Home Blog Page 688

Belanda Lockdown, Demonstran Meledak Hingga Bentrok dengan Aparat

 Jumlah kasus COVID-19 di Belanda tetap tinggi, dengan pemberitahuan pada Jumat (12/11/2021) ada sebanyak 16.287 kasus baru bertambah dalam 24 jam terakhir. Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte mengumumkan bahwa karena lonjakan kasus infeksi, pembatasan ketat pada katering, toko, dan kegiatan olahraga akan diterapkan selama tiga pekan. Secara bersamaan, demonstrasi meledak di negara itu.

Perdana Menteri Mark Rutte pada konferensi pers pada 12 November seperti dikutip Kantor berita AFP mengatakan “virus ada di mana-mana, menyebar ke seluruh negeri, di semua bidang dan kelompok umur, jadi pembatasan ketat akan diterapkan selama beberapa minggu.”

Selama pembatasan ketat, bar, restoran, dan supermarket harus tutup pada pukul 20.00 dan toko-toko yang menjual barang-barang yang tidak penting harus tutup pada pukul 18.00. Permainan olahraga profesional perlu dimainkan di stadion kosong, dan orang-orang didesak sebanyak mungkin untuk bekerja dari rumah.

Setelah Rutte mengumumkan tindakan anti-epidemi secara ketat, sekitar 200 pengunjuk rasa berkumpul di luar Kementerian Kehakiman dan Keamanan di Den Haag.

Massa bentrok dengan polisi anti huru hara dan polisi berkuda. Polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan demonstran yang melemparkan batu dan kembang api.

Polisi Den Haag mengatakan, mereka menangkap beberapa orang yang memprotes dengan pertunjukan kembang api di jalan-jalan terdekat.

Belanda berpenduduk 17 juta jiwa dan telah menginfeksi 2,2 juta kasus. Sejak wabah tahun lalu, 18.612 orang telah meninggal karena penyakit tersebut.

Pada 12 Juli, Rutte meminta maaf atas keputusan pemerintah yang salah untuk melonggarkan serangkaian tindakan anti-epidemi. Dua minggu lalu, ketika jumlah orang yang terinfeksi epidemi di negara itu turun, pihak berwenang mencabut hampir semua tindakan pencegahan epidemi.

Belanda bukan satu-satunya negara yang mengadopsi langkah-langkah ketat untuk mengendalikan lonjakan infeksi virus Komunis Tiongkok. Sebelumnya pada (12/11), Kanselir Austria Alexander Schallenberg mengatakan bahwa minggu depan, orang-orang yang tidak divaksinasi di dua daerah yang terkena dampak parah akan dilockdown. Tindakan serupa akan diambil secara nasional.

Mulai Senin (15/11) orang-orang yang belum divaksinasi di Upper Austria dan Salzburg hanya dapat meninggalkan rumah mereka untuk alasan tertentu dan esensial, seperti membeli bahan makanan atau menemui dokter.

Pada saat yang sama, Pusat Pengendalian Penyakit Jerman mendesak orang-orang untuk membatalkan atau menghindari acara berskala besar dan mengurangi paparan, karena tingkat diagnosis negara itu mencapai angka tertinggi terbaru. (hui)

Tanggulangani Terorisme, BNPT Berkolaborasi dengan Inggris

0

ETIndonesia- Melalui Joint Working Group (JWG) dengan Inggris,  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memperkuat kerjasama dalam upaya penanggulanganan terorisme.

Hal demikian terungkap dalam pertemuan Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar, dan Menteri Luar Negeri Inggris, Elizabeth Truss di Jakarta pada Kamis (11/11/2021).

Kepala BNPT optimis JWG akan memperkuat kerja sama bilateral Indonesia dan Inggris. Ia pun menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam penanggulangan terorisme dan ekstremisme berbasis kekerasan.

“Tidak satu negara pun dapat memberantas terorisme sendirian, kerja sama internasional harus dilakukan,” ujarnya dikutip dari situs BNPT.

Indonesia dan Inggris sebelumnya telah menandatangani Memorandum of Understanding pada April 2021 lalu.

Kedua pihak sepakat untuk bekerja sama dalam bidang pertukaran informasi, penegakan hukum, dan kesiapsiagaan nasional dalam penanggulangan terorisme.

Menlu Inggris, Elizabeth Truss mendukung kerja sama penanggulangan terorisme antara Indonesia dan Inggris.

“Indonesia dan Inggris harus bahu membahu memberantas terorisme, kita bersama harus memastikan negara kita tidak menjadi surga bagi teroris, melawan ekstremisme, melindungi yang rentan,” katanya.

Selain BNPT, hadir pula dalam JWG ini perwakilan dari LPSK, Kemhan, BAIS, Densus 88, Kemenkopolhukam, dan Kemlu. Sedangkan dari pihak Inggris hadir perwakilan dari Kedutaan Besar Inggris, British High Commission, dan British Home Office. (asr)

Pertama Kalinya Sejak Perang Dingin! AS Aktifkan Rudal Hipersonik “Dark Eagle” di Jerman yang Bisa Ditembakkan ke Rusia

Media Inggris “The Sun” melaporkan bahwa Komando Artileri ke-56, Angkatan Darat AS  dimulai kembali yang dilengkapi dengan rudal hipersonik jarak jauh “Dark Eagle”. Kemampuannya dapat “menyerang kilat” Moskow dari pangkalan Jerman dalam waktu 21 menit dan 30 detik.  Tujuannya meningkatkan kekuatan kemampuan tempur Angkatan Darat AS  multi-domain yang penting di Eropa dan Afrika, serta pencegah yang lebih kuat bagi NATO.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa rudal “Dark Eagle” adalah Long-Range Hypersonic Weapon (LRHW) yang dikembangkan oleh militer AS. Kecepatan terbangnya melebihi 5 kali kecepatan suara per detik, yaitu sekitar 6.174 kilometer per jam. Sulit  ditembak jatuh oleh senjata pencegat darat. 

Pada  Oktober tahun ini, rudal “Dark Eagle” secara resmi dikirim ke Pangkalan Gabungan Lewis-McDer (JBLM) di Negara Bagian Washington.

Perlu disebutkan bahwa jika rudal hipersonik jarak jauh “Dark Eagle” dikerahkan di Guam, Jepang, kota-kota pesisir, bandara, dan pelabuhan di daratan Tiongkok juga berada dalam jangkauan. Hanya membutuhkan waktu sekitar 24 menit untuk langsung menyerang tentara  Tiongkok.  (hui)

Sejumlah Besar Siswa Dibawa ke Tempat Karantina, Warga di Daerah Zhuanghe, Dalian, Tiongkok di-Lockdown Sampai Pintu Rumah Dilas

0

Li Shanshan, Li Yun, dan Shu Can – NTD

Wabah di Dalian, Provinsi Liaoning, Tiongkok terus menyebar. Pada Jumat (12/11), Komisi Kesehatan Provinsi Liaoning mengumumkan bahwa babak baru epidemi di Dalian menyebabkan 215 kasus infeksi dalam 8 hari. Dari 52 kasus yang baru dikonfirmasi pada (11/11), lebih dari 30 kasus adalah mahasiswa dari Universitas di daerah Zhuanghe.  

Zhuanghe adalah daerah yang memiliki penduduk lebih dari 800.000 jiwa. Kota itu telah memulai karantina rumah untuk semua warga, dan penduduk diharuskan “tidak meninggalkan rumah mereka.”

Pada Sabtu (13/11), seorang karyawan sebuah hotel di Kota Zhuanghe mengatakan kepada NTD bahwa banyak tamu luar daerah dikurung di hotel.

“Dalian di tutup semua. Sudah ditutup. Anda tidak bisa masuk atau keluar. Ada juga yang di segel di dalam rumah. ada yang menginap di sini untuk perjalanan urusan bisnis beberapa waktu lalu, dan tiba-tiba keesokan harinya Kota ditutup , sehingga tidak bisa pergi ke mana pun. Dikarantina di sini,” kata Gao Qiao, seorang karyawan sebuah hotel di Kota Zhuanghe, Provinsi Liaoning.

Wang Jian (nama samaran), seorang videografer di Kota Zhuanghe, pada (12/11) mengatakan bahwa setiap rumah di Kota Zhuanghe disegel dan mereka menjalani tes COVID-19 putaran baru.

“Pagi ini memberi saya kejutan tiba-tiba. Sudah membuka segel rumah saya dan dapat turun ke bawah untuk menjalani tes. Melalui kontak dengan staf tes asam nukleat, saya mengetahui informasi terbaru. Di Zhuanghe ada 3 orang terkena COVID19, kemungkinan kasus yang diduga terdeteksi  dipindahkan ke Dalian,” katanya.

Wang Jian mengatakan bahwa ada dua perguruan tinggi di Zhuanghe, dan banyak siswa telah dibawa untuk diisolasi, dan bahkan mereka yang mengantarkan pengiriman ekspres dan pengiriman makanan juga telah terinfeksi.

Banyak netizen lokal juga mengungkapkan bahwa setiap rumah tangga di Kota Zhuanghe telah disegel dan tidak diizinkan keluar selama 14 hari. Warga diberitahu bahwa jika segel itu rusak, mereka akan dikarantina dengan biaya sendiri.

Di Twitter, sebuah video yang diposting oleh netizen menunjukkan bahwa pihak berwenang mengirim orang dari rumah ke rumah untuk memasang segel.  Beberapa rumah bahkan dilas  mati dengan batang baja.

Ada juga beberapa video yang menunjukkan bahwa pada 11 November, otoritas Dalian mengirim banyak bus besar untuk membawa siswa dan guru dari banyak sekolah untuk diisolasi secara terpusat.

Di Komunitas Huachen, Kota Zhuanghe, warga yang terisolasi menelepon gedung No. 11 pada malam hari untuk memprotes kekurangan makanan. Dikarenakan kurangnya makanan yang disediakan oleh pihak gedung; beberapa warga merobek seprai untuk dijadikan tali dan menarik makanan ke atas. (hui)

CDC : Tidak Ada Record Penularan Imunitas Alami COVID-19

0

Zachary Stieber – The Epoch Times

The Centers for Disease Control and Prevention atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan tidak ada catatan dari orang Imunitas alami atau natural Imun menularkan virus penyebab COVID-19

Pada musim gugur di AS, CDC menerima permintaan dari seorang pengacara atas nama Informed Consent Action Network for documents “yang mencerminkan kasus terdokumentasi dari seseorang yang: (1) tidak pernah menerima vaksin COVID-19; (2) terinfeksi COVID-19 sekali, sembuh, dan kemudian terinfeksi lagi; dan (3) menularkan SARS-CoV-2 ke orang lain ketika terinfeksi ulang.”

SARS-CoV-2 adalah nama lain dari virus  Komunis Tiongkok, yang menyebabkan COVID-19.

Orang yang  pulih dari COVID-19 juga diketahui memiliki kekebalan alami terhadap virus tersebut.

Dalam tanggapan per 5 November 2021 dan dipublikasikan baru-baru ini, CDC mengatakan tak memiliki dokumen yang berkaitan dengan permintaan tersebut. 

CDC mengonfirmasi kepada The Epoch Times bahwa Pusat Operasi Daruratnya tak menemukan catatan apa pun yang menanggapi permintaan tersebut.

Badan tersebut menolak untuk mengatakan, apakah ada dokumentasi yang ditemukan antara 5 November dan 12 November. 

CDC menganjurkan The Epoch Times untuk mengajukan Permintaan Undang-Undang Kebebasan Informasi untuk informasi tersebut. The Epoch Times telah mengajukan permintaan seperti itu.

“Anda akan berasumsi  jika CDC akan menghancurkan hak sipil dan individu dari mereka yang memiliki kekebalan alami dengan mengeluarkan mereka dari sekolah, dipecat dari pekerjaan mereka, dipisahkan dari militer, dan lebih buruk lagi. CDC akan memiliki bukti setidaknya satu contoh dari individu yang tidak divaksinasi dan kebal alami yang menularkan virus COVID-19 ke individu lain. Jika Anda berpikir demikian, Anda salah,” kata Aaron Siri, pengacara yang mencari catatan atas nama jaringan tersebut, dalam sebuah postingan blog.

Pengungkapan CDC direspon oleh beberapa ahli medis, termasuk Dr. Marty Makary dari Johns Hopkins University, yang mengatakan laporan itu menggarisbawahi betapa sedikit data yang dirilis oleh badan tersebut mengenai pemulihan. 

Makary meminta CDC untuk membuat data tentang infeksi ulang yang mengakibatkan rawat inap atau kematian publik, termasuk informasi tentang komorbiditas pasien atau kekurangannya.

“CDC harus transparan dengan data kekebalan alami. Sebaliknya, kami mendapatkan sekilas dari permintaan FOIA seperti ini, ”tulisnya di Twitter.

CDC menetapkan beberapa aturan secara tegas tetapi panduannya terbukti sangat berpengaruh selama pandemi COVID-19. Hampir semua pejabat yang memberlakukan mandat vaksin COVID-19 telah menghapus opsi bagi orang untuk menolak vaksin jika mereka dapat membuktikan bahwa mereka  terinfeksi COVID-19 dan pulih, dengan banyak yang mengutip CDC sebagai alasan untuk melakukannya.

Para pejabat mendesak orang-orang untuk divaksinasi dengan mengklaim akan melindungi orang-orang di sekitar mereka.

“Mendapatkan vaksin adalah cara terbaik untuk melindungi diri sendiri dan orang lain di sekitar Anda, terutama karena varian Delta yang lebih menular menyebar ke seluruh negeri,” kata Direktur CDC, Dr. Rochelle Walensky dalam sebuah pernyataan selama musim panas.

Tetapi segera setelah itu, dia mengatakan vaksin “tidak lagi dapat mencegah penularan” virus dalam sebuah wawancara di TV.

Lebih dari 100 penelitian memberikan dukungan untuk kekebalan alami, kemungkinan memberikan perlindungan yang serupa atau lebih unggul dibandingkan dengan vaksin COVID-19, termasuk penelitian Israel di dunia nyata. 

Tetapi, pejabat lembaga telah mempromosikan dua studi mereka sendiri dengan alasan, mereka yang memiliki kekebalan alami harus divaksinasi, menyatakan bahwa kekebalan alami belum terbukti tahan lama seperti vaksinasi.

Para ahli terbelah dalam kasus ini. Beberapa  menyatakan persetujuan dengan CDC, sementara lainnya mengatakan mereka yang memiliki kekebalan alami harus mempertimbangkan untuk mendapatkan satu dosis vaksin. Lainnya merekomendasikan bahwa sebagian besar atau semua orang dengan kekebalan alami tidak boleh mendapatkan vaksin.

CDC memang menyatakan dalam singkat yang dirilis awal November ini, bahwa kekebalan alami dan vaksin menawarkan perlindungan setidaknya selama enam bulan. Lembaga itu tidak mengatakan apapun tentang penularan virus secara singkat. (asr)

Perang Antar Geng di Penjara Ekuador Kembali Berkobar, 68 Tewas dan 25 Terluka

Kerusuhan pecah di penjara pantai setempat (Penitenciaria del Litoral) sekitar pukul 19.00 setempat pada Jumat (12/11/2021) di Guayaquil, Ekuador. Narapidana di penjara menyerang tahanan  geng lawannya dengan senjata, bahan peledak dan pisau tajam. Guayaquil adalah kota terbesar di Ekuador dengan penduduk sekitar 2 juta jiwa.

Ada sekitar 700 tahanan di area fasilitas di mana kerusuhan terjadi. Polisi turun tangan untuk menghentikan mereka.

Kemudian, ada laporan tentang insiden kekerasan lebih lanjut di penjara. Pihak berwenang mengerahkan tentara sebagai bala bantuan dan mengerahkan kendaraan lapis baja untuk melindungi keselamatan di luar fasilitas.

“Insiden ini adalah pertarungan antara geng tahanan yang berbeda di penjara,” kata Kepala Polisi Tannya Varela.

Pablo Arosemena, gubernur provinsi Guayas, tempat penjara itu berada, mengatakan, “Ini adalah konflik kekerasan yang menciptakan kekosongan kekuasaan setelah pembebasan seorang pemimpin geng dari penjara.”

Perang antara geng itu menewaskan sekitar 68 tahanan dan melukai 25 lainnya. Keluarga dan teman-teman tahanan menunggu dengan was was  di luar gedung penjara, di mana diumumkan daftar korban.

Awal bulan ini, sempat terjadi konflik bersenjata skala kecil di penjara, ketika itu tiga tahanan ditembak dan dibunuh.

Pada 28 September, terjadi kerusuhan di penjara pesisir  yang terburuk di negara itu dalam sejarah. Insiden itu menewaskan sedikitnya 119 tahanan dan melukai 79 lainnya. Beberapa orang  dipenggal atau dibakar hingga tewas. 

Pada 1 Oktober, pemerintah Ekuador mengirim 3.600 polisi militer ke penjara, mengklaim  untuk “memastikan keamanan”, tetapi insiden yang tidak menguntungkan masih terjadi.

Sistem penjara yang rusak di Ekuador, menewaskan lebih dari 300 tahanan tahun ini. Ada ribuan tahanan yang ditahan di penjara yang terkait dengan kartel narkoba. Konflik kekerasan yang meletus sering berubah menjadi kerusuhan penjara.

Saat ini, sistem penjara Ekuador menahan sekitar 39.000 tahanan. Bentrokan kekerasan pecah di penjara yang berbeda pada Februari dan Juli tahun ini, yang mengakibatkan tewasnya 79 orang dan 22 orang. (hui)

Kasus Kematian Akibat COVID-19 Mencapai Rekor Tertinggi di Rusia, Diagnosis Tembus 9 Juta Kasus

Sebagai langkah untuk membendung gelombang terus-menerus COVID-19, Rusia menerapkan langkah pencegahan epidemi yakni  “berhenti bekerja” pada awal November dan menutup banyak perusahaan. 

Gugus tugas COVID-19 Rusia juga mengumumkan pada (13/11/2021) ada 39.256 kasus baru yang dikonfirmasi dalam sehari, sehingga jumlah total infeksi menjadi 9,03 juta kasus. 

Korban jumlah kematian epidemi mencapai 1.241 kasus, lebih tinggi dari rekor tertinggi yang baru saja dilaporkan pada 10 November lalu.

Kantor berita Associated Press melaporkan orang yang didiagnosis dan meninggal dunia dalam sehari di Rusia, melonjak pada pertengahan September, dan situasinya stabil dalam seminggu terakhir. 

Namun demikian, jumlah kasus yang dikonfirmasi dan kematian akibat infeksi masih mengamuk. Terutama karena sikap longgar masyarakat setempat terhadap pencegahan epidemi dan keengganan pemerintah untuk memperketat pembatasan pencegahan epidemi.

Walaupun Rusia menyetujui vaksin domestik beberapa bulan lebih awal dari negara lain di dunia, kini kurang dari 40% dari hampir 146 juta orang telah divaksinasi lengkap.

Kongres Rusia mengusulkan dua undang-undang tindakan anti-epidemi baru pada 12 November, menetapkan bahwa terkecuali orang-orang yang sepenuhnya divaksinasi, atau pulih dari terinfeksi, atau secara medis tidak dapat divaksinasi, mereka akan dibatasi, dan mereka tidak akan diizinkan untuk beraktivitas di tempat umum. Termasuk, naik kereta api dan pesawat domestik atau internasional. Targetnya, RUU tersebut akan mulai berlaku tahun depan. (hui)

Lebih Dari 30.000 Tes COVID-19 Dilakukan di The New Century Global Center di Chengdu, Tiongkok, Orang-orang yang Kabur Dikumpulkan

0

Dorothy Li – The Epoch Times

Pihak berwenang di sebuah kota di barat daya Tiongkok mengatakan pada Rabu (10/11/2021) bahwa mereka melakukan 30.000 tes COVID-19 terhadap pengunjung di The New Century Global Center, sebuah pusat hiburan dan perbelanjaan raksasa di Chengdu, Sichuan, Tiongkok. Selain itu, menangkap kembali mereka yang mencoba melarikan diri dari lokasi tersebut. Pasalnya,  kasus yang dikonfirmasi COVID-19 terkait dengan tempat tersebut.

Pengunjung ke Venue di kota Chengdu, Provinsi Sichuan memberikan hasil negatif pada 9 November, demikian laporan China Central Television (CCTV) pada Rabu 10 November 2021. 

The New Century Global Center—tempat 6.096.000 meter persegi yang menampung banyak toko, kantor, dan universitas—berubah menjadi lokasi pengujian raksasa pada 8 November 2021.  Semua pengunjung harus menjalani tes COVID-19 sebelum diizinkan meninggalkan tempat. 

Pihak berwenang setempat mengaitkan pengujian massal dengan kebutuhan untuk menahan virus, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Seorang anggota staf kepada Beijing Radio and Television Station (BRTS) yang didukung negara mengatakan bahwa, persyaratan itu dipicu setelah orang yang mungkin terinfeksi ditemukan mengunjungi lokasi tersebut pada 31 Oktober.

Tidak jelas berapa banyak orang yang terkena dampak pada Senin itu. Sebuah video yang diposting oleh BRTS menunjukkan antrian panjang bermil-mil menunggu tes usap hidung dan beberapa orang mencoba melarikan diri melalui semak-semak.

Mereka yang melarikan diri dari daerah yang dikendalikan sementara tanpa izin, ditemukan melalui layanan tracking dan tes, seperti yang dikatakan CCTV.

Chengdu, bersama dengan beberapa kota di Tiongkok lainnya, menggunakan Big Data untuk men-tracking setiap kontak erat yang potensial. Setidaknya 82.000 penduduk di kota itu menerima pesan yang mengatakan bahwa mereka adalah “pendamping dalam ruang dan waktu” dengan kasus yang dikonfirmasi mulai 3 November.

Istilah baru, “pendamping dalam ruang dan waktu,” berarti seseorang yang mana sinyal ponselnya terdeteksi di lokasi yang sama, berukuran 800 meter kali 800 meter, dengan kasus COVID-19 yang dikonfirmasi selama lebih dari 10 menit dalam 14 hari terakhir. Jika orang atau kasus yang dikonfirmasi  tinggal di kota selama lebih dari 30 jam, maka polisi Chengdu akan menemukan dan memberitahukan kepada orang tersebut untuk menjalani tes COVID-19 dua kali dalam tiga hari.

Hingga mereka menerima dua hasil negatif, mereka tak akan diizinkan untuk keluar rumah dan akan menemukan kode kesehatan mereka berubah menjadi kuning jika mereka pergi ke luar rumah. Kode hijau pada aplikasi tracking kesehatan yang diamanatkan negara, sangat penting untuk menggunakan transportasi umum dan mengakses toko.

Pada Senin (8/11/2021) komisi kesehatan mengatakan mereka telah menyertakan test COVID-19 lebih dari 9 juta penduduk dalam waktu lima hari.

Tes COVID-19 skala besar di Kota Chengdu, dilakukan beberapa hari setelah kasus positif yang menutup Shanghai Disneyland. Seorang wanita yang mengunjungi taman hiburan itu pada 30 Oktober dinyatakan positif COVID-19, ketika dia kembali ke Hangzhou sehari setelahnya.  Kemudian sekitar 34.000 tamu yang berkunjung harus menunggu berjam-jam untuk menjalani  tes COVID-19.

“Saya tidak pernah berpikir bahwa antrian terpanjang di Disneyland adalah untuk tes PCR,” kata seorang pengunjung di Weibo yang mirip Twitter saat kembang api meledak di atas kepala mereka.

Rezim Tiongkok menanggapi dengan cepat dan agresif terkait gelombang infeksi baru, dengan memberlakukan lockdown regional, pembatasan perjalanan, dan tes COVID-19 secara massal. Akan tetapi, varian Delta yang sangat menular masih menyebar ke 20 provinsi, termasuk ibu kota Beijing. (asr)

Reuters berkontribusi dalam laporan ini

Semakin Memanas! Rusia Kirim Dua Pembom Nuklir untuk Berpatroli di Belarus yang Berseteru dengan Uni Eropa

Rusia mengerahkan dua pesawat pembom strategis berkemampuan nuklir dalam misi pelatihan di Belarus  berturut-turut pada Kamis (11/11/2021) yang menunjukkan dukungan kuat Moskow untuk sekutunya di tengah krisis tentang imigran di perbatasan Polandia-Belarus.

Kementerian Pertahanan Belarusia mengatakan dua pembom strategis Tu-160 Rusia berlatih pengeboman di lapangan tembak Ruzany, yang terletak di Belarus sekitar 37 mil sebelah timur perbatasan dengan Polandia. Disebutkan juga, sebagai bagian dari pelatihan bersama, jet tempur Belarusia mensimulasikan penyusupan. 

Dikutip dari Associated Press, misi tersebut menandai kedua kalinya dalam dua hari, Rusia mengerahkan pesawat pembom berkemampuan nuklirnya ke Belarus.

Dua pesawat pembom jarak jauh Tu-22M3 Rusia juga terbang pada Rabu 10 November. Sedangkan aset pertahanan udara Belarusia berlatih mencegat mereka.

Kementerian Pertahanan Belarusia mengklaim,  penerbangan pembom Rusia semacam itu dilakukan secara rutin.

Militer Rusia mengatakan para pembom menghabiskan lebih dari 4 1/2 jam di udara, selama misi yang dimaksudkan untuk mendukung aliansi negara-negara tersebut. Disebutkan bahwa patroli pesawat pengebom “tidak ditujukan terhadap negara ketiga mana pun.”

Rusia mendukung penuh Belarusia di tengah kebuntuan ketika ribuan migran dan pengungsi, kebanyakan dari Timur Tengah, berkumpul di sisi perbatasan Belarus-Polandia dengan harapan bisa menyeberang ke Eropa Barat.

Uni Eropa menuduh Presiden otoriter Belarus Alexander Lukashenko mendorong penyeberangan perbatasan ilegal sebagai “serangan hibrida” untuk membalas sanksi Uni Eropa terhadap pemerintahnya. Tak lain, atas tindakan kerasnya terhadap perbedaan pendapat internal setelah pemilihan kembali Lukashenko yang disengketakan pada tahun 2020.

Belarus membantah tuduhan tersebut, akan tetapi mengatakan tidak akan lagi menghentikan pengungsi dan migran yang mencoba memasuki Uni Eropa. 

Kementerian Pertahanan Belarus menuduh Polandia melakukan penumpukan militer yang “belum pernah terjadi sebelumnya” di perbatasan. Belarus mengatakan bahwa kontrol migrasi tidak menjamin konsentrasi 15.000 tentara yang didukung oleh tank, aset pertahanan udara, dan senjata lainnya.

“Kelihatannya  seperti membentuk kelompok pasukan penyerang,” kata kementerian Belarus, seraya menuding penumpukan militer Polandia mendorong Belarus untuk meresponnya dengan tindakan “baik secara independen maupun dalam perjanjian yang ada dengan sekutu strategis kami,” sebuah pernyataan yang merujuk kepada Rusia.

Rusia dan Belarus memiliki perjanjian kerjasama dengan hubungan politik dan militer yang erat. Lukashenko  menekankan perlunya meningkatkan kerja sama militer dalam menghadapi apa yang dia gambarkan sebagai tindakan agresif oleh sekutu NATO.

Lukashenko menyebutkan penerbangan pembom Rusia sebagai respon yang diperlukan untuk ketegangan di perbatasan Belarus-Polandia.

“Biarkan mereka berteriak dan mencicit. Ya, itu pengebom berkemampuan nuklir, tapi kami tak punya pilihan lain,” kata Presiden yang menjabat sejak Tahun 1994 itu.

Kolonel Jenderal Pensiunan Leonid Ivashov, mantan kepala departemen kerjasama luar negeri Kementerian Pertahanan Rusia, mengatakan penerbangan pembom Rusia di atas wilayah  Belarus dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan Moskow terhadap sekutunya di tengah meningkatnya ketegangan.

“Latihan militer dan penerbangan pembom adalah bagian dari pelatihan untuk aksi bersama,” kata Ivashov seperti dikutip oleh kantor berita Interfax. 

“Diperlukan untuk mencegah kemungkinan konflik militer yang dapat meningkat menjadi perang besar. Itu perlu untuk menunjukkan kesiapan kami,” tambahnya. 

Di tengah ketegangan di perbatasan Belarusia-Polandia, Rusia  mendukung penuh Belarus, menuduh  Barat mengacaukan Timur Tengah. Oleh karena itu, harus memikul tanggung jawab atas para migran dan pengungsi yang mencari keselamatan di Eropa.

Pada saat yang sama, Moskow dengan marah menolak klaim Polandia bahwa Rusia membantu menimbulkan situasi dengan dimensi kemanusiaan dan politik.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mencatat ribuan tentara dikerahkan di kedua sisi perbatasan Polandia-Belarus. “Ini merupakan penyebab keprihatinan mendalam dari semua orang yang berpikiran waras di Eropa,” ujarnya.

Ditanya tentang permintaan Kanselir Jerman Angela Merkel agar Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan pengaruhnya di Belarus, Peskov menjawab “Rusia, seperti semua negara lain, sedang berusaha membantu menyelesaikan situasi.” Ia mengatakan, Putin tetap berhubungan dengan Lukashenko, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.

Maskapai penerbangan nasional Rusia, Aeroflot, menanggapi laporan bahwa Uni Eropa sedang mempertimbangkan sanksi terhadap maskapai tersebut atas dugaan keterlibatannya dalam membawa pengungsi dan migran ke Belarus. Aeroflot menolak keras klaim tersebut.

“Informasi tentang partisipasi atau bantuan Aeroflot untuk mengatur transportasi massal migran ke wilayah Belarus tidak sesuai dengan kenyataan,” kata maskapai itu dalam sebuah pernyataan.

Aeroflot mencatat, mereka tidak melakukan penerbangan reguler atau charter ke Irak atau Suriah dan tidak memiliki penerbangan antara Istanbul dan Minsk.

Ditanya tentang laporan kemungkinan sanksi Uni Eropa terhadap Aeroflot, juru bicara Kremlin Peskov merujuk  penyangkalan pihak maskapai itu, karena secara sadar mengangkut pencari suaka yang menuju Eropa.

“Mudah-mudahan ide gila seperti itu hanya ada di media-media hoaks itu,” tutur kepada wartawan. (asr)

Belanda Lockdown Selama 3 Pekan Saat Covid-19 Melonjak di Eropa, Organisasi Usaha dan Olahraga Protes

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengumumkan pemberlakuan lockdown parsial selama tiga pekan pada Jumat (12/11/2021) di tengah melonjaknya kasus Covid-19 di Belanda.

Lockdown, yang dimulai Sabtu (13/11/2021) malam adalah yang pertama kalinya dimulai di Eropa Barat sejak gelombang infeksi baru mulai melonjak di beberapa negara.

Atas pemberlakuan lockdown, bar, restoran, dan supermarket harus tutup pada pukul 8 malam waktu setempat. Sedangkan pertandingan olahraga profesional akan dimainkan di stadion tanpa penonton. Orang-orang didesak untuk bekerja dari rumah sebanyak mungkin.

Toko-toko yang menjual barang-barang yang tidak esensial harus tutup pada pukul 6 sore.

“Malam ini kami memiliki pesan yang sangat tidak menyenangkan dengan keputusan yang sangat tidak menyenangkan,” kata Rutte yang dikutip oleh Evening Standard. 

Tak hanya Belanda, sejumlah negara di Eropa juga mengumumkan langkah-langkah untuk mengendalikan melonjaknya infeksi virus corona.

Sebelumnya, Kanselir Austria Alexander Schallenberg mengatakan negaranya akan menerapkan lockdown bagi orang-orang yang tidak divaksinasi di dua wilayah yang terkena dampak parah pada minggu depan. Tampaknya bersiap untuk bergerak maju dengan langkah serupa secara nasional.

Mulai Senin 15 November, orang-orang yang tidak divaksin di wilayah Upper Austria dan Salzburg, hanya akan diizinkan meninggalkan rumah untuk alasan tertentu yang diperlukan, seperti membeli bahan makanan atau pergi ke dokter.

Sementara itu, pusat pengendalian penyakit Jerman mendesak orang-orang untuk membatalkan atau menghindari acara besar. Jerman juga mendesak orang-orang mengurangi kontak  karena tingkat infeksi virus corona di negara itu, mencapai rekor baru dengan angka tertinggi.

PM Belanda juga mengatakan jarak sosial kembali diberlakukan. Ia mendesak orang-orang untuk bekerja dari rumah bila memungkinkan.

Secara terpisah, Belanda mengumumkan pada hari Jumat bahwa akan memulai kampanye untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19 kepada warga lanjut usia dan petugas kesehatan. Ini direncanakan dimulai pada Desember mendatang, tetapi mulai digelar pada akhir pekan mendatang.

Berita tentang pengumuman lockdown  memicu kemarahan di antara pemilik bar dan administrator olahraga.

Federasi sepak bola Belanda dan dua liga profesional teratas, menyatakan “kecemasan besar” terhadap lockdown. Pihak federasi menekankan stadion sepak bola –  memiliki langkah yang ketat terhadap Covid – yang merupakan bukan sumber utama kasus infeksi.

“Terlihat seperti kemiskinan kebijakan,” kata organisasi tersebut, seraya menambahkan pejabat pemerintah “tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.”

Sebuah organisasi yang mewakili pemilik bar dan restoran di belanda, juga mengecam keputusan pemerintah.

“Bisnis perhotelan sekali lagi dihadapkan dengan tagihan karena kebijakan pemerintah yang gagal,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Pada Kamis (11/11/2021) lembaga kesehatan masyarakat Belanda mencatat 16.364 tes positif kasus baru dalam 24 jam – jumlah tertinggi selama pandemi yang  menewaskan lebih dari 18.600 orang di Belanda.

Sebanyak 85% orang dewasa sudah divaksinasi penuh di Belanda, sebagian besar wilayah Belanda mengakhiri pembatasan lcokdown pada akhir September lalu. (asr)