Home Blog Page 688

Sejumlah Besar Siswa Dibawa ke Tempat Karantina, Warga di Daerah Zhuanghe, Dalian, Tiongkok di-Lockdown Sampai Pintu Rumah Dilas

0

Li Shanshan, Li Yun, dan Shu Can – NTD

Wabah di Dalian, Provinsi Liaoning, Tiongkok terus menyebar. Pada Jumat (12/11), Komisi Kesehatan Provinsi Liaoning mengumumkan bahwa babak baru epidemi di Dalian menyebabkan 215 kasus infeksi dalam 8 hari. Dari 52 kasus yang baru dikonfirmasi pada (11/11), lebih dari 30 kasus adalah mahasiswa dari Universitas di daerah Zhuanghe.  

Zhuanghe adalah daerah yang memiliki penduduk lebih dari 800.000 jiwa. Kota itu telah memulai karantina rumah untuk semua warga, dan penduduk diharuskan “tidak meninggalkan rumah mereka.”

Pada Sabtu (13/11), seorang karyawan sebuah hotel di Kota Zhuanghe mengatakan kepada NTD bahwa banyak tamu luar daerah dikurung di hotel.

“Dalian di tutup semua. Sudah ditutup. Anda tidak bisa masuk atau keluar. Ada juga yang di segel di dalam rumah. ada yang menginap di sini untuk perjalanan urusan bisnis beberapa waktu lalu, dan tiba-tiba keesokan harinya Kota ditutup , sehingga tidak bisa pergi ke mana pun. Dikarantina di sini,” kata Gao Qiao, seorang karyawan sebuah hotel di Kota Zhuanghe, Provinsi Liaoning.

Wang Jian (nama samaran), seorang videografer di Kota Zhuanghe, pada (12/11) mengatakan bahwa setiap rumah di Kota Zhuanghe disegel dan mereka menjalani tes COVID-19 putaran baru.

“Pagi ini memberi saya kejutan tiba-tiba. Sudah membuka segel rumah saya dan dapat turun ke bawah untuk menjalani tes. Melalui kontak dengan staf tes asam nukleat, saya mengetahui informasi terbaru. Di Zhuanghe ada 3 orang terkena COVID19, kemungkinan kasus yang diduga terdeteksi  dipindahkan ke Dalian,” katanya.

Wang Jian mengatakan bahwa ada dua perguruan tinggi di Zhuanghe, dan banyak siswa telah dibawa untuk diisolasi, dan bahkan mereka yang mengantarkan pengiriman ekspres dan pengiriman makanan juga telah terinfeksi.

Banyak netizen lokal juga mengungkapkan bahwa setiap rumah tangga di Kota Zhuanghe telah disegel dan tidak diizinkan keluar selama 14 hari. Warga diberitahu bahwa jika segel itu rusak, mereka akan dikarantina dengan biaya sendiri.

Di Twitter, sebuah video yang diposting oleh netizen menunjukkan bahwa pihak berwenang mengirim orang dari rumah ke rumah untuk memasang segel.  Beberapa rumah bahkan dilas  mati dengan batang baja.

Ada juga beberapa video yang menunjukkan bahwa pada 11 November, otoritas Dalian mengirim banyak bus besar untuk membawa siswa dan guru dari banyak sekolah untuk diisolasi secara terpusat.

Di Komunitas Huachen, Kota Zhuanghe, warga yang terisolasi menelepon gedung No. 11 pada malam hari untuk memprotes kekurangan makanan. Dikarenakan kurangnya makanan yang disediakan oleh pihak gedung; beberapa warga merobek seprai untuk dijadikan tali dan menarik makanan ke atas. (hui)

CDC : Tidak Ada Record Penularan Imunitas Alami COVID-19

0

Zachary Stieber – The Epoch Times

The Centers for Disease Control and Prevention atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan tidak ada catatan dari orang Imunitas alami atau natural Imun menularkan virus penyebab COVID-19

Pada musim gugur di AS, CDC menerima permintaan dari seorang pengacara atas nama Informed Consent Action Network for documents “yang mencerminkan kasus terdokumentasi dari seseorang yang: (1) tidak pernah menerima vaksin COVID-19; (2) terinfeksi COVID-19 sekali, sembuh, dan kemudian terinfeksi lagi; dan (3) menularkan SARS-CoV-2 ke orang lain ketika terinfeksi ulang.”

SARS-CoV-2 adalah nama lain dari virus  Komunis Tiongkok, yang menyebabkan COVID-19.

Orang yang  pulih dari COVID-19 juga diketahui memiliki kekebalan alami terhadap virus tersebut.

Dalam tanggapan per 5 November 2021 dan dipublikasikan baru-baru ini, CDC mengatakan tak memiliki dokumen yang berkaitan dengan permintaan tersebut. 

CDC mengonfirmasi kepada The Epoch Times bahwa Pusat Operasi Daruratnya tak menemukan catatan apa pun yang menanggapi permintaan tersebut.

Badan tersebut menolak untuk mengatakan, apakah ada dokumentasi yang ditemukan antara 5 November dan 12 November. 

CDC menganjurkan The Epoch Times untuk mengajukan Permintaan Undang-Undang Kebebasan Informasi untuk informasi tersebut. The Epoch Times telah mengajukan permintaan seperti itu.

“Anda akan berasumsi  jika CDC akan menghancurkan hak sipil dan individu dari mereka yang memiliki kekebalan alami dengan mengeluarkan mereka dari sekolah, dipecat dari pekerjaan mereka, dipisahkan dari militer, dan lebih buruk lagi. CDC akan memiliki bukti setidaknya satu contoh dari individu yang tidak divaksinasi dan kebal alami yang menularkan virus COVID-19 ke individu lain. Jika Anda berpikir demikian, Anda salah,” kata Aaron Siri, pengacara yang mencari catatan atas nama jaringan tersebut, dalam sebuah postingan blog.

Pengungkapan CDC direspon oleh beberapa ahli medis, termasuk Dr. Marty Makary dari Johns Hopkins University, yang mengatakan laporan itu menggarisbawahi betapa sedikit data yang dirilis oleh badan tersebut mengenai pemulihan. 

Makary meminta CDC untuk membuat data tentang infeksi ulang yang mengakibatkan rawat inap atau kematian publik, termasuk informasi tentang komorbiditas pasien atau kekurangannya.

“CDC harus transparan dengan data kekebalan alami. Sebaliknya, kami mendapatkan sekilas dari permintaan FOIA seperti ini, ”tulisnya di Twitter.

CDC menetapkan beberapa aturan secara tegas tetapi panduannya terbukti sangat berpengaruh selama pandemi COVID-19. Hampir semua pejabat yang memberlakukan mandat vaksin COVID-19 telah menghapus opsi bagi orang untuk menolak vaksin jika mereka dapat membuktikan bahwa mereka  terinfeksi COVID-19 dan pulih, dengan banyak yang mengutip CDC sebagai alasan untuk melakukannya.

Para pejabat mendesak orang-orang untuk divaksinasi dengan mengklaim akan melindungi orang-orang di sekitar mereka.

“Mendapatkan vaksin adalah cara terbaik untuk melindungi diri sendiri dan orang lain di sekitar Anda, terutama karena varian Delta yang lebih menular menyebar ke seluruh negeri,” kata Direktur CDC, Dr. Rochelle Walensky dalam sebuah pernyataan selama musim panas.

Tetapi segera setelah itu, dia mengatakan vaksin “tidak lagi dapat mencegah penularan” virus dalam sebuah wawancara di TV.

Lebih dari 100 penelitian memberikan dukungan untuk kekebalan alami, kemungkinan memberikan perlindungan yang serupa atau lebih unggul dibandingkan dengan vaksin COVID-19, termasuk penelitian Israel di dunia nyata. 

Tetapi, pejabat lembaga telah mempromosikan dua studi mereka sendiri dengan alasan, mereka yang memiliki kekebalan alami harus divaksinasi, menyatakan bahwa kekebalan alami belum terbukti tahan lama seperti vaksinasi.

Para ahli terbelah dalam kasus ini. Beberapa  menyatakan persetujuan dengan CDC, sementara lainnya mengatakan mereka yang memiliki kekebalan alami harus mempertimbangkan untuk mendapatkan satu dosis vaksin. Lainnya merekomendasikan bahwa sebagian besar atau semua orang dengan kekebalan alami tidak boleh mendapatkan vaksin.

CDC memang menyatakan dalam singkat yang dirilis awal November ini, bahwa kekebalan alami dan vaksin menawarkan perlindungan setidaknya selama enam bulan. Lembaga itu tidak mengatakan apapun tentang penularan virus secara singkat. (asr)

Perang Antar Geng di Penjara Ekuador Kembali Berkobar, 68 Tewas dan 25 Terluka

Kerusuhan pecah di penjara pantai setempat (Penitenciaria del Litoral) sekitar pukul 19.00 setempat pada Jumat (12/11/2021) di Guayaquil, Ekuador. Narapidana di penjara menyerang tahanan  geng lawannya dengan senjata, bahan peledak dan pisau tajam. Guayaquil adalah kota terbesar di Ekuador dengan penduduk sekitar 2 juta jiwa.

Ada sekitar 700 tahanan di area fasilitas di mana kerusuhan terjadi. Polisi turun tangan untuk menghentikan mereka.

Kemudian, ada laporan tentang insiden kekerasan lebih lanjut di penjara. Pihak berwenang mengerahkan tentara sebagai bala bantuan dan mengerahkan kendaraan lapis baja untuk melindungi keselamatan di luar fasilitas.

“Insiden ini adalah pertarungan antara geng tahanan yang berbeda di penjara,” kata Kepala Polisi Tannya Varela.

Pablo Arosemena, gubernur provinsi Guayas, tempat penjara itu berada, mengatakan, “Ini adalah konflik kekerasan yang menciptakan kekosongan kekuasaan setelah pembebasan seorang pemimpin geng dari penjara.”

Perang antara geng itu menewaskan sekitar 68 tahanan dan melukai 25 lainnya. Keluarga dan teman-teman tahanan menunggu dengan was was  di luar gedung penjara, di mana diumumkan daftar korban.

Awal bulan ini, sempat terjadi konflik bersenjata skala kecil di penjara, ketika itu tiga tahanan ditembak dan dibunuh.

Pada 28 September, terjadi kerusuhan di penjara pesisir  yang terburuk di negara itu dalam sejarah. Insiden itu menewaskan sedikitnya 119 tahanan dan melukai 79 lainnya. Beberapa orang  dipenggal atau dibakar hingga tewas. 

Pada 1 Oktober, pemerintah Ekuador mengirim 3.600 polisi militer ke penjara, mengklaim  untuk “memastikan keamanan”, tetapi insiden yang tidak menguntungkan masih terjadi.

Sistem penjara yang rusak di Ekuador, menewaskan lebih dari 300 tahanan tahun ini. Ada ribuan tahanan yang ditahan di penjara yang terkait dengan kartel narkoba. Konflik kekerasan yang meletus sering berubah menjadi kerusuhan penjara.

Saat ini, sistem penjara Ekuador menahan sekitar 39.000 tahanan. Bentrokan kekerasan pecah di penjara yang berbeda pada Februari dan Juli tahun ini, yang mengakibatkan tewasnya 79 orang dan 22 orang. (hui)

Kasus Kematian Akibat COVID-19 Mencapai Rekor Tertinggi di Rusia, Diagnosis Tembus 9 Juta Kasus

Sebagai langkah untuk membendung gelombang terus-menerus COVID-19, Rusia menerapkan langkah pencegahan epidemi yakni  “berhenti bekerja” pada awal November dan menutup banyak perusahaan. 

Gugus tugas COVID-19 Rusia juga mengumumkan pada (13/11/2021) ada 39.256 kasus baru yang dikonfirmasi dalam sehari, sehingga jumlah total infeksi menjadi 9,03 juta kasus. 

Korban jumlah kematian epidemi mencapai 1.241 kasus, lebih tinggi dari rekor tertinggi yang baru saja dilaporkan pada 10 November lalu.

Kantor berita Associated Press melaporkan orang yang didiagnosis dan meninggal dunia dalam sehari di Rusia, melonjak pada pertengahan September, dan situasinya stabil dalam seminggu terakhir. 

Namun demikian, jumlah kasus yang dikonfirmasi dan kematian akibat infeksi masih mengamuk. Terutama karena sikap longgar masyarakat setempat terhadap pencegahan epidemi dan keengganan pemerintah untuk memperketat pembatasan pencegahan epidemi.

Walaupun Rusia menyetujui vaksin domestik beberapa bulan lebih awal dari negara lain di dunia, kini kurang dari 40% dari hampir 146 juta orang telah divaksinasi lengkap.

Kongres Rusia mengusulkan dua undang-undang tindakan anti-epidemi baru pada 12 November, menetapkan bahwa terkecuali orang-orang yang sepenuhnya divaksinasi, atau pulih dari terinfeksi, atau secara medis tidak dapat divaksinasi, mereka akan dibatasi, dan mereka tidak akan diizinkan untuk beraktivitas di tempat umum. Termasuk, naik kereta api dan pesawat domestik atau internasional. Targetnya, RUU tersebut akan mulai berlaku tahun depan. (hui)

Lebih Dari 30.000 Tes COVID-19 Dilakukan di The New Century Global Center di Chengdu, Tiongkok, Orang-orang yang Kabur Dikumpulkan

0

Dorothy Li – The Epoch Times

Pihak berwenang di sebuah kota di barat daya Tiongkok mengatakan pada Rabu (10/11/2021) bahwa mereka melakukan 30.000 tes COVID-19 terhadap pengunjung di The New Century Global Center, sebuah pusat hiburan dan perbelanjaan raksasa di Chengdu, Sichuan, Tiongkok. Selain itu, menangkap kembali mereka yang mencoba melarikan diri dari lokasi tersebut. Pasalnya,  kasus yang dikonfirmasi COVID-19 terkait dengan tempat tersebut.

Pengunjung ke Venue di kota Chengdu, Provinsi Sichuan memberikan hasil negatif pada 9 November, demikian laporan China Central Television (CCTV) pada Rabu 10 November 2021. 

The New Century Global Center—tempat 6.096.000 meter persegi yang menampung banyak toko, kantor, dan universitas—berubah menjadi lokasi pengujian raksasa pada 8 November 2021.  Semua pengunjung harus menjalani tes COVID-19 sebelum diizinkan meninggalkan tempat. 

Pihak berwenang setempat mengaitkan pengujian massal dengan kebutuhan untuk menahan virus, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Seorang anggota staf kepada Beijing Radio and Television Station (BRTS) yang didukung negara mengatakan bahwa, persyaratan itu dipicu setelah orang yang mungkin terinfeksi ditemukan mengunjungi lokasi tersebut pada 31 Oktober.

Tidak jelas berapa banyak orang yang terkena dampak pada Senin itu. Sebuah video yang diposting oleh BRTS menunjukkan antrian panjang bermil-mil menunggu tes usap hidung dan beberapa orang mencoba melarikan diri melalui semak-semak.

Mereka yang melarikan diri dari daerah yang dikendalikan sementara tanpa izin, ditemukan melalui layanan tracking dan tes, seperti yang dikatakan CCTV.

Chengdu, bersama dengan beberapa kota di Tiongkok lainnya, menggunakan Big Data untuk men-tracking setiap kontak erat yang potensial. Setidaknya 82.000 penduduk di kota itu menerima pesan yang mengatakan bahwa mereka adalah “pendamping dalam ruang dan waktu” dengan kasus yang dikonfirmasi mulai 3 November.

Istilah baru, “pendamping dalam ruang dan waktu,” berarti seseorang yang mana sinyal ponselnya terdeteksi di lokasi yang sama, berukuran 800 meter kali 800 meter, dengan kasus COVID-19 yang dikonfirmasi selama lebih dari 10 menit dalam 14 hari terakhir. Jika orang atau kasus yang dikonfirmasi  tinggal di kota selama lebih dari 30 jam, maka polisi Chengdu akan menemukan dan memberitahukan kepada orang tersebut untuk menjalani tes COVID-19 dua kali dalam tiga hari.

Hingga mereka menerima dua hasil negatif, mereka tak akan diizinkan untuk keluar rumah dan akan menemukan kode kesehatan mereka berubah menjadi kuning jika mereka pergi ke luar rumah. Kode hijau pada aplikasi tracking kesehatan yang diamanatkan negara, sangat penting untuk menggunakan transportasi umum dan mengakses toko.

Pada Senin (8/11/2021) komisi kesehatan mengatakan mereka telah menyertakan test COVID-19 lebih dari 9 juta penduduk dalam waktu lima hari.

Tes COVID-19 skala besar di Kota Chengdu, dilakukan beberapa hari setelah kasus positif yang menutup Shanghai Disneyland. Seorang wanita yang mengunjungi taman hiburan itu pada 30 Oktober dinyatakan positif COVID-19, ketika dia kembali ke Hangzhou sehari setelahnya.  Kemudian sekitar 34.000 tamu yang berkunjung harus menunggu berjam-jam untuk menjalani  tes COVID-19.

“Saya tidak pernah berpikir bahwa antrian terpanjang di Disneyland adalah untuk tes PCR,” kata seorang pengunjung di Weibo yang mirip Twitter saat kembang api meledak di atas kepala mereka.

Rezim Tiongkok menanggapi dengan cepat dan agresif terkait gelombang infeksi baru, dengan memberlakukan lockdown regional, pembatasan perjalanan, dan tes COVID-19 secara massal. Akan tetapi, varian Delta yang sangat menular masih menyebar ke 20 provinsi, termasuk ibu kota Beijing. (asr)

Reuters berkontribusi dalam laporan ini

Semakin Memanas! Rusia Kirim Dua Pembom Nuklir untuk Berpatroli di Belarus yang Berseteru dengan Uni Eropa

Rusia mengerahkan dua pesawat pembom strategis berkemampuan nuklir dalam misi pelatihan di Belarus  berturut-turut pada Kamis (11/11/2021) yang menunjukkan dukungan kuat Moskow untuk sekutunya di tengah krisis tentang imigran di perbatasan Polandia-Belarus.

Kementerian Pertahanan Belarusia mengatakan dua pembom strategis Tu-160 Rusia berlatih pengeboman di lapangan tembak Ruzany, yang terletak di Belarus sekitar 37 mil sebelah timur perbatasan dengan Polandia. Disebutkan juga, sebagai bagian dari pelatihan bersama, jet tempur Belarusia mensimulasikan penyusupan. 

Dikutip dari Associated Press, misi tersebut menandai kedua kalinya dalam dua hari, Rusia mengerahkan pesawat pembom berkemampuan nuklirnya ke Belarus.

Dua pesawat pembom jarak jauh Tu-22M3 Rusia juga terbang pada Rabu 10 November. Sedangkan aset pertahanan udara Belarusia berlatih mencegat mereka.

Kementerian Pertahanan Belarusia mengklaim,  penerbangan pembom Rusia semacam itu dilakukan secara rutin.

Militer Rusia mengatakan para pembom menghabiskan lebih dari 4 1/2 jam di udara, selama misi yang dimaksudkan untuk mendukung aliansi negara-negara tersebut. Disebutkan bahwa patroli pesawat pengebom “tidak ditujukan terhadap negara ketiga mana pun.”

Rusia mendukung penuh Belarusia di tengah kebuntuan ketika ribuan migran dan pengungsi, kebanyakan dari Timur Tengah, berkumpul di sisi perbatasan Belarus-Polandia dengan harapan bisa menyeberang ke Eropa Barat.

Uni Eropa menuduh Presiden otoriter Belarus Alexander Lukashenko mendorong penyeberangan perbatasan ilegal sebagai “serangan hibrida” untuk membalas sanksi Uni Eropa terhadap pemerintahnya. Tak lain, atas tindakan kerasnya terhadap perbedaan pendapat internal setelah pemilihan kembali Lukashenko yang disengketakan pada tahun 2020.

Belarus membantah tuduhan tersebut, akan tetapi mengatakan tidak akan lagi menghentikan pengungsi dan migran yang mencoba memasuki Uni Eropa. 

Kementerian Pertahanan Belarus menuduh Polandia melakukan penumpukan militer yang “belum pernah terjadi sebelumnya” di perbatasan. Belarus mengatakan bahwa kontrol migrasi tidak menjamin konsentrasi 15.000 tentara yang didukung oleh tank, aset pertahanan udara, dan senjata lainnya.

“Kelihatannya  seperti membentuk kelompok pasukan penyerang,” kata kementerian Belarus, seraya menuding penumpukan militer Polandia mendorong Belarus untuk meresponnya dengan tindakan “baik secara independen maupun dalam perjanjian yang ada dengan sekutu strategis kami,” sebuah pernyataan yang merujuk kepada Rusia.

Rusia dan Belarus memiliki perjanjian kerjasama dengan hubungan politik dan militer yang erat. Lukashenko  menekankan perlunya meningkatkan kerja sama militer dalam menghadapi apa yang dia gambarkan sebagai tindakan agresif oleh sekutu NATO.

Lukashenko menyebutkan penerbangan pembom Rusia sebagai respon yang diperlukan untuk ketegangan di perbatasan Belarus-Polandia.

“Biarkan mereka berteriak dan mencicit. Ya, itu pengebom berkemampuan nuklir, tapi kami tak punya pilihan lain,” kata Presiden yang menjabat sejak Tahun 1994 itu.

Kolonel Jenderal Pensiunan Leonid Ivashov, mantan kepala departemen kerjasama luar negeri Kementerian Pertahanan Rusia, mengatakan penerbangan pembom Rusia di atas wilayah  Belarus dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan Moskow terhadap sekutunya di tengah meningkatnya ketegangan.

“Latihan militer dan penerbangan pembom adalah bagian dari pelatihan untuk aksi bersama,” kata Ivashov seperti dikutip oleh kantor berita Interfax. 

“Diperlukan untuk mencegah kemungkinan konflik militer yang dapat meningkat menjadi perang besar. Itu perlu untuk menunjukkan kesiapan kami,” tambahnya. 

Di tengah ketegangan di perbatasan Belarusia-Polandia, Rusia  mendukung penuh Belarus, menuduh  Barat mengacaukan Timur Tengah. Oleh karena itu, harus memikul tanggung jawab atas para migran dan pengungsi yang mencari keselamatan di Eropa.

Pada saat yang sama, Moskow dengan marah menolak klaim Polandia bahwa Rusia membantu menimbulkan situasi dengan dimensi kemanusiaan dan politik.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mencatat ribuan tentara dikerahkan di kedua sisi perbatasan Polandia-Belarus. “Ini merupakan penyebab keprihatinan mendalam dari semua orang yang berpikiran waras di Eropa,” ujarnya.

Ditanya tentang permintaan Kanselir Jerman Angela Merkel agar Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan pengaruhnya di Belarus, Peskov menjawab “Rusia, seperti semua negara lain, sedang berusaha membantu menyelesaikan situasi.” Ia mengatakan, Putin tetap berhubungan dengan Lukashenko, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.

Maskapai penerbangan nasional Rusia, Aeroflot, menanggapi laporan bahwa Uni Eropa sedang mempertimbangkan sanksi terhadap maskapai tersebut atas dugaan keterlibatannya dalam membawa pengungsi dan migran ke Belarus. Aeroflot menolak keras klaim tersebut.

“Informasi tentang partisipasi atau bantuan Aeroflot untuk mengatur transportasi massal migran ke wilayah Belarus tidak sesuai dengan kenyataan,” kata maskapai itu dalam sebuah pernyataan.

Aeroflot mencatat, mereka tidak melakukan penerbangan reguler atau charter ke Irak atau Suriah dan tidak memiliki penerbangan antara Istanbul dan Minsk.

Ditanya tentang laporan kemungkinan sanksi Uni Eropa terhadap Aeroflot, juru bicara Kremlin Peskov merujuk  penyangkalan pihak maskapai itu, karena secara sadar mengangkut pencari suaka yang menuju Eropa.

“Mudah-mudahan ide gila seperti itu hanya ada di media-media hoaks itu,” tutur kepada wartawan. (asr)

Belanda Lockdown Selama 3 Pekan Saat Covid-19 Melonjak di Eropa, Organisasi Usaha dan Olahraga Protes

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengumumkan pemberlakuan lockdown parsial selama tiga pekan pada Jumat (12/11/2021) di tengah melonjaknya kasus Covid-19 di Belanda.

Lockdown, yang dimulai Sabtu (13/11/2021) malam adalah yang pertama kalinya dimulai di Eropa Barat sejak gelombang infeksi baru mulai melonjak di beberapa negara.

Atas pemberlakuan lockdown, bar, restoran, dan supermarket harus tutup pada pukul 8 malam waktu setempat. Sedangkan pertandingan olahraga profesional akan dimainkan di stadion tanpa penonton. Orang-orang didesak untuk bekerja dari rumah sebanyak mungkin.

Toko-toko yang menjual barang-barang yang tidak esensial harus tutup pada pukul 6 sore.

“Malam ini kami memiliki pesan yang sangat tidak menyenangkan dengan keputusan yang sangat tidak menyenangkan,” kata Rutte yang dikutip oleh Evening Standard. 

Tak hanya Belanda, sejumlah negara di Eropa juga mengumumkan langkah-langkah untuk mengendalikan melonjaknya infeksi virus corona.

Sebelumnya, Kanselir Austria Alexander Schallenberg mengatakan negaranya akan menerapkan lockdown bagi orang-orang yang tidak divaksinasi di dua wilayah yang terkena dampak parah pada minggu depan. Tampaknya bersiap untuk bergerak maju dengan langkah serupa secara nasional.

Mulai Senin 15 November, orang-orang yang tidak divaksin di wilayah Upper Austria dan Salzburg, hanya akan diizinkan meninggalkan rumah untuk alasan tertentu yang diperlukan, seperti membeli bahan makanan atau pergi ke dokter.

Sementara itu, pusat pengendalian penyakit Jerman mendesak orang-orang untuk membatalkan atau menghindari acara besar. Jerman juga mendesak orang-orang mengurangi kontak  karena tingkat infeksi virus corona di negara itu, mencapai rekor baru dengan angka tertinggi.

PM Belanda juga mengatakan jarak sosial kembali diberlakukan. Ia mendesak orang-orang untuk bekerja dari rumah bila memungkinkan.

Secara terpisah, Belanda mengumumkan pada hari Jumat bahwa akan memulai kampanye untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19 kepada warga lanjut usia dan petugas kesehatan. Ini direncanakan dimulai pada Desember mendatang, tetapi mulai digelar pada akhir pekan mendatang.

Berita tentang pengumuman lockdown  memicu kemarahan di antara pemilik bar dan administrator olahraga.

Federasi sepak bola Belanda dan dua liga profesional teratas, menyatakan “kecemasan besar” terhadap lockdown. Pihak federasi menekankan stadion sepak bola –  memiliki langkah yang ketat terhadap Covid – yang merupakan bukan sumber utama kasus infeksi.

“Terlihat seperti kemiskinan kebijakan,” kata organisasi tersebut, seraya menambahkan pejabat pemerintah “tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.”

Sebuah organisasi yang mewakili pemilik bar dan restoran di belanda, juga mengecam keputusan pemerintah.

“Bisnis perhotelan sekali lagi dihadapkan dengan tagihan karena kebijakan pemerintah yang gagal,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Pada Kamis (11/11/2021) lembaga kesehatan masyarakat Belanda mencatat 16.364 tes positif kasus baru dalam 24 jam – jumlah tertinggi selama pandemi yang  menewaskan lebih dari 18.600 orang di Belanda.

Sebanyak 85% orang dewasa sudah divaksinasi penuh di Belanda, sebagian besar wilayah Belanda mengakhiri pembatasan lcokdown pada akhir September lalu. (asr)

Pemancing Ini Kaget Mendapatkan Ikan Lele Raksasa Berwarna Kuning yang Langka

0

Seorang pemancing profesional dari Jerman berhasil menangkap ikan lele raksasa berwarna kuning cerah yang langka. Ketika itu, ia  sedang memancing bersama saudara kembarnya di sebuah danau di Belanda.

Nelayan dari Duisburg, Martin Glatz, pada 4 Oktober sedang menguji umpan baru. Semula ia mengira mengail ikan “sebanding dengan tombak 47 inci, dilihat dari pertarungan yang dilakukannya saat menarik kailnya.

Tetapi ketika dia melihat ke bawah air, ia kaget menyaksikan ikan lele berwarna cerah “bersinar” dari sekitar tiga hingga empat meter di bawah permukaan. Ia pun mulai sedikit panik.

“Kami syok, dan [saya] berteriak pada saudara laki-laki saya untuk menyiapkan jaring,” katanya kepada The Epoch Times.

Dia dan saudaranya Owen menjaring dan menangkap ikan lele berwarna lemon itu. Setelah diukur dan mengambil beberapa foto , mengikuti peraturan, mereka akhirnya melepas ikan jumbo itu.  

Ikan itu berukuran 1,19 meter. Glatz menggambarkannya sebagai “oranye cerah seragam” dan “indah.”

“Saya belum pernah melihat ikan lele seperti itu sebelumnya, Aku masih terbebani olehnya,” kata Glatz kepada Live Science.

(Courtesy of Martin Glatz)

Warna kuning yang tak biasa pada ikan lele mungkin disebabkan oleh kelainan genetik yang disebut leucism, seperti albinisme. Penyebabnya dikarenakan kekurangan pigmentasi yang terjadi pada hewan. Akan tetapi, tidak seperti albinisme dan tidak berdampak pada mata. Gangguan tersebut dapat berdampak dengan mamalia, burung, reptil, dan ikan. Sheingga menyebabkan mereka tampak lebih ringan dari biasanya—membuat mereka menjadi sasaran empuk predator.

Lele Wels, endemik di sebagian besar Eropa, menurut Field & Stream. Ikan ini dapat tumbuh hingga panjang 2,7 meter dengan berat hampir 300 pon. Spesimen khas berwarna hitam kehijauan-hitam, dengan beberapa menunjukkan bintik-bintik kuning, menurut NOAA.

Glatz adalah seorang pemancing profesional. Dia sudah memancing sejak usia 13 tahun. Ia diperkenalkan cara memancing oleh kakeknya. Tempat memancing favorit Glatz adalah di Pelabuhan Duisburg.

“Itu ada di keluarga kami, Kakak kembar saya memancing, istri saya memancing, dan semoga putra-putra kami juga menemukan hobi itu,” katanya. (asr)

Dilanda Banjir Sejak Akhir Oktober, Tinggi Air di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat Masih Belum Surut

0

ETIndonesia- Banjir yang terjadi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, sejak akhir Oktober (31/10/2021) belum menunjukkan tanda-tanda surut. Beberapa titik menunjukkan kenaikan tinggi muka air.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan, berdasarkan data pemutakhiran pada Kamis malam (11/11/2021), pukul 19.00 WIB, cuaca terpantau berawan dan beberapa titik genangan di wilayah Kabupaten Ketapang mengalami kenaikan.

“BPBD Kabupaten Ketapang telah mengimbau warga setempat untuk selalu waspada terhadap banjir susulan. Pihaknya juga memonitor perkembangan debit air Sungai Pawan,” rilisnya.

Sungai dengan panjang 197 km merupakan sungai utama di wilayah Kalimantan Barat. Sungai ini melintasi wilayah Kabupaten Ketapang sebelum bermuara ke Laut Cina Selatan. 

Data populasi terdampak banjir mencapai 2.831 KK atau 14.284 jiwa. Jumlah warga terdampak yang tersebar di sejumlah kecamatan, sebagai berikut Kecamatan Sandai 1.636 KK (10.153 jiwa), Nanga Tayap 715 KK (2.529 jiwa), Matan Hilir Selatan 355 KK (1.173 jiwa), Muara Pawan 60 KK (210 jiwa), Sungai Laur 49 KK (145 jiwa), Delta Pawan 21 KK (74 jiwa) dan Benua Kayong 12 KK. 

Sementara itu, desa-desa di tujuh kecamatan yang terdampak pada kejadian ini antara lain Desa Simpang Semelangan, Pangkalan Teluk, Sungai Kelik, Tayap dan Tanjung Medan di Kecamatan Nanga Tayap. 

Desa Sandai Kiri, Istana, Jago Bersatu, Pantai Patah dan Muara Jejak di Kecamatan Sandai. 

Desa Ulak Medang, Mayak, Tanjung Pura dan Tanjung Pasar di Kecamatan Muara Pawan.

Desa Teluk Bayu dan Bayur Indah di Kecamatan Sungai Laur.

Desa Mulia Baru, Sampit dan Kantor di Kecamatan Delta Pawan.

Serta dua desa di dua kecamatan, yaitu Desa Sungai Pelang di Kecamatan Matan Hilir Selatan dan Desa Negeri Baru di Kecamatan Benua Kayong

Menyikapi kondisi saat ini, pemerintah daerah dan warga diimbau untuk siap siaga dan waspada terhadap potensi banjir susulan. Prakiraan cuaca dua hari ke depan di wilayah Ketapang, sebagian besar wilayah masih berpotensi hujan dengan intensitas ringan.

Kesiapsiagaan pemerintah daerah hingg tingkat desa diharapkan dapat menjamin keselamatan dan keamanan warga apabila proses evakuasi dan pengungsian warga dilakukan, khususnya terkait dengan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. (BNPB/asr)

Tiga Pekan Dikepung Banjir, Puluhan Ribu Rumah Terendam dan 140.468 Jiwa di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat Terdampak

0

ETIndonesia- Bencana banjir yang hingga kini masih melanda Kabupaten Sintang, Kalimantan barat telah berdampak di 12 kecamatan. Sebanyak 140.468 jiwa terdampak banjir tersebut dan 2 warga dilaporkan meninggal dunia.

BPBD Kabupaten Sintang mencatat kurang lebih 35.117 unit rumah yang terendam banjir hingga 300 sentimeter, 5 unit jembatan rusak berat dan beberapa sarana prasarana lainnya juga terdampak.

Mengutip dari siaran pers BNPB, Pemerintah Kabupaten Sintang telah memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir selama 30 hari terhitung mulai 13 Oktober hingga 16 November 2021.

Kondisi hingga Selasa (9/11) ketinggian air naik kurang lebih 5-7 sentimeter akibat hujan masih terjadi di wilayah hulu. BPBD Kabupaten Sintang mencatat ada 32 titik pengungsian, akan tetapi lebih banyak warga yang memilih mengungsi ke tempat saudaranya masing-masing. Sementara itu 24 titik dapur lapangan juga telah didirikan guna menyuplai kebutuhan dasar pangan bagi para warga terdampak.

Di samping itu, beberapa posko lapangan juga tersebar di 5 titik yang meliputi Tugu Bambu, Pos Lantas, Media Center, Ujung Jembatan Kapuas dan Kantor Camat Sintang.

Masih tingginya muka air yang merendam wilayah termasuk ruas jalan nasional menyebabkan mobilisasi terhambat. Beberapa gardu PLN juga masih terendam sehingga ada wilayah yang masih tidak dapat dialiri listrik. Selain itu, salah satu penyedia layanan sinyal telekomunikasi juga belum sepenuhnya lancar akibat menara BTS terendam banjir.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Ganip Warsito sudah melakukan kunjungan kerja meninjau kondisi lapangan dan penanganan banjir di Kabupaten Sintang, pada Selasa (9/11).

Dalam kunjungan kerja tersebut, Ganip Warsito menyerahkan bantuan Dana Siap Pakai (DSP) senilai 1,5 miliar guna percepatan penanganan banjir yang melanda di empat Kabupaten di Kalimantan Barat.

Kepala BNPB Letjen TNI Ganip Warsito (kemeja putih rompi) didampingi Dandim Sintang Kol Inf Kukuh Suharwiyono (kiri) meninjau lokasi terdampak banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Selasa (9/11). 

Adapun rinciannya adalah 500 juta guna mendukung penanganan banjir di Kabupaten Sintang, 500 juta diberikan kepada Kabupaten Malawi, 250 juta untuk Kabupaten Sekadau dan 250 juta untuk Kabupaten Sanggau.

Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis oleh Kepala BNPB kepada Kepala Pelaksana (Kalaks) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sintang dan Kalaks BPBD Kabupaten Malawi. Sedangkan untuk Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau telah diserahkan secara simbolis oleh Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jarwansyah, yang mewakili Kepala BNPB pada Senin (8/11).

Di samping itu, BNPB sebelumnya juga telah mengirimkan bantuan logistik dan peralatan kepada Pemerintah Kabupaten Sintang berupa makanan siap saji 504 paket, lauk pauk 501 paket, matras 300 buah, selimut 300 buah, masker KF94 5.000 lembar, tenda pengungsi 2 set dan perahu polyethylene 2 buah.

Kepada Pemerintah Kabupaten Melawi, BNPB juga menyerahkan bantuan lain berupa makanan siap saji 504 paket, lauk pauk 501 paket, matras 300 buah, selimut 300 buah dan masker KF94 5.000 lembar. Pada kesempatan tersebut, Ganip juga memberikan kiat-kiat dan strategi yang dapat digunakan guna percepatan penanganan banjir di beberapa wilayah Kalimantan Barat.

Usai menyerahkan bantuan dan memberikan arahan, Ganip kemudian menyempatkan diri meninjau lokasi terdampak banjir di Kota Sintang yang didampingi Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Jarwansyah, Bupati Kabupaten Sintang Jarot Winarno, Dandim Sintang Kolonel Inf Kukuh Suharwiyono dan unsur perangkat pemerintah Kabupaten Sintang. (asr)

Negara-negara Berebut Membeli Pil Anti-COVID-19 Hingga Presiden Prancis Minta Lansia Diatas 65 Tahun Perlu Booster

oleh Li Mei dan Ruili 

Pada Rabu 10 November, dengan mengecualikan daratan Tiongkok, lebih dari 250 juta orang di seluruh dunia telah didiagnosis positif terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19), dan lebih dari 5,06 juta orang meninggal dunia. Negara-negara telah mulai berebut membeli pil yang diproduksi oleh Merck dan Pfizer. Sementara itu, WHO sedang menantikan peluncuran obat semprotan hidung dan obat oral untuk anti COVID-19 generasi kedua. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa para orang lansia di atas usia 65 tahun memerlukan suntikan ketiga agar paspor vaksin valid.

Presiden Prancis Emmanuel Macron membuat pidato di televisi pada Selasa 9 November yang khawatir  berkecamuknya epidemi gelombang kelima yang saat ini muncul di Eropa.

“Jumlah kasus COVID-19 meningkat 40% dalam seminggu, dan peningkatan rawat inap juga merupakan tanda peringatan”, kata Macron.

Macron mengimbau masyarakat untuk divaksinasi, dan juga mengumumkan bahwa setelah 15 Desember, orang yang berusia di atas 65 tahun harus menunjukkan sertifikat vaksinasi dosis ketiga agar paspor kesehatan berlaku.

Otoritas Prancis juga mengingatkan bahwa orang di bawah usia 30 tahun yang divaksinasi Moderna berisiko terkena miokarditis dan perikarditis.

Perusahaan farmasi besar seperti Merck dan Pfizer telah mempercepat pengembangan dan produksi pil anti-COVID-19, dan negara-negara di dunia berlomba untuk membelinya.

Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan, Chen Shih-chung mengatakan pada Rabu bahwa ia telah menandatangani kontrak dengan Merck untuk membeli puluhan ribu pil anti-COVID-19 Molnupiravir, juga sedang meninjau informasi dari obat  buatan Pfizer.

Korea Selatan telah melakukan pra-pembelian sebanyak 404.000 obat pil dari perusahaan farmasi seperti Merck dan Pfizer, dan barang diharapkan sudah bisa diterima pada bulan Februari tahun depan.

Pada Selasa, rapat kabinet Thailand meloloskan rencana pembelian 50.000 eksemplar, atau 2 juta tablet obat oral buatan Merck .

Amerika Serikat telah membeli total 3,1 juta eksemplar, dengan harga total USD. 2,2 miliar.

Inggris adalah negara pertama di dunia yang menyetujui obat oral buatan Merck, dan telah memesan 480.000 obat oral Merck serta 250.000 obat baru Pfizer .

Menurut laporan, data klinis menunjukkan bahwa penggunaan obat oral Molnupiravir pada tahap awal pasien diagnosis infeksi dapat mengurangi risiko rawat inap atau kematian hingga 50%. Namun, obat oral Pfizer masih sedang dalam tahap pengujian.

Pada saat yang sama, WHO berharap dapat meluncurkan vaksin generasi kedua dalam bentuk semprotan hidung atau oral.

Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan : “Beberapa dari mereka mungkin memiliki keuntungan yang jelas. Jika ada vaksin oral atau vaksin intranasal, akan lebih mudah dalam transportasinya ketimbang vaksin injeksi.

Dengan semakin populernya vaksin dan perkembangannya dalam mengatasi penyakit, para pemimpin Indonesia dan Malaysia pada Rabu 10 november sepakat untuk membentuk koridor wisata antara kedua negara yang pertama,  akan diterapkan di ibukota dan resor seperti Bali dan tempat-tempat lainnya. (sin)

AS dan Tiongkok Secara Tak Terduga Mencapai Kesepakatan di KTT Iklim Glasgow

oleh Yi Wen, Jiang Diya

Amerika Serikat dan Tiongkok dalam KTT Iklim PBB di Glasgow pada Rabu 10 November, mengeluarkan pernyataan bersama tentang kesepakatan untuk bekerja sama dalam upaya pengurangan emisi di awal tahun 2025. Berita tersebut cukup mengejutkan dunia

“Hari ini, Amerika Serikat dan Tiongkok mengeluarkan pernyataan bersama,” kata Utusan AS untuk masalah iklim John Kerry.

Freddie Joyner, reporter reuters mengatakan : “Ini adalah langkah yang mencengangkan”.

Utusan iklim AS John Kerry mengumumkan bahwa AS dan Tiongkok telah mencapai kesepakatan untuk memperkuat kerja sama dalam mengatasi perubahan iklim, mengambil langkah-langkah untuk mengurangi emisi metana, melindungi hutan, menghentikan konsumsi batu bara dan lainnya.

Pernyataan bersama tersebut menyatakan bahwa kedua negara juga berencana untuk meningkatkan pengukuran emisi metana sebelum KTT iklim berikutnya.

Utusan iklim dari Tiongkok Xie Zhenhua mengatakan bahwa, perjanjian tersebut akan memungkinkan Beijing untuk memperkuat target pengurangan emisi dan mengembangkan rencana tentang metana. Dia juga mengatakan bahwa kedua negara berharap untuk mengambil tindakan lebih jauh untuk menghentikan penggundulan hutan (deforestasi).

Namun, dalam menghadapi perubahan iklim, apakah pemerintah Tiongkok dapat memenuhi komitmennya masih menimbulkan pertanyaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah mengalami pencemaran lingkungan dan udara yang hebat dan sering mengalami iklim ekstrem, menyebabkan bencana dan kerusakan serius pada sumber daya seperti batu bara dan hutan. Meskipun pihak berwenang mengklaim telah mengambil serangkaian tindakan untuk mengendalikan situasi, tetapi situasi sebenarnya tidak membaik.

Baru-baru ini, pemerintah Tiongkok telah melonggarkan penambangan batu bara, dan dilaporkan bahwa penambangan batu bara baru justru telah melebihi jumlah penambangan di Eropa Barat dalam satu tahun. Hal ini juga membuat dunia luar khawatir, tentang bagaimana pemerintah Tiongkok akan mencapai penghapusan konsumsi batu bara secara bertahap seperti yang disebutkan dalam perjanjian. (sin)