adalah Mate 40E Huawei, serta rangkaian produk Huawei lainnya dari jam tangan pintar hingga tablet, menurut laporan media Tiongkok.

TD Tech, yang memiliki kantor  di kota Beijing, Shanghai, dan Chengdu, adalah sebuah anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh TD Tech Holding Limited, sebuah perusahaan yang terdaftar di Hong Kong. 

TD Tech Holding didirikan oleh Huawei dan Nokia Siemens Networks pada bulan September 2003. Sejak tahun 2010, Huawei memegang 49 persen saham TD Tech, sementara Nokia  Siemens Networks memegang sisa saham itu yaitu 51 persen, menurut sebuah postingan di situs web TD Tech pada waktu itu. Tidak jelas apakah struktur kepemilikan ini telah berubah sejak itu.

Tautan TD Tech ke Huawei meluas ke personel.

Direktur TD Tech Holding adalah Eric Xu, Ketua Huawei yang bergilir, menurut laporan-laporan pada November dari media Tiongkok dan Hong Kong. 

Eric Xu juga adalah seorang anggota dewan TD Tech Holding, kata laporan itu.

Sementara itu, manajer umum dan perwakilan hukum TD Tech adalah Dong Biao, seorang manajer senior veteran Huawei, menurut Qichacha, sebuah perusahaan basis data Tiongkok.

Resume Deng Biao yang diposting di situs web Huawei menunjukkan ia bergabung dengan TD Tech pada tahun 1996. Sejak itu ia mengepalai berbagai divisi dari perangkat lunak telekomunikasi dan bisnis jaringan inti hingga kontrol kualitas. Tidak jelas apakah Deng Biao masih bekerja di Huawei.

Honor

Pada November 2020, Huawei menjual bisnis telepon pintar anggaran Honor ke sebuah konsorsium yang dipimpin oleh sebuah perusahaan milik negara di Shenzhen, sebuah langkah yang mengkarantina operasi dari sanksi-sanksi Amerika Serikat. Tidak seperti Huawei, Honor mampu membeli chip 5G yang sangat canggih dari pemasok yang mencakup Qualcomm berbasis di Amerika Serikat dan MediaKit yang berbasis di Taiwan.

Sejak itu Honor melonjak ke peringkat nomor tiga di pasar telepon pintar domestik Tiongkok, dengan pangsa 15 persen di kuartal ketiga tahun ini, menurut penelitian tandingan. 

Peruntungan Honor kontras dengan peruntungan Huawei. Honor yang pada puncaknya memegang 46 persen pasar, hanya menyumbang sekitar 8 persen pada kuartal ketiga. Huawei mengatakan pada saat penjualan Honor bahwa pihaknya tidak akan memiliki saham atau menjadi terlibat dalam manajemen atau pengambilan keputusan perusahaan baru itu, yang disebut Teknologi Informasi Zhixinxin Shenzhen. Tetapi dewan dan manajemen senior Teknologi Informasi Zhixinxin Shenzhen menampilkan banyak mantan staf Huawei.

Menurut laporan media Tiongkok, Huawei memindahkan manajer dari bisnis Huawei yang lain untuk memimpin perusahaan baru tersebut.

Lima dari enam anggota dewan Teknologi Informasi Zhixinxin Shenzhen adalah mantan karyawan Huawei.

Ketua, Wan Biao, sebelumnya adalah seorang anggota dewan Huawei dan memimpin bisnis konsumen Huawei dengan segera dipindah ke perusahaan baru itu. Wan Biao berpengalaman dalam membangun rantaii pasokan dan bergabung dengan Teknologi Informasi Zhixinxin Shenzhen untuk membangun area ini, demikian media Tiongkok melaporkan.

Empat anggota dewan Teknologi Informasi Zhixinxin Shenzhen lainnya dari Huawei adalah Zhao Ming, seorang  mantan presiden bisnis Honor Huawei, Fang Fei, seorang mantan wakil presiden lini produksi, Li Shanlin, seorang mantan wakil presiden sumber daya manusia, dan Peng Qiu’en, seorang mantan kepala keuangan. 

Zhao Ming juga adalah CEO Teknologi Informasi Zhixinxin Shenzhen, menurut laporan-laporan media Tiongkok. Yang Jian, seorang mantan direktur bisnis ritel Huawei untuk wilayah Tiongkok, juga mengambil posisi manajer ritel Honor, menurut media Tiongkok.

Huawei juga memindahkan lebih dari 6.000 karyawan dari bisnis telepon pintarnya ke Honor, kata laporan-laporan media Tiongkok.

Operator Seluler

Huawei juga telah bekerja sama dengan beberapa operator seluler Tiongkok untuk meluncurkan telepon pintar 5G miliknya, bermerek di bawah operator. Beberapa model-model ini mengandung chip-chip 5G dari Qualcomm dan MediaKit, yang keduanya dilarang untuk memasok ke Huawei.

China Telecom pada Juli, sebuah telepon pintar 5G di bawah seri Maimang, yang dulunya adalah kolaborasi antara China Telecom dan Huawei. Tetapi China Telecom mengatakan di Weibo, platform mirip-Twitter di Tiongkok, merek tersebut dijalankan semata-mata oleh operator itu, meskipun tidak mengungkapkan pabrikannya. Meskipun di halaman-halaman web yang menjual daftar telepon Huawei sebagai penyedia layanan purna jual.

China Mobile pada Juni meluncurkan serangkaian telepon pintar 5G di bawah merek NZONE. Model-model itu menggunakan chip-chip 5G dari Mediatek, dan  dirancang dan diproduksi oleh Huawei, kata China Mobile saat itu.

Juga pada Juni, China Unicom meluncurkan telepon seluler 5G di bawah label U-Magic miliknya, yang memiliki kesamaan-kesamaan rancangan dengan seri-seri Enjoy Huawei.

The Epoch Times telah menghubungi Huawei, TD Tech, Honor, China Telecom dan China Unicom untuk komentar. (Vv)

Kim Jong-un Menghadapi Ujian di Bidang Ekonomi dan HAM Selama 10 Tahun Berkuasa

oleh Li Zhengya

Human Rights Watch yang berbasis di Amerika Serikat baru-baru ini mewawancarai para warga Korea Utara yang berhasil meninggalkan negara itu setelah tahun 2014, atau mereka yang masih memiliki kontak dengan orang-orang di kampung. Warga Korea Utara ini mengatakan bahwa meskipun Kim Jong-un telah berusaha membuka ekonomi dan mengurangi tekanan terhadap pasar pedagang, tetapi pemerintah tertekan oleh masalah tuntutan tenaga kerja yang tidak dibayar. Situasi tersebut justru lebih memicu banyak warga membelot dari Korea Utara.

“Dia (Kim Jong Un) mencegah warga sipil Korea Utara membelot. Warga mengatakan bahwa hidup saat ini sangat sulit, karena pemerintah mengambil lebih banyak (hak dan kekayaan) dari rakyat. Sekarang lebih banyak warga yang mati kelaparan,” kata seorang pembelot Korea Utara Ha Jin-woo.

Aktivis mengatakan bahwa setelah berkecamuknya epidemi virus komunis Tiongkok (COVID-19) pada tahun lalu, Kim Jong-un selain memperkuat kontrol perbatasan, juga melarang masuknya bahan dan kebutuhan sehari-hari dari Tiongkok. 

Selain itu, pemerintah Korea Utara mendesak pemerintah Tiongkok untuk meningkatkan kontrol perbatasan demi mencegah pembelot asal Korea Utara memasuki wilayah Tiongkok.

Menurut laporan Kementerian Unifikasi Korea Selatan, bahwa dari bulan April hingga Juni tahun ini hanya ada 2 orang pembelot asal Korea Utara yang memasuki Korea Selatan. Ini merupakan kasus terendah dalam catatan satu kuartal.

Pembelot Korea Utara Han Ji-yeon mengatakan : “Melihat Kim Jong-un meneteskan air mata, orang-orang tampaknya berpikir bahwa dia benar-benar peduli dengan kehidupan rakyatnya. Karena situasi yang sulit terus berlanjut (untuk waktu yang lama), ia tidak yakin bahwa hanya dengan membangun kembali sistem yang dianut pemerintah, kehidupan rakyat akan berubah membaik”.

Kementerian Unifikasi Korea Selatan baru-baru ini melaporkan bahwa, setelah Kim Jong-un berkuasa, dia melonggarkan ekonomi pasar yang mana telah berhasil menaikkan PDB dalam negeri Korea Utara, meskipun tidak banyak.

Namun, ambisi untuk mengembangkan senjata nuklir yang akhirnya berdampak pada menerima sanksi internasional menjadi pukulan bagi ekonomi nasional, sehingga PDB kembali melorot.

Profesor Yang Moo-jin dari Universitas Riset Korea Utara mengatakan : “Tampaknya tangan Kim Jong-un ingin memegang 2 ekor kelinci sekaligus — mengembangkan senjata nuklir dan meningkatkan pendapat ekonomi. Meskipun di bidang pertahanan terjadi peningkatan kemampuan, tetapi di bidang ekonomi sangat sulit.  Ia berpikir selain dampak dari sanksi, ekonomi Korea Utara juga semakin terpuruk akibat COVID-19”.

Tahun ini adalah tahun kesepuluh Kim Jong-un secara resmi menjabat sebagai kepala negara Korea Utara. Beberapa hari yang lalu, sebuah organisasi hak asasi manusia yang bermarkas di Seoul mengeluarkan laporan bahwa selama 1 dekade Kim Jong-un berkuasa, setidaknya ada 7 orang warga dieksekusi oleh Kim Jong-un karena menonton atau mengedarkan video drama Korea Selatan. (sin)

Banjir Besar Paling Parah Melanda 67 Kota di Brasil, Puluhan Ribu Warga Mengungsi

ETIndonesia- Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat di Bahia di timur laut Brasil sejak November lalu telah merenggut 17 nyawa dan membuat lebih dari 11.000 orang mengungsi. Data pihak berwenang menunjukkan bahwa saat ini ada 4.185 orang yang mengungsi.

Sebanyak 19 kota yang terkena dampak parah akibat banjir besar di Bahia, Brasil  termasuk Guaratinga, Itororo, dan Coaracil. 

Gubernur Bahia,  Rui Castro mengatakan sekitar 67 kota menjalani situasi darurat akibat banjir. 

Kepala pembangunan infrastruktur di negara bagian Bahia melaporkan bahwa, hujan lebat menyebabkan banjir dan kemacetan lalu lintas di 17 jalan, sebagian disebabkan oleh tanah longsor.

Departemen Pertahanan Sipil setempat melaporkan, hujan lebat telah menewaskan 17 jiwa sejak November lalu.  Kini  total 11.260 orang terpaksa mengungsi. Saat ini masih ada 4.185 warga yang mengungsi.

Pejabat kota mengatakan bahwa pada tanggal 24 Desember, akumulasi curah hujan bulanan di Salvador, ibu kota Bahia, mencapai 250mm, yang merupakan lima kali curah hujan rata-rata di masa lalu.

Pemerintah negara bagian Bahia dan pemerintah federal meluncurkan operasi bersama pada tanggal 25 Desember untuk memobilisasi tenaga kerja, angkutan dan peralatan dengan pemerintah negara bagian lainnya. Harapannya mereka dapat memberikan dukungan bagi para korban banjir. (hui)

Sumber : NTDTV.com

Kemenkes Laporkan Transmisi Lokal Pertama Omicron : Pria Medan, Tak Memiliki Riwayat ke Luar Negeri, Mampir ke Resto SCBD Jakarta dan RS Grand Family

0

ETIndonesia- Kementerian Kesehatan RI melaporkan temuan pertama transmisi lokal  terinfeksi COVID-19 dari  varian omicron. Penambahan kasus ini, total  47 varian Omicron yang dideteksi di Indonesia.

“Terdapat 47 kasus konfirmasi omicron, di mana 46 kasus adalah kasus impor dan satu kasus transmisi lokal,” kata Jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam konfrensi pers virtual dari Jakarta, Selasa (28/12/2021).

Ia menerangkan si pasien adalah seorang pria yang berasal dari Medan, Sumatera Utara.  Ia diketahui tak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri dan  kontak erat dengan orang yang pernah melakukan perjalanan ke luar negeri.

“Terbaru adalah kasus laki-laki berusia 37 tahun, tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri dalam beberapa bulan terakhir atau pun kontak dengan pelaku perjalanan luar negeri, pasien dan istri tinggal di Medan dan ke Jakarta sebulan sekali,” katanya.

Data yang dirilis Kemenkes RI, pria tersebut tiba di Jakarta pada Senin (6/12/2021). Ia tinggal di apartemen Green Bay Pluit, Jakarta Utara.

Ia kemudian mengunjungi sebuah resto di SCBD, Jakarta Selatan pada Jumat (17/12/2021).

Selanjutnya saat ingin kembali ke Medan, ia menjalani tes Antigen pada Minggu (19/12/2021) dan dinyatakan positif.

Keesokan harinya pada Senin (20/12/2021), pria itu menjalani tes PCR di RS Grand Family.

Pada Minggu (26/12/2021) diketahui hasil labnya melalui Lab GSI didiagnosis terinfeksi dengan varian Omicron.

Sebagai tindak lanjut, bersangkutan dievakuasi untuk  isolasi di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara. (asr)  

Pakar : Partai Komunis Tiongkok Memperluas Strategi 3 Peperangan di Antariksa

0

oleh Andrew Thornebrooke

Sebuah robot Tiongkok berguling-guling di dalam debu. Robot tersebut mengumpulkan sampel-sampel batuan, mengukur senyawa kimia, dan mengamati kawah yang belum pernah terlihat sebelumnya oleh umat manusia. Hal itu berada di luar jangkauan sensor Amerika Serikat. Hal itu berada di luar aturan hukum dan norma internasional. Robot tersebut sedang berada dalam sebuah misi.

Robot tersebut berada di sisi gelap Bulan.

Partai Komunis Tiongkok telah mengoperasikan Yutu-2 di sisi jauh Bulan sejak tahun 2019. 

Seolah-olah bagian program eksplorasi Bulan oleh Partai Komunis Tiongkok,penjelajah seperti Yutu-2 sedang mempersiapkan jalan untuk pembangunan sebuah pangkalan penelitian robotik yang baru di bulan. Pangkalan itu, pada gilirannya, akan mempersiapkan jalan untuk sebuah pendaratan di Bulan yang diawaki dan sebuah pangkalan  yang baru di Bulan yang dikelola bersama oleh Tiongkok dan Rusia.

Fase eksplorasi proses ini, di mana Yutu-2 adalah sebuah bagian, adalah direncanakan untuk diperpanjang hingga tahun 2025 dengan enam misi lagi yang dilakukan oleh Tiongkok dan Rusia. Setelah itu, pembangunan di pangkalan tersebut diharapkan berlangsung hingga setidaknya tahun 2035, dengan kapasitas operasional penuh dicapai pada tahun 2036.

Ambisi tersebut menarik minat para ilmuwan, yang selalu haus akan pengetahuan baru mengenai satu-satunya Bulan milik Bumi. Namun, kerahasiaan yang menyelimuti proyek tersebut membuat bingung para ahli strategi yang tidak melihat penjelajah kecil ini sebagai satu langkah kecil bagi umat manusia, tetapi sebagai satu lompatan raksasa bagi kemampuan militer Tiongkok.

Memang, beberapa ahli percaya bahwa koleksi batu di Bulan oleh Yutu-2 bukan hanya sebuah kelanjutan persaingan Tiongkok–Amerika Serikat, tetapi mungkin benar-benar memberikan kunci kemenangan dalam sebuah perang di masa depan.

Antariksa Adalah Sebuah Domain Peperangan

Michael Listner adalah seorang pengacara yang sangat aneh. Ia mengkhususkan diri dalam kebijakan antariksa dan, selama beberapa tahun, memimpin publikasi “The Précis,” sebuah buletin hukum yang mengkaji dasar hukum antariksa dan akibatnya bagi kebijakan internasional di setiap bidang mulai dari bidang bisnis hingga keamanan nasional.

Michael Listner mengatakan Partai Komunis Tiongkok sedang memperluas strategi “Tiga Peperangan” di antariksa. Perbatasan baru yang luas ini akan menjadi pusat perluasan kampanye media rezim Tiongkok, subjek perang psikologis, dan, yang terpenting, inti pertempuran-pertempuran hukum baru yang akan membentuk kembali tatanan internasional ketika Tiongkok berusaha untuk mengklaim status hegemoni global Amerika Serikat menjadi miliknya.

Michael Listner mengatakan strategi tersebut dirancang untuk melemahkan dan mungkin mengalahkan musuh tanpa melepaskan sebuah tembakan.

“Antariksa adalah sebuah domain peperangan, Antariksa akan menjadi bagian  perjuangan dan antariksa akan menjadi bagian sebuah konflik di masa depan,” kata Michael Listner.

“Mereka bertempur di semua lini ini sekarang,” tambah Michael Listner mengenai tiga strategi peperangan Partai Komunis Tiongkok di antariksa. 

“Faktanya, saya benar-benar melihat Partai Komunis Tiongkok seakan sedang mempersiapkan medan perang,” imbuhnya. 

Upaya untuk membentuk medan perang itu, yang penting bagi militer mana pun, khususnya yang berarti bagi ahli strategi militer Tiongkok yang, setidaknya sejak abad kelima Sebelum Masehi, telah mempelajari tulisan-tulisan filsuf perang yang terkemuka Sun Tzu, yang berpendapat bahwa mempersiapkan medan perang adalah cara untuk menguasai musuh.

Dengan demikian, dikhawatirkan rezim Tiongkok akan secara efektif memastikan bahwa jika konflik pecah, rezim Tiongkok memiliki keunggulan strategis dengan mempersiapkan sebuah lanskap hukum yang menguntungkan, penempatan aset-aset di orbit, dan membangun aliansi dalam operasi antariksa miliknya.

Alasan untuk melanjutkan upaya di bulan ini adalah  cukup sederhana: Amerika Serikat tidak dapat bekerja tanpa antariksa.

“Ketergantungan dan kepercayaan Amerika Serikat terhadap antariksa adalah hampir mutlak,” kata Paul Crespo, Presiden Center for American Defense Studies.

“Dari komunikasi-komunikasi hingga perbankan hingga perjalanan udara dan darat serta GPS, ekonomi, masyarakat, dan militer kita tidak dapat bertahan tanpa  dominasi Amerika Serikat terhadap antariksa.”

Paul Crespo, seorang veteran Marinir yang bertugas di Badan Intelijen Pertahanan AS, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memeriksa pengaruh jahat Partai Komunis Tiongkok di luar negeri dan upaya Partai Komunis Tiongkok untuk menghina dan melemahkan musuhnya melalui penggunaan-ganda perang teknologi dan perang hukum.

Baik Paul Crespo maupun Michael Listner khawatir bahwa Bulan akan menjadi “garis putus-putus kesembilan” berikutnya di Tiongkok dan khawatir bahwa Bulan akan digunakan untuk membengkokkan aturan hukum yang menguntungkan Partai Komunis Tiongkok, seperti yang terjadi di Laut Tiongkok Selatan.

Rezim Tiongkok mengklaim sekitar 85 persen wilayah Laut Tiongkok Selatan yang disengketakan dibatasi oleh sembilan garis putus-putus miliknya, sebuah klaim yang ditolak oleh sebuah pengadilan internasional pada tahun 2016. Beberapa negara lain juga mengklaim bagian Laut Tiongkok Selatan.

Terlepas dari keputusan itu, Beijing telah membangun pos-pos militer di pulau-pulau buatan dan terumbu karang di wilayah tersebut, dan mengerahkan kapal penjaga pantai Tiongkok dan kapal-kapal penangkap ikan Tiongkok untuk mengintimidasi kapal-kapal asing, memblokir akses ke Laut Tiongkok Selatan, dan merebut kawanan ikan dan terumbu karang.

Para ahli khawatir Partai Komunis Tiongkok akan menggunakan infrastruktur Bulan dan luar angkasa miliknya untuk sama-sama menutup persaingan dan mengendalikan kejadian-kejadian di kawasan tersebut, melanggar hukum dan norma internasional.

“Partai Komunis Tiongkok telah membuktikan bahwa pihaknya tidak menghormati hukum atau norma internasional, dan niat untuk menggertak, mengancam, memaksa dan mendorong caranya di mana pun yang  dianggap penting untuk tujuan-tujuan strategisnya,” kata Paul Crespo. 

“Hal itu adalah sangat jelas dengan ekspansi ilegal Partai Komunis Tiongkok ke sebagian besar Laut Tiongkok Selatan, dan mengklaim sebagian besar Laut Tiongkok Selatan,” ujarnya. 

“Hal ini tentu akan lebih benar untuk Tiongkok di antariksa di mana norma-norma jauh lebih tidak mapan dan disusun,” katanya. 

Tanggapan Amerika Serikat terhadap petualangan Partai Komunis Tiongkok di antariksa adalah beragam.

Peluncur rudal darat-ke-udara Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok HQ-9 terlihat selama parade militer di Lapangan Tiananmen di Beijing pada 3 September 2015. Versi modifikasi dari rudal ini digunakan untuk menembak jatuh satelit dalam uji coba pada tahun 2007. (Greg Baker/AFP via Getty Images)

Selama pemerintahan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat mengambil sebuah sikap garis keras dan berusaha untuk mengalahkan Partai Komunis Tiongkok ke Bulan. Memang, Kesepakatan Artemis pada awalnya dirancang untuk memandu negara-negara yang mengambil bagian dalam Program Artemis, sebuah upaya yang dipimpin Amerika Serikat untuk membangun sebuah pangkalan di Bulan.

Arahan Kebijakan Antariksa-1 Donald Trump, juga, berusaha untuk “memimpin sebuah program eksplorasi yang inovatif dan berkelanjutan dengan mitra-mitra komersial dan internasional untuk memungkinkan ekspansi manusia melintasi sistem tata surya dan untuk membawa  pengetahuan dan peluang-peluang baru kembali ke Bumi.”

Untuk mengakomodasi ambisi ini, NASA berusaha untuk meningkatkan tujuan awalnya untuk membangun sebuah kehadiran Bulan dari tahun 2028 hingga 2024. Namun, jadwal tersebut dengan cepat didorong kembali ke tahun 2025. Sejak itu, NASA mengubah arah lagi, dan dijadwalkan tahun 2025 sebagai tanggal paling awal untuk penerbangan Amerika Serikat mengelilingi Bulan, tetapi tidak akan mendarat di Bulan.

Jajak Pendapat Terbaru : Dukungan untuk Trump Lebih Tinggi 6 Poin Persentase dari Biden

oleh Yu Ning – Sound of Hope

Jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah lembaga konsultasi strategis ‘Redfield & Wilton Strategies’ terhadap 1.500 orang pemilih Amerika pada 18 Desember menunjukkan bahwa tingkat dukungan kepada Trump mencapai 44%, sedangkan Joe Biden hanya 38%, dengan 12% pemilih yang menyatakan belum membuat keputusan.

Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa tingkat dukungan kepada Trump naik 1 poin persentase, dari tingkat dukungan dalam jajak pendapat yang dilakukan pada 5 Desember, sementara tingkat dukungan kepada Biden tidak mengalami perubahan.

Akibat masyarakat Amerika Serikat kurang optimis terhadap langkah-langkah pengendalian epidemi, kebijakan ekonomi, dan kebijakan anti-kejahatan yang diadopsi pemerintahan Biden, program tripel B (Build Back Better) ​​Biden yang tidak mendapat pengesahan dari Kongres AS, ditambah lagi dengan jumlah kasus terinfeksi virus komunis Tiongkok varian Omicron di AS yang melonjak tinggi, serta beberapa alasan lainnya, sehingga dukungan Biden belakangan hari ini terus berada di bawah 50%.

Peringkat dukungan Trump sejak bulan November tahun telah melampaui Biden. Dalam jajak pendapat di awal Desember, peringkat dukungan Trump meningkat 1 poin persentase, sementara tingkat dukungan Biden turun 4 poin persentase.

Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa 87% pendukung Trump dalam pemilihan 2020 mengatakan bahwa mereka tetap akan mendukung Trump dalam pemilihan presiden 2024. Sedangkan, 75% pendukung Biden dalam pemilihan 2020 mengatakan bahwa mereka akan tetap mendukung Biden dalam pemilihan 2024.

Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa 56% responden mengatakan bahwa mereka akan berfokus pada masalah ekonomi dalam pemilihan presiden 2024. 35% responden mengatakan mereka akan berfokus pada masalah epidemi virus komunis Tiongkok yang masih mengkhawatirkan.

Dalam sebuah wawancara dengan reporter ‘ABC News’ David Muir pada 22 Desember, Biden menyatakan bahwa selama kesehatannya memungkinkan, dirinya akan tetap mencalonkan diri pada 2022. Apalagi jika Trump juga bermaksud untuk kembali mencalonkan lagi, maka ia akan lebih bersedia mencalonkan diri.

Trump mengatakan bahwa dirinya baru akan mengumumkan keputusan untuk mencalonkan diri atau tidak setelah melihat hasil pemilihan paruh waktu tahun 2022. (sin)

Omicron Menyebar dengan Cepat, 2.000 Penerbangan Dibatalkan di Seluruh Dunia pada Malam Natal

Li Mei dan Shang Jing – NTD

Pengecualian daratan Tiongkok, pada Jumat (24/12/2021) lebih dari 278 juta orang di seluruh dunia didiagnosis dengan COVID-19 dan sekitar 5,38 juta orang meninggal dunia. Omicron menyebar ke 106 negara di seluruh dunia. Dampaknya, pada malam Natal, penerbangan dibatalkan secara besar-besaran di seluruh dunia. Anggota kongres AS dari Partai Demokrat James Clyburn, dan mandat California menyebabkan kekurangan tenaga medis.  

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) virus varian Omicron menyebar pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kini telah menyebar ke 106 negara.

Menurut situs pelacakan penerbangan FlightAware, 2.000 penerbangan dibatalkan di seluruh dunia pada Malam Natal.

Maskapai United Airlines membatalkan 169 penerbangan, terhitung sekitar 9% dari total; Delta Airlines membatalkan 124 penerbangan.  United Airlines maupun Delta mengatakan bahwa Omicron menyebabkan banyak staf tidak bisa pergi bekerja.

Ada juga banyak orang Amerika yang berkendara jarak jauh untuk berkumpul dengan keluarga mereka.

“Perjalanan ke Pittsburgh, Pennsylvania sekitar 8 jam, jadi perjalanannya agak lama, tapi layak untuk mengunjungi keluarganya,” kata, seorang Warga negara Amerika SerikatZachery Kern.

Kapal pesiar Ocean Odyssey dari Royal Caribbean Cruise Line Amerika Serikat telah mengonfirmasi 55 orang terkonfirmasi COVID-19. Setelah membatalkan dua pemberhentian, saat ini diparkir di laut dan berencana untuk kembali pada  Minggu.

Kapal pesiar lain dari Royal Caribbean juga menemukan 48 orang didiagnosis.

Lebih dari 240.000 kasus baru dikonfirmasi di Amerika Serikat pada Kamis, dengan 1.522 kasus kematian.

James Clyburn, dari Partai Demokrat di DPR, didiagnosis pada hari Kamis dan sebelumnya telah divaksinasi dengan booster. Presiden AS Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris keduanya dinyatakan negatif pada Rabu (23/12).

Situasi di rumah sakit California tegang karena penyebaran virus dan pembatasan pemerintah.

Seorang perawat mengatakan bahwa banyak pasien dan dokter membatalkan operasi karena terinfeksi.

“Pada Jumat, tiga pasien dibatalkan karena mereka dinyatakan positif dan ketiganya telah menerima suntikan booster. Seluruh ruang operasi yang akan digunakan dibatalkan pada hari yang sama ketika dokter dinyatakan terinfeksi,” kata Zhang, seorang perawat California.

Zhang juga mengatakan bahwa banyak rumah sakit menskors karyawan yang menolak untuk divaksinasi, membuat rumah sakit semakin tegang. Namun demikian, jumlah pasien perawatan intensif belum meningkat.

Tidak ada kasus lokal baru yang dikonfirmasi dan tidak ada kematian di Taiwan pada Jumat. Namun, terungkap bahwa ada jejak kasus yang dikonfirmasi di Pasar Malam Raohe. Pasar ditutup untuk pembersihan dan desinfeksi selama sehari.

Selain itu, dari 20 kasus imigrasi asing yang meningkat hari itu, 19 kasus merupakan kasus  terobosan infeksi.

Pusat Komando Pencegahan Epidemi Taiwan mengumumkan pada Jumat bahwa 23 kasus infeksi Omicron dan 14 kasus Delta ditambahkan dalam seminggu. (hui)

Mulai Mandat Masker Hingga Pengobatan dengan Aspirin, Apa yang Dapat Kita Pelajari dari Pandemi Flu Spanyol 1918

Tessa Lena

Ulasan kali  ini mengenai flu pada tahun 1918 dan mitologi yang melingkupinya. 

Pembahasan ini mengenai mandat masker, overdosis aspirin sebagai sebuah kemungkinan penyebab kematian, dan paralel sejarah yang menarik.

Ketika kembali ke sejarah, kita bergantung pada “pendapat ahli.” Sejarah biasanya ditulis oleh pemenang dan dikemas dalam waktu nyata agar sesuai dengan narasi yang membantu pemenang itu menjual sudut pandang mereka saat ini–—dan itulah alasannya mengapa sedemikian menarik untuk menemukan fakta dan hipotesis yang bertentangan, seperti hipotesis mengenai keracunan aspirin yang berpotensi membunuh sejumlah besar orang selama pandemi tahun 1918.

Sejarah Pandemi Tahun 1918

Pandemi influenza yang terjadi pada tahun 1918 dan 1919 dianggap sebagai “wabah flu yang paling mematikan dalam sejarah.” 

Diperkirakan pandemi flu Spanyol itu membunuh 20 hingga 50 orang juta orang di seluruh dunia, termasuk sekitar 675.000 orang Amerika Serikat (menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS- CDC-; data historis terbatas). 

Biro Sensus AS memperkirakan bahwa pada tahun 1918, penduduk Amerika Serikat menjadi sedikit di atas 103 juta jiwa.

Menurut history.com, “Infeksi pertama yang tercatat terjadi pada personel Angkatan Darat Amerika Serikat yang ditempatkan di Fort Riley, Kansas, pada tanggal 4 Maret 1918. Meskipun pada awalnya Amerika Serikat dan negara-negara lain berperang menekan berita flu tersebut…ada perasaan bahwa mengikuti pencegahan-pencegahan kesehatan yang baru ini adalah patriotik.” 

Di Amerika Serikat, pihak berwenang setempat meluncurkan berbagai tindakan yang dirancang untuk menghentikan penyebaran flu tersebut. 

Langkah-langkah  bervariasi wilayah demi wilayah serta mencakup “penutupan sekolah dan tempat-tempat hiburan umum, menegakkan peraturan larangan meludah, mendorong orang-orang untuk menggunakan sapu tangan atau tisu sekali pakai dan mengharuskan orang-orang memakai masker di tempat umum.” Di sejumlah kota Amerika Serikat, tata cara pemakaian masker adalah inti tanggapan terhadap pandemi.

Masker Selama Pandemi Tahun 1918

“Seperti yang dikatakan oleh Iklan Layanan Masyarakat  Palang Merah, ‘pria atau wanita atau anak-anak yang tidak mengenakan masker sekarang adalah seorang pemalas yang berbahaya.’ Rasa tugas masa perang ini –— dan rasa takut terlihat sebagai seorang ‘pemalas’–—mungkin telah memotivasi mereka yang mematuhi perintah untuk mengenakan masker di kota-kota seperti San Francisco, Seattle, Denver dan Phoenix. 

Namun meskipun kepatuhan itu adalah tinggi, beberapa orang mengeluh bahwa masker adalah tidak nyaman, tidak efektif atau buruk untuk bisnis. Petugas tertangkap basah di depan umum tanpa mengenakan masker. Dan setelah perang tersebut berakhir, dan tidak ada lagi perasaan bahwa orang-orang harus mengenakan masker untuk menjaga pasukan yang aman, beberapa pembangkang bahkan membentuk ‘Liga Anti-Masker’ di San Francisco.” 

Selama pandemi tahun 1918, tata cara untuk mengenakan masker terutama dikeluarkan di pantai barat. Dilaporkan, sebagian besar orang mematuhinya di mana 4 dari 5 orang mengenakan masker. Pejabat publik “membingkai tindakan anti-flu sebagai suatu cara untuk melindungi pasukan dari serangan wabah yang mematikan.” 

Resimen ke-39 AS di Seattle, pakai masker untuk mencegah influenza. Desember 1918. Para prajurit sedang dalam perjalanan ke Prancis selama pandemi Influenza ‘Spanyol’ 1918-1919. Oleh Everett Collection/Shutterstock

Pada saat itu, masker terbuat dari kain kasa, dan beberapa orang mengenakan masker “fashion” yang bahkan lebih berpori. Beberapa orang memberi lubang-lubang pada maskernya untuk merokok.

 Pihak berwenang cukup longgar terhadap jenis masker yang dikenakan orang-orang sejauh ada sesuatu yang menutupi di wajah mereka. Orang-orang yang melanggar semua tata cara itu dihukum berat, setidaknya inilah yang dikatakan laporan-laporan saat ini.

“Kota-kota yang meloloskan peraturan masker pada musim gugur tahun 1918 berjuang untuk menegakkan peraturan masker itu di antara sebagian kecil orang-orang yang memberontak. Hukuman yang umum adalah denda, hukuman penjara dan nama anda tercetak di kertas. Dalam satu insiden yang mengerikan di San Francisco [dijelaskan dalam artikel Atlantic dari tanggal 19 Maret 2020] seorang petugas khusus untuk Dewan Kesehatan menembak seorang pria serta dua pengamat yang menolak mengenakan masker.”

“Ini jauh berbeda dari perlakuan yang diterima para pemimpin San Francisco ketika mereka tidak mematuhi peraturan masker. Pada sebuah pertandingan tinju, seorang fotografer polisi mengambil gambar dari beberapa pengawas, seorang anggota kongres, seorang hakim, seorang laksamana angkatan laut, petugas kesehatan San Francisco dan bahkan Walikota San Francisco, semuanya tidak mengenakan masker.  Petugas kesehatan membayar denda 5 dolar AS dan Walikota San Francisco kemudian membayar denda  50 dolar AS, tetapi tidak seperti orang-orang ‘pemalas yang tidak mengenakan masker’ lainnya, mereka ini tidak menerima hukuman penjara (bahkan tidak ada yang menembak mereka ini).

Penulis merasa menarik untuk membandingkan metode psikologis yang digunakan pada tahun 1918 dengan metode psikologis yang digunakan pada tahun 2020 dan seterusnya dalam konteks COVID. 

Menurut Influenza Archive, “mengenakan sebuah masker segera menjadi sebuah simbol patriotisme masa perang… Dengan memanfaatkan retorika dan citra upaya perang dan patriotisme berat yang menyertainya, metode-pejabat kesehatan kota dan negara bagian berharap untuk mengungkapkan jika tidak langsung menggertak penduduk agar patuh.”

“Untuk pejabat kota, kepentingan tersebut tidak begitu besar dalam spesifikasi konstruksi masker melainkan sesuai dengan surat peraturan. Sementara sebagian besar penduduk San Fransiskan menuruti perintah untuk mengenakan masker, polisi menangkap seratus sepuluh orang pada tanggal 27 Oktober saja karena tidak mengenakan masker atau tidak mengenakan masker dengan benar. Masing-masing orang itu didakwa dengan ‘mengganggu perdamaian,’ dan sebagian besar orang-orang itu  dikenakan denda  5 dolar AS, dengan uang untuk pergi ke Palang Merah. Sembilan orang yang malang diadili sebelum satu hakim tertentu dijatuhi hukuman jangka pendek di penjara kabupaten. Hari berikutnya, kelompok lain yang terdiri dari lima puluh pelanggar ditangkap; lima orang dikirim ke penjara, dan tujuh orang lainnya didenda 10 dolar AS per orang. 

Banyak penangkapan berlanjut pada hari-hari berikutnya, di mana sebagian besar orang menerima denda kecil dan beberapa orang dihukum selama beberapa hari di penjara. Seperti yang kemudian dikatakan kepala polisi kota kepada para wartawan, jika terlalu banyak penduduk yang ditangkap dan diberi hukuman penjara karena gagal mengenakan masker flu mereka, ia akan segera kehabisan ruang di sel-selnya.”

Menarik juga untuk melihat bagaimana pada tahun 1918, seperti saat ini, di mana lebih ke kehadiran formal selembar kain di wajah daripada mengenai bagaimana menghentikan virus tersebut.

 “Banyak masker itu terbuat dari bahan-bahan yang meragukan, bahkan bahan-bahan yang lebih berpori dan tidak efektif daripada kasa bedah standar yang paling sering digunakan. Petugas kesehatan dan berbagai ahli’ masker memuji keefektifan semua jenis bahan….The San Francisco Chronicle menggambarkan beberapa penduduk kota mengenakan masker mulai dari kasa bedah yang standar hingga kreasi yang menyerupai kantong hidung, dari inspirasi kerudung muslim yashmak dari Turki hingga penutup sifon tipis yang menutupi mulut dan hidung. Beberapa orang mengenakan ‘mesin yang tampak menakutkan seperti moncong yang panjang’ di wajahnya saat mereka berjalan-jalan dan berbelanja di toko-toko di pusat kota.’”

Ilmu Pengetahuan Mengenai Masker Sejak Dulu

Sementara politisi di beberapa kota memberlakukan masker-masker berpori atas nama

patriotisme dan kebaikan masyarakat–—dan polisi memenjarakan para pembangkang–—para ilmuwan memperdebatkan nilai masker untuk mencegah flu tersebut. 

Misalnya, penelitian ini sejak dulu menyatakan sebagai berikut:

“Kegagalan masker adalah sebuah sumber kekecewaan, untuk percobaan pertama di San Francisco ditonton dengan penuh minat dengan harapan jika terbukti layak untuk menegakkan peraturan hasil yang diinginkan akan tercapai. Kebalikannya terbukti benar. Masker, bertentangan dengan harapan, dipakai dengan riang dan universal, dan juga bertentangan dengan harapan mengenai apa yang harus diikuti dalam keadaan seperti itu, tidak tampak ada efek pada kurva epidemi. Sesuatu adalah jelas salah dengan hipotesis kami”

Secara keseluruhan, penelitian ini sampai pada kesimpulan berikut:

1. Masker kain kasa memberikan sebuah pengaruh penahanan tertentu pada jumlah tetesan liur yang mengandung bakteri yang mungkin terhirup.

2. Pengaruh ini dimodifikasi oleh jumlah lapisan dan kerapatan tenunan kain kasa.

3. Ketika sebuah tingkat kepadatan yang cukup pada masker yang digunakan untuk menerapkan proses sebuah pengaruh penyaringan yang bermanfaat, pernapasan menjadi sulit dan kebocoran terjadi di sekitar tepi masker.

4. Kebocoran di sekitar tepi masker ini dan aspirasi  secara paksa tetesan liur yang sarat di udara melalui masker itu adalah memadai untuk memungkinkan pengurangan  dosis infeksi tidak lebih dari 50 persen efektif.

5. Eksperimen terkontrol di masa depan di rumah sakit penyakit menular tetap harus dilakukan untuk menentukan apakah pemakaian masker dengan tekstur semacam itu demi alasan kenyamanan adalah efektif dalam mengurangi kejadian infeksi.

6. Masker belum terbukti memiliki sebuah tingkat efisiensi yang akan menjamin wajib mengenakan masker untuk pemeriksaan epidemi.

Overdosis Aspirin

Pada tahun 2009, Karen M. Starko, seorang ahli epidemiologi Amerika Serikat, menerbitkan sebuah makalah yang menarik berjudul, “Salisilat and Mortalitas Influenza Pandemi, Farmakologi, Patologi, dan Bukti Sejarah Tahun 1918–1919.” 

Makalah Karen M. Starko menerima masukan yang positif di media dan bahkan ditulis di New York Times di tahun yang sama ia menerbitkan makalahnya.

Kutipan langsung dari New York Times:

“Yang menimbulkan kecurigaan Dr. Karen M. Starko bahwa  dosis tinggi aspirin, jumlah dosis yang dianggap tidak aman saat ini, biasanya digunakan untuk mengobati penyakit tersebut, dan gejala overdosis aspirin mungkin sulit dibedakan dari gejala-gejala flu, terutama di antara orang-orang yang meninggal segera setelah jatuh sakit. Bahkan beberapa keraguan meningkat pada saat itu. Setidaknya satu ahli patologi kontemporer yang bekerja untuk Layanan Kesehatan Masyarakat berpikir bahwa jumlah kerusakan paru-paru terlihat selama otopsi pada kematian dini adalah terlalu kecil untuk dikaitkan dengan pneumonia virus, dan sejumlah cairan dan darah di paru-paru pasti memiliki penyebab lain.”

Dalam kata-kata Dr. Karen M. Starko, “Hipotesis yang disajikan di sini adalah bahwa terapi salisilat untuk influenza selama pandemi tahun 1918-1919 mengakibatkan toksisitas dan edema paru-paru, yang berkontribusi pada kejadian dan tingkat keparahan Sindrom Gangguan Pernapasan Akut-mirip paru-paru, infeksi bakteri berikutnya, dan kematian secara keseluruhan. Data farmakokinetik, yang tidak tersedia pada tahun 1918, menunjukkan bahwa rejimen aspirin dianjurkan untuk ‘influenza Spanyol’ yang cenderung menyebabkan toksisitas paru yang parah.”

“Sebuah pertemuan berbagai peristiwa menciptakan sebuah ‘badai yang sempurna’ untuk toksisitas salisilat yang meluas. Hilangnya paten Bayer pada aspirin pada bulan Februari 1917 memungkinkan banyak produsen memasuki pasar aspirin yang menguntungkan. ‘

Anjuran resmi untuk terapi dosis toksik aspirin didahului oleh ketidaktahuan mengenai kinetika non-linier salisilat yang tidak biasa (tidak diketahui sampai tahun 1960-an), yang merupakan predisposisi akumulasi dan toksisitas; kaleng dan botol salisilat tidak berisi peringatan dan sedikit instruksi; dan ketakutan akan influenza ‘Spanyol,’ penyakit yang menyebar seperti api.”

Dr. Karen M. Starko mengusulkan empat baris bukti yang mendukung peran keracunan salisilat pada kematian influenza: farmakokinetik, mekanisme aksi, patologi, dan

serentetan anjuran-anjuran resmi untuk rejimen toksik aspirin segera sebelum lonjakan kematian pada bulan Oktober 1918.

Anjuran-anjuran resmi untuk aspirin dikeluarkan pada tanggal 13 September 1918 oleh Ahli Bedah Umum, pada tanggal 26 September 1918 oleh Angkatan Laut Amerika Serikat, dan pada tanggal 5 Oktober 1918 oleh Journal of American Medical Association. Anjuran sering menyatakan rejimen dosis yang saat ini diketahui adalah tidak aman. 

“Di kamp Angkatan Darat Amerika Serikat dengan angka kematian tertinggi, dokter mengikuti anjuran pengobatan Osler, yang mencakup aspirin, memesan 100.000 tablet. Penjualan aspirin meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1918 hingga 1920.”

“Jumlah kematian di Amerika Serikat meningkat tajam, memuncak pertama kali di Angkatan Laut Amerika Serikat pada akhir bulan September, lalu di Angkatan Darat Amerika Serikat pada awal bulan Oktober, dan akhirnya pada penduduk umumnya pada akhir bulan Oktober. Ahli homeopati, yang mengira aspirin adalah racun, mengklaim sedikit kematian. Orang-orang lainnya mungkin menduga bahwa aspirin bertanggung jawab. Pada tanggal 23 November 1918, Horder menulis di The Lancet bahwa, untuk ‘kasus yang sangat beracun…aspirin dan semua yang disebut obat penurun panas harus secara keras dikeluarkan dari pengobatan’ (halaman 695).

Menurut Dr. Karen M. Starko, “tepat sebelum lonjakan kematian tahun 1918, aspirin telah dianjurkan dalam rejimen yang sekarang diketahui berpotensi beracun dan menyebabkan edema paru. Oleh karena itu, aspirin mungkin berkontribusi pada kematian pandemi secara keseluruhan dan beberapa misterinya. Kematian orang dewasa muda dapat dijelaskan dengan kemauan untuk menggunakan terapi baru yang dianjurkan dan kehadiran kaum muda dalam pengaturan perawatan (militer). Mortalitas yang lebih rendah pada anak-anak mungkin disebabkan oleh kurangnya penggunaan aspirin… Terjadinya penyakit seperti sindrom Reye sebelum tahun 1950-an adalah diperdebatkan dan konsisten dengan fakta bahwa aspirin anak-anak tidak dipasarkan sampai akhir tahun 1940-an. Memvariasikan penggunaan aspirin juga dapat berkontribusi pada perbedaan kematian antar kota-kota dan antar kamp-kamp militer.”

Seluruh makalah oleh Dr. Karen M. Starko adalah sangat menarik, dan penulis sarankan anda membacanya dan meninjau diri anda sendiri. Melihat ke belakang, sulit untuk mengatakan sejauh mana tepatnya overdosis aspirin harus disalahkan dibandingkan dengan faktor-faktor lain, dan apa yang lebih mematikan —– epidemi itu sendiri atau antusiasme para pejabat kesehatan —– tetapi hipotesis tersebut secara pasti membuat satu pertanyaan menjadi dasar dari apa yang kita kenal sebagai “benar.” 

“Pelangi Tidak Terlihat”

Ada juga hipotesis oleh Arthur Firstenberg, penulis “Pelangi Tidak Terlihat,” yang perlu disebutkan. 

Arthur Firstenberg “menelusuri sejarah kelistrikan dari awal abad kedelapan belas hingga saat ini, membuat sebuah kasus yang menarik bahwa banyak masalah lingkungan, serta penyakit-penyakit utama peradaban industri–—penyakit jantung, diabetes, dan kanker==—berkaitan dengan polusi listrik.”

Sudut itu layak mendapat sebuah cerita tersendiri–—dan itu terlepas dari bagaimana perasaan orang terhadap perdebatan sengit antara teori kuman dengan teori medan. 

Kuman atau medan, sekarang diketahui dengan sangat baik bahwa polusi elektromagnetik memiliki sebuah dampak besar pada fungsi seluler manusia dan dapat berdampak pada kesehatan manusia. Alasan mempengaruhi sistem kekebalan manusia saja, perlu diselidiki dengan sungguh-sungguh. 

Secara pribadi, penulis menduga bahwa ketika sensor topik dampak polusi elektromagnetik pada kesehatan manusia akhirnya mengikuti Teflon dan asbes, hal tersebut akan banyak membantu kita. 

Bukan berarti Teflon dan asbes telah menghilang… kenyataannya, percaya atau tidak, asbes baru menjadi keren dalam konteks memerangi “darurat iklim.” Tetapi setidaknya seseorang dapat berbicara mengenai Teflon dan asbes tanpa menjadi disebut seorang ahli teori konspirasi!

Rekonstruksi Virus Flu Tahun 1918

Pada awal tahun 2000-an, virus influenza tahun 1918 direkonstruksi. Menurut kata-kata Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS- CDC-, “Peneliti CDC dan rekan-rekan mereka berhasil merekonstruksi virus influenza yang menyebabkan pandemi flu tahun 1918-1919, yang menewaskan sebanyak 50 juta orang di seluruh dunia.”

Ada sebuah rincian yang mengerikan dan menjijikkan dalam proses rekonstruksi tersebut. Untuk membuat sebuah urutan genom dari apa yang para ilmuwan setuju untuk percayai sebagai virus flu tahun 1918, para ilmuwan terpaksa menggali sebuah kuburan di lapisan es Alaska dan menodai mayat seorang wanita Inuit yang dimakamkan di sana. 

Para ilmuwan juga mengekstrak sampel-sampel dari mayat dua anggota layanan Amerika Serikat yang terakhir, satu di Carolina Selatan, dan yang lainnya di Negara Bagian New York. Tidak ada kebutuhan mendesak untuk penelitian ini. Para peneliti melakukannya karena mereka penasaran dan merasa berhak. (Vv)

Kasus Omicron Bertambah, Pemerintah Imbau Tidak ke Luar Negeri dan Perketat Karantina

0

ETIndonesia- Laporan yang dirilis per Senin (27/12/2021) sebanyak 46 kasus yang terinfeksi varian Omicron. Hampir seluruh kasus merupakan pelaku perjalanan luar negeri. Oleh karena itu, Pemerintah perketat karantina.

Penambahan sebanyak 46 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada 16 Desember lalu. Kasus Omicron tersebut terdeteksi di saat para pelaku perjalanan internasional tiba di Indonesia dan menjalani karantina 10 hari.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya akan memperketat karantina masuk dari luar negeri.

“Kita harus melindungi 270 juta masyarakat yang saat ini kondisinya sudah baik. Tolong dipahami bahwa proses karantina kedatangan perjalanan luar negeri adalah untuk melindungi warga kita dari penularan virus COVID-19, termasuk Omicron,” katanya pada konferensi pers virtual perkembangan kasus Omicron, Senin (27/12) dalam keterangannya.

Upaya pengetatan karantina dilengkapi dengan teknologi baru untuk tes PCR yang bisa melihat marker omicron. Alat tersebut sudah disebarkan di seluruh pintu-pintu masuk negara.

Dengan demikian identifikasi Omicron bisa dilakukan lebih cepat dalam waktu 4 sampai 6 jam.

Kementerian Kesehatan konsisten melakukan pengendalian dan pencegahan virus COVID-19 terutama varian Omicron. Upaya dilakukan dengan pengetatan protokol kesehatan, surveilans, vaksinasi, dan perawatan.

Terkait protokol kesehatan, Menkes Budi menghimbau masyarakat untuk tidak bepergian ke luar negeri kalau bukan urusan penting dan mendesak.

“Tidak usah pergi ke luar negeri kalau tidak sangat urgen karena sekarang sumber penyakitnya ada disana dan semua orang yang kembali kita lihat banyak yang terkena Omicron. Jadi lindungilah diri kita jangan pergi ke luar negeri,” kata Menkes Budi. (Kemenkes/asr)

Sebanyak 8 Nelayan Indonesia yang Ditangkap Otoritas Malaysia Pulang ke Tanah Air

0

ETIndonesia- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Luar Negeri terus bersinergi dalam upaya perlindungan nelayan Indonesia yang menghadapi permasalahan hukum di luar Negeri.

Kali ini 6 orang nelayan asal Sumatera Utara yang ditangkap oleh Otoritas Malaysia dipulangkan melalui Pelabuhan Penyeberangan Internasional Batam Centre, sedangkan 2 nelayan lainnya dipulangkan melalui Bandara Soekarno-Hatta.

“Ini merupakan bentuk kehadiran negara dalam melindungi nelayan-nelayan kita. Kami bekerja sama dengan Kemlu dan didukung instansi terkait lainnya telah memulangkan 6 orang nelayan asal Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara,”ujar Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Laksda TNI Adin Nurawaluddin.

Lebih lanjut Adin menjelaskan bahwa keenam nelayan tersebut telah dijemput oleh aparat Pangkalan PSDKP Batam di Pelabuhan Penyeberangan Internasional Batam Centre pada Sabtu (19/12/2021).

Saat ini keenam nelayan yang diketahui bernama Iwan, Muhammad Puad, Herma, Taufik Hidayat, Ibnu Arfan dan Ervan tersebut telah dibawa ke Rumah Susun Tanjung Uncang untuk dilaksanakan proses karantina terlebih dahulu.

“Sesuai dengan prosedur pencegahan Covid-19, akan dilakukan karantina sebelum kami pulangkan ke lokasi asal,” ujar Adin.

Sementara itu, Direktur Penanganan Pelanggaran, Teuku Elvitrasyah menyampaikan bahwa keenam nelayan tersebut ditangkap oleh otoritas Malaysia pada 5 Mei 2021 di sekitar Perairan Pulau Kendi, Malaysia. Nelayan-nelayan tersebut kemudian ditahan karena melanggar ketentuan keimigrasian dan menjalani proses sidang pada 16 November 2021.

“Keenamnya divonis 6 bulan penjara, namun berdasarkan perhitungan masa penahanan sejak mereka ditangkap, maka Hakim memutuskan keenam Nelayan tersebut telah selesai menjalani masa hukuman, dan selanjutnya dapat dipulangkan ke Indonesia,” terang Teuku.

Teuku juga menjelaskan bahwa dalam beberapa hari, sebanyak delapan nelayan Indonesia telah dipulangkan dari Malaysia.

Sebelumnya, dua orang nelayan asal Langkat, Sumatera Utara bernama Jefri bin Hasan dan Misnan bin Daud juga dipulangkan pada pada Kamis (16/12/2021) melalui Bandara Soekarno-Hatta dan saat ini sedang menjalani proses karantina di Wisma Atlet Jakarta. (KKP/asr)

Jokowi Groundbreaking Rumah Sakit Internasional Bali yang Bekerjasama dengan Mayo Clinic AS

0

ETIndonesia- Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking Rumah Sakit (RS) Internasional Bali yang terletak di Kawasan Wisata Sanur, Kota Denpasar,  Bali, pada Senin (27/12/2021).

Dengan adanya rumah sakit tersebut, Presiden berharap warga negara Indonesia (WNI) tak akan lagi berobat ke luar negeri.

“Alhamdulillah pada pagi hari ini kita akan memulai pembangunan Rumah Sakit Bali International Hospital yang ini nantinya akan bekerja sama dengan Mayo Clinic dari Amerika. Kita harapkan nanti Sanur ini menjadi KEK kesehatan dan kita harapkan tidak ada lagi, kalau ini jadi, tidak ada lagi rakyat kita, masyarakat kita yang pergi ke luar negeri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,” ujar Presiden dalam sambutannya.

Menurut Kepala Negara, setiap tahunnya ada kurang lebih dua juta masyarakat Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sejumlah negara tujuannya antara lain Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, dan tempat-tempat lainnya.

“Kita kehilangan Rp97 triliun karena itu,” imbuhnya dalam rilis BPMI Setpres.

Oleh karena itu, Presiden mengapresiasi rencana pembangunan Rumah Sakit Internasional Bali yang telah digagas oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) beserta jajarannya tersebut. Presiden juga berharap Bali akan menjadi destinasi wisata kesehatan yang nantinya akan meningkatkan wisatawan ke Pulau Bali.

“Saya sangat mengapresiasi, menghargai dan kita harapkan nanti di pertengahan 2023 rumah sakit ini sudah selesai dan bisa operasional,” ungkapnya.

Selain itu, Presiden juga ingin agar obat-obatan, bahan baku obat, hingga alat-alat kesehatan tidak lagi impor dari luar negeri.

“Kita harus berhenti untuk mengimpor barang-barang itu lagi dan kita lakukan, kita produksi sendiri di negara kita,” tandasnya.

Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir dalam laporannya mengatakan bahwa rumah sakit internasional ini mempunyai dua fungsi. Selain membantu Bali untuk mempunyai pariwisata baru dan pariwisata kesehatan, rumah sakit ini juga diharapkan bisa mendukung pelayanan kesehatan bagi para investor yang pekerja atau profesionalnya berada di Indonesia.

“Karena investasi itu artinya juga mereka ingin memastikan kesehatan mereka terjamin, standar kesehatan internasional untuk pekerjanya ataupun para profesional yang ada di Indonesia. Karena itu penting sekali platform kesehatan ini kita bangun di Bali,” ujarnya. (asr)

‘Ciri Khas Kegagalan Tiongkok’, Pakar Tiongkok : PKT Sedang Mengikuti Jejak Partai Komunis Uni Soviet

Pakar Tiongkok Gordon Chang menulis sebuah artikel analisis yang dipublikasikan di portal ’19FortyFive’ pada 22 Desember, artikel tersebut menyebutkan bahwa Partai Komunis Tiongkok sedang melaju cepat menuju kehancurannya. Ia tampak mengikuti jejak yang dilalui Partai Komunis Uni Soviet di masa lalu.

Gordon Chang menjelaskan bahwa pada tahun 1991, Sekjen Partai Komunis Uni Soviet Mikhail Gorbachev membubarkan Uni Soviet. Meskipun PKT sempat menangisi kematian Uni Soviet dan belajar dari kegagalan mereka, sehingga mampu bertahan hidup selama beberapa dekade hingga saat ini.

Namun, dalam sepuluh tahun terakhir, PKT telah berbalik arah. Beberapa orang melihat tanda-tanda bahwa pamor PKT terus menurun. 

Gregory Copley, seorang pemimpin redaksi Kebijakan Strategis untuk Pertahanan Nasional dan Urusan Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan : “Dalam berbagai hal dapat disebutkan bahwa situasi yang dialami Partai Komunis Tiongkok saat ini nyaris sama seperti situasi yang dialami Partai Komunis Uni Soviet pada akhir tahun 1980-an.”

Xi Jinping berulang kali mengingatkan partainya untuk waspada dan belajar dari kasus jatuhnya Partai Komunis Uni Soviet. Sebagaimana kutipan pidato internal Xi Jinping di Shenzhen dan Guangzhou pada Desember 2012 yang dilaporkan oleh media ‘New York Times’, bahwa Xi Jinping saat itu mengatakan : “Mengapa Uni Soviet jatuh ? Mengapa Partai Komunis Uni Soviet runtuh ? Alasan pentingnya adalah bahwa cita-cita dan keyakinan anggota terhadap komunisme telah goyah.”

Xi Jinping juga mengatakan bahwa Partai Komunis Uni Soviet yang begitu besar akhirnya bubar begitu saja oleh kalimat pendek yang disampaikan secara enteng oleh Sekjen partai Gorbachev. Konon, pidato Xi Jinping di internal partai ini telah disebarluaskan sampai pejabat tingkat kabupaten, tetapi tidak dirilis oleh media resmi.

Menurut analisis Gordon Chang, pidato Xi Jinping selama melakukan tur selatannya bukanlah suatu kebetulan. Karena pada saat itu, Xi telah menunjukkan kekagumannya terhadap Mao Zedong.

“Deng percaya bahwa dirinya dapat menyelamatkan PKT (setelah diambil alih) dari tangan Mao, dan Xi percaya bahwa dirinya dapat menyelamatkan PKT (setelah diambil alih) dari tangan Deng,” kata Gordon Chang.

Gordon Chang mengatakan bahwa banyak analis yang menyalahkan kegagalan komunisme Soviet, pada ketidakefisienan sistem ekonomi dan ketidakmampuannya untuk menyamai langkah perkembangan kapitalisme Barat. Padahal alasan yang lebih mendasar adalah pengekangan ideologis dan penindasan mental oleh Partai Komunis Uni Soviet terhadap rakyatnya.

Dengan mengutip sebuah ucapan dari cendekiawan dan penulis Rusia David Satter, Gordon Chang mengatakan : “Bagi sistem yang didasarkan pada kebohongan, maka keruntuhannya tidak terelakkan.”

Menurut analisis Gordon Chang, bahwa reformasi Deng Xiaoping menciptakan kemakmuran yang bersifat sementara dan membangkitkan keinginan rakyat untuk menggapai demokrasi. Pada tahun 1989, demonstrasi besar-besaran terjadi di ratusan kota di daratan Tiongkok, tetapi Deng Xiaoping telah mengiyakan pembantaian warga Tiongkok pada 4 Juni 1989 demi mempertahankan eksistensi dan kekuasaan Partai Komunis Tiongkok.

Sekarang generasi muda di daratan Tiongkok terpaksa mengikuti tren “Tang ping” (tren yang disebut sebagai penentangan terhadap penekanan masyarakat Tiongkok untuk bekerja keras). Akibat situasi yang tercipta di daratan Tiongkok telah menyulitkan warga biasa untuk menjadi kaya melalui kerja keras. Harga rumah yang setinggi langit dan biaya pendidikan yang luar biasa tingginya, menyebabkan penurunan angka kelahiran. Oleh karena itu, Xi Jinping melakukan gebrakan beristilah “Kemakmuran Bersama” untuk mencoba mengatasi situasi ini. Tetapi sejumlah perusahaan swasta Tiongkok yang menjadi sasaran pukul.

Gordon Chang berpendapat bahwa, PKT sekarang melalui penyerangan terhadap perusahaan swasta mereka untuk membangun kembali kontrol sosial yang totaliter, menuntut kepatuhan politik yang tidak dapat ditawar-tawar alias mutlak, dan memutuskan hubungan eksternal untuk membalikkan reformasi Deng Xiaoping.

“Mengisolasi Tiongkok dari dunia luar adalah elemen penting bagi Xi Jinping untuk menyelamatkan komunisme”, kata Gordon Chang. Dengan mengutip ucapan Gregory Copley ia mengatakan : “Xi Jinping sedang merangkul model kegagalan Uni Soviet.”

Gordon Chang akhirnya menyimpulkan bahwa kebijakan mengisolasi diri dari dunia luar bagi Tiongkok, pasti akan membawa stagnasi ekonomi dan kegagalan politik. “Kejatuhan Partai Komunis Tiongkok sudah tidak terelakkan,” tegasnya. (sin/asr)

Sumber : Epochtimes.com

Bencana Penutupan Kota Xi’an Melanda Perusahaan Asing, Pabrik Samsung Memasuki Keadaan Darurat

0

Saat epidemi terus memanas, Xi’an, sebuah kota besar di barat laut Tiongkok dengan populasi 13 juta jiwa, tiba-tiba mengumumkan penutupannya pada 22 Desember. 

Pejabat setempat memerintahkan warga untuk tinggal di rumah, dan setiap keluarga hanya diizinkan menugaskan seorang untuk pergi keluar membeli kebutuhan sehari-hari setiap dua hari sekali. Ini adalah tindakan lockdown anti-epidemi yang sangat ekstrem diterapkan oleh Komunis Tiongkok sejak Wuhan ditutup karena epidemi pada awal tahun 2020.

Xi’an adalah kota penting dalam industri semikonduktor (terutama chip memori) dan otomotif Tiongkok. Penutupan kota secara tiba-tiba kali ini tidak hanya menyebabkan kepanikan di kalangan masyarakat setempat, tetapi juga menempatkan produksi banyak perusahaan yang didanai asing yang berlokasi di daerah setempat ke dalam situasi yang sulit. Pabrik Samsung Electronics Korea Selatan telah memasuki keadaan darurat operasi.

Samsung Electronics mengatakan bahwa saat ini memaksimalkan penggunaan orang yang tinggal di asrama staf untuk memastikan operasi normal dari jalur produksi. Di masa depan, rencana operasi khusus perlu dinegosiasikan dengan pemerintah Komunis Tiongkok.

Pabrik Elektronik Samsung di Xi’an adalah satu-satunya basis produksi memori semikonduktor luar negeri Samsung. Dalam 10 tahun terakhir, Samsung terus meningkatkan investasinya di Xi’an. Diantaranya , chip memori adalah bagian utama, yang bertanggung jawab atas 40% dari produksi Samsung, keluaran chip memori flash (NAND). Membuat Xi’an menjadi pusat manufaktur chip global.

Selain Samsung Electronics, Xi’an juga memiliki industri seperti manufaktur mobil, peralatan kelas atas, dirgantara, material canggih, energi canggih, dan biomedis. Banyak perusahaan Taiwan juga berinvestasi di pabrik di sini.

Pasar khawatir bahwa penutupan secara mendadak Xi’an, kali ini dapat menyebabkan krisis rantai pasokan lain di industri chip dan mobil global.

Berapa lama penutupan Xi’an akan berlangsung tidak diketahui secara pasti. Pejabat Xi’an menyatakan pada tanggal 24 Desember bahwa “kasus didistribusikan di area yang luas dan transmisi komunitas”, dan jejak kasus yang dikonfirmasi rumit dan sulit dilacak.

Selain itu, dikarenakan jenis virus varian Delta yang sangat menular. Bahkan, karakteristik epidemi ini tidak terlihat. Dalam banyak kasus, gejala awalnya tidak jelas, dan mudah diabaikan dan berkontribusi pada penyebaran virus. (hui/asr)

Sumber : NTDTV.com