Home Blog Page 688

Geng Kriminal Tiongkok Menipu Rekan Senegaranya ke Myanmar untuk Diambil Darahnya, Sebabkan 5 Anak Muda Tewas

Laporan media Malaysia berbahasa Mandarin ‘China Press’, bahwa pada 14 November waktu setempat, kerjasama gabungan antara Batalyon 21 dari kepolisian di Daerah Otonomi Kokang Myanmar dengan Batalyon 1006 dari Pasukan perbatasan Otonomi Kokang,  telah berhasil membongkar kasus perdagangan darah manusia besar-besaran dan menangkap 24 orang tersangka yang semuanya berasal dari Bengbu, Provinsi Anhui, Tiongkok.

(Screenshot dari halaman Facebook)

Menurut laporan, 24 orang tersangka tersebut pertama melakukan penyeberangan perbatasan ilegal dari Myanmar ke Thailand, kemudian menggunakan Chinshwehaw di Kokang sebagai basis untuk menjalankan bisnis perdagangan darah manusia. 

Mereka menggunakan tameng sebagai calo mencarikan pekerjaan untuk menarik minat pemuda asal daratan Tiongkok yang ingin bekerja di Myanmar. 

Setelah tiba di Myanmar, para calon tenaga kerja dipaksa masuk ke dalam penangkaran yang mereka sediakan untuk kemudian diambil darah secara paksa guna dijual. Dalam proses tersebut, setidaknya ada 5 orang pemuda asal Tiongkok yang tewas karena darahnya dikuras hidup-hidup.。

Laporan itu mengatakan bahwa semua anggota kriminal geng ini telah ditangkap oleh kerjasama kepolisian Myanmar dengan kepolisian Thailand. (sin)

Gugatan Menguat, Mandat Vaksin Administrasi Biden Dapat Ditangguhkan Secara Permanen

Jinshi – NTD

Pemerintah Biden mengumumkan perintah mandat vaksin  pada 4 November, menetapkan bahwa perusahaan swasta dengan lebih dari 100 karyawan harus memaksa karyawan mereka untuk divaksinasi. Jika tidak, para karyawan harus menjalani tes mingguan dan mengenakan masker secara paksa. Aturan baru itu akan berlaku mulai 4 Januari tahun depan.

Namun demikian, banyak negara bagian di Amerika Serikat, termasuk Texas, segera menentang mandat vaksin ini.

Pada 12 November, tiga hakim Pengadilan Banding AS  memutuskan bahwa pemerintah federal menangguhkan pelaksanaan mandat vaksin terhadap perusahaan swasta. Pasalnya, alasan perintah tersebut memiliki “masalah hukum dan konstitusional yang serius.”

Robert Henneke, penasihat umum Yayasan Kebijakan Publik Texas dan seorang pengacara yang bertindak sebagai agen melawan pesanan vaksin pemerintah Biden kepada NTD mengungkapkan  alasan gugatannya dan harapannya untuk kasus tersebut.

Bertindak untuk pengacara yang bertanggung jawab atas perintah vaksinasi, Robert Henneck mengatakan, Pemerintahan Biden mengharuskan warga untuk divaksinasi di luar kehendak mereka. Hal demikian sangat mengerikan. Sebuah tindakan otoriter yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan tidak konstitusional.”

Mengenai apakah dia khawatir bahwa hakim akan membuat keputusan yang tidak masuk akal dan inkonstitusional atas kasus ini karena pengaruh politik, Henneck turut menjawabnya.

Menurut dia, sebagian besar hakim di pengadilan federal, terutama banyak hakim besar yang ditunjuk selama masa Trump, telah membuktikan komitmen mereka terhadap Konstitusi dan undang-undang AS, dan mereka semuanya setia menerapkan hukum.

Henneck menduga pemerintahan Biden akan mencoba mengajukan banding ke Mahkamah Agung, tetapi dia percaya bahwa Mahkamah Agung tidak akan campur tangan dalam kasus ini dan penggugat dapat memenangkan kemenangan terakhir di Pengadilan Tinggi.

Bertindak untuk pengacara yang bertanggung jawab atas mandat vaksin, Robert Henneck: berharap pengadilan mengambil tindakan segera untuk menangguhkan secara permanen perintah vaksinasi wajib terhadap perusahaan swasta.”

Anggota Kongres A.S. Buddy Carter juga mengatakan kepada NTD beberapa hari  lalu, bahwa dia adalah “pendukung kuat vaksin,” tetapi tidak berarti bahwa dia menyetujui mandat vaksin.

Buddy Carter menegaskan, “Apakah  divaksinasi harus menjadi keputusan yang dibuat oleh Anda sendiri, dokter, apoteker, dan anggota keluarga Anda, bukan Anda sendiri dan pemerintah. Pemerintah seharusnya tidak mengamanatkan Anda untuk divaksinasi.

Di semua negara bagian Amerika Serikat, orang-orang juga melancarkan aksi unjuk rasa serupa untuk memprotes perintah vaksin pemerintah.

Tamara Colbert, seorang warga Texas mengatakan, Orang-orang yang ikut aksi adalah mereka yang tidak pernah aktif secara politik. Sekarang ini adalah masalah besar. Ini adalah perjuangan orang masing-masing. 

“Kami ingin membuat keputusan dengan bebas, dan kami menginginkan kebebasan. Untuk hidup di dalam negara ini,” ujarnya. (hui)

Merespon Tantangan Tiongkok, Angkatan Udara AS Memilih 4 Pesawat Tempur yang Paling Menonjol

Jin Shi – NTD

Angkatan Udara AS memilih empat pesawat tempur yang luar biasa untuk membentuk formasi tempur melawan ancaman  Tiongkok.

Kepala Staf Angkatan Udara AS Jenderal Charles Brown Jr. baru-baru ini menyatakan bahwa beijing telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Amerika Serikat setelah Perang Dunia II. Untuk memenuhi tantangan tersebut, pembaruan armada pesawat tempur akan menjadi prioritas bagi Angkatan Udara AS.

Empat model pesawat tempur yang dipilih oleh Angkatan Udara AS adalah: F-22, F-35, F-15E dan F-15 EX, dan F-16V.

Di antaranya adalah pesawat tempur F-22 dan F-35 adalah pesawat tempur generasi kelima tercanggih di Amerika Serikat. F-22 berfokus pada supremasi udara, sedangkan F-35 memiliki banyak misi seperti  pengeboman dan intersepsi.

Seri jet tempur F-15 tetap menjadi salah satu pesawat tempur yang paling mampu dan sukses di dunia. Amerika Serikat telah mempensiunkan model F-15A dan F-15B, tetapi bermaksud untuk mempertahankan model F15E dan F15EX yang di-upgrade secara signifikan sebagai pasukan tempur udara.

F-16 adalah favorit lama Angkatan Udara dan pesawat tempur paling lengkap di dunia Barat, saat ini ada 2.700 pesawat masih dalam pelayanan di berbagai negara.

F-16 telah diuji dalam pertempuran sebenarnya, F-16 di bawah komando Israel pernah sukses dalam Perang Timur Tengah tahun 1982 dan mengalahkan pesawat tempur  MiG-25 Soviet .

Formasi tempur militer AS yang ditingkatkan, diharapkan dapat bekerja sama lebih baik dengan Angkatan Udara Taiwan di masa depan untuk menanggapi ancaman Tiongkok.

Taiwan sebelumnya memesan 66 unit pesawat tempur F-16V dari Amerika Serikat, yang diharapkan akan dikirim pada tahun 2025. Pada saat yang sama, Taiwan juga menng-upgrade 141 pesawat  F-16 yang ada, yang diharapkan akan selesai pada tahun 2023.

F-16V  memiliki daya dorong yang lebih besar, lebih banyak amunisi yang dipasang, dan jarak lepas landas yang lebih pendek. Selain itu, masing-masing F-16V  memiliki kemampuan pertempuran dengan meningkatkan kejutan dan kestabilan.

Su Ziyun, seorang sarjana di Institut Penelitian Keamanan Pertahanan Nasional Taiwan, menekankan bahwa pesawat F-16V memiliki kekuatan tempur yang kuat dan sepenuhnya sesuai dengan konsep tempur untuk menyerang pantai musuh dan menyerang musuh di tengah jalan, dan dapat mencapai tujuan pencegahan multi-layer.

Peresmian Tim tempur F-16V pertama Angkatan Udara Taiwan digelar di Lanud Chiayi Kamis 18 November.  Upacara ini dipimpin langsung oleh Presiden Tsai Ing-wen. 

Saat ini, AU Taiwan di Lanud Chiayi telah menempatkan 42 pesawat F-16V. Total ada 142 unit F-16 A/B yang direncanakan bakal di-upgrade dengan spesifikasi F-16V. (hui)

Kasus 8 Orang “Harimau Besar” Termasuk Zhou Yongkang, Bo Xilai Tercantum dalam Resolusi Sebagai Putusan yang Tidak akan Direvisi

0

oleh Luo Tingting

Resolusi sejarah ketiga yang disahkan dalam Sidang Pleno Ke-6 Partai Komunis Tiongkok dan diumumkan pada 16 November tercantum : 6 dari 8 orang “harimau besar” Partai Komunis Tiongkok termasuk Zhou Yongkang dan Bo Xilai tercantum sebagai orang yang berambisi terhadap kekuasaan dan konspirator.

Kedelapan orang “harimau besar” dari faksi Jiang Zemin ditulis dalam resolusi sejarah PKT

Pada 16 November, resolusi sejarah ketiga yang disahkan oleh Sidang Pleno Keenam Partai Komunis Tiongkok terdiri dari total 36.000 huruf dan dibagi menjadi 7 bagian. Bagian keempat memperkenalkan secara rinci “prestasi” Xi Jinping yang ditinjau dari 13 aspek, sejak ia ditunjuk sebagai kepala negara melalui hasil Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-18. Laporan “prestasi” tersebut telah menyita setengah lebih dari keseluruhan resolusi itu.

Dalam resolusi yang mencakup topik ‘Memimpin Partai dengan Sikap Tegas’ tertulis : Anti korupsi adalah perjuangan politik besar yang tidak bisa dan tidak boleh kalah. Yang perlu secara tidak henti-hentinya “melumpuhkan harimau”, “membasmi lalat”, dan “memburu rubah”.

Resolusi tersebut menyatakan bahwa masalah politik dan masalah ekonomi, saling terkait satu sama lain, dan tingkat korupsinya ternyata sangat mengejutkan. 

Disebutkan secara khusus tentang ‘7 Hal’ : “Beberapa orang terlibat dalam nepotisme dan penolakan terhadap pembangkang, beberapa terlibat dalam kelompok geng, beberapa terlibat dalam tuduhan yang menggunakan nama palsu, beberapa orang sengaja menyebarkan berita bohong, beberapa berusaha untuk membeli hati orang lain untuk memperoleh suara dalam pemilihan dan lain sebagainya.

Nama-nama Zhou Yongkang, Bo Xilai, Sun Zhengcai, dan Ling Jihua, keempat orang “harimau besar” dari faksi Jiang Zemin ini ditunjuk dalam resolusi. 

Resolusi juga menyebutkan : Kekuasaan harus dikurung dalam kandang sistem … Fokus pada kasus korupsi di mana politik dan masalah ekonomi saling terkait, untuk mencegah pembentukan kelompok kepentingan di dalam partai, dan menyelidiki serta menangani pelanggaran serius terhadap disiplin dan hukum yang dilakukan oleh Zhou Yongkang, Bo Xilai, Sun Zhengcai, dan Ling Jihua.

Di bagian yang mencakup topik ‘Pertahanan Nasional dan Pembangunan Militer’, resolusi menyebut perlunya untuk membersihkan sepenuhnya pengaruh beracun dari Guo Boxiong, Xu Caihou, Fang Fenghui, Zhang Yang, keempat orang “harimau di militer” dari faksi Jiang Zemin ini.

Kedelapan orang “harimau besar”, termasuk Zhou Yongkang dan Bo Xilai yang namanya tercantum dalam resolusi sejarah memicu perhatian dari dunia luar, Karena pencantuman nama mereka akan mengartikan bahwa kasus kedelapan orang tersebut tidak akan pernah mendapatkan revisi putusan di masa mendatang. 

Dalam catatan resolusi sejarah kedua, Lin Biao, Jiang Qing, dan Kang Sheng, tokoh yang bercokol selama Revolusi Kebudayaan juga disebut-sebut sebagai orang yang berambisi terhadap kekuasaan. Dan, pada tahun 1955 Gao Gang dan Rao Shushi juga dicap sebagai orang yang berambisi terhadap kekuasaan, yang semuanya itu sampai sekarang tidak mendapatkan revisi putusan.

Media berbahasa Mandarin di luar negeri ‘Secretchina’ mengutip informasi dari komentator melaporkan bahwa, pemerintahan Xi Jinping telah memasukkan 8 orang “harimau besar” dalam resolusi sejarah. Ini adalah peringatan paling keras kepada kelompok paling korup dari Partai Komunis Tiongkok, yakni Jiang Zemin dan Zeng Qinghong.

6 orang termasuk Zhou Yongkang dan Bo Xilai adalah orang yang berambisi dan konspirator

Sejak Xi Jinping dikukuhkan sebagai Sekjen PKT yang otomatis menjadi kepala negara RRT lewat hasil keputusan Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-18, ia telah berhasil mengukuhkan kedudukan melalui kampanye anti-korupsi. Barisan anti-Xi yang dipimpin oleh Jiang Zemin dan Zeng Qinghong telah mengalami pembersihan dari waktu ke waktu.

Di antara 8 orang “harimau besar” yang ditangkap, 6 di antaranya, termasuk Zhou Yongkang, Bo Xilai, Guo Boxiong, Xu Caihou, Sun Zhengcai, dan Ling Jihua, berulang kali disebut-sebut sebagai orang yang berambisi terhadap kekuasaan dan merupakan konspirator oleh pihak berwenang.

Pada bulan Januari 2016, Xi Jinping mengatakan dalam pidatonya di Sidang Pleno Keenam Komisi Pusat Inspeksi Disiplin ke-18 : “Ada orang-orang yang berambisi terhadap kekuasaan dan merupakan konspirator di dalam partai”.

Setelah Sun Zhengcai diselidiki pada bulan Juli 2017, Zhou Yongkang, Bo Xilai, Guo Boxiong, Xu Caihou, Sun Zhengcai, dan Ling Jihua ditetapkan sebagai orang yang berambisi terhadap kekuasaan dan konspirator.

Pada bulan Oktober tahun yang sama, Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin meloloskan Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-19, menyebutkan dan mengkritik Zhou Yongkang, Sun Zhengcai, Ling Jihua dan lainnya, dengan menyatakan : “(Beruntung) Komite Pusat Partai dapat segera mendeteksi dan mengatasi dengan tegas, dan membasmi orang-orang yang berambisi dan menjadi konspirator ini, sehingga dengan cepat dapat menghilangkan bahaya politik besar yang tersembunyi.

Pada peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis Tiongkok tahun ini, majalah Partai Komunis Tiongkok ‘Qiushi’ menerbitkan sebuah artikel yang menyinggung kembali keenam orang ambisius dan konspirator ini.

Selama Sidang Pleno Ke-6, pihak berwenang sampai 3 kali menyerang “Raja Bertopi Besi”

Wang Youqun, seorang komentator urusan politik menulis dalam artikelnya yang diterbitkan oleh ‘The Epoch Times’, menyebutkan bahwa dalam sembilan tahun sejak Xi Jinping berkuasa, ia telah menangkap dan memenjarakan sekelompok pejabat tinggi partai, pemerintah dan militer yang bercokol dari pemerintah pusat hingga daerah, para kroni yang dibesarkan dan langsung berhubungan dengan kelompok kepentingan Jiang Zemin dan Zeng Qinghong. Orang kepercayaan penting Jiang Zemin dan Zeng Qinghong ini seperti Zhou Yongkang, Guo Boxiong, Bo Xilai, dan “harimau” lainnya hingga saat ini masih ditahan dalam Penjara Qincheng.

Dua hari menjelang diselenggarakannya Sidang Pleno Ke-6 Partai Komunis Tiongkok, media corong Partai Komunis Tiongkok ‘Renmin Rebao’ dan ‘Harian Rakyat Online’ sampai 3 kali berturut-turut menyerang “Raja Bertopi Besi”. 

Wang Youqun mengatakan bahwa di dalam internal partai julukan “Raja Bertopi besi” itu tak lain adalah Jiang Zemin dan Zeng Qinghong. Hal ini menunjukkan bahwa setelah selesainya Sidang Pleno ke-6 dan menjelang datangnya  Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok yang akan diselenggarakan pada tahun 2022 nanti, konflik internal partai antara kelompok Xi dengan Jiang dan Zeng akan terus berlanjut dan semakin seru. (sin)

Mampukah Konferensi Video Biden – Xi Jinping Membuat Suasana Ketegangan Mereda ?

oleh Zhang Ting

Setelah Biden dan Xi Jinping mengadakan pertemuan video pada Senin (15/11/2021) waktu Amerika Serikat, kedua negara tidak mengeluarkan pernyataan bersama. Hal demikian membuat masyarakat internasional bertanya-tanya, apakah pertemuan itu berpengaruh positif terhadap hubungan AS-Tiongkok yang belakangan ini semakin tegang. 

Para pejabat AS menyatakan bahwa tujuan pertemuan itu bukan untuk meredakan ketegangan. Beberapa pakar berpendapat bahwa setelah pertemuan, kedua belah pihak yang mengeluarkan pernyataan terpisah hanya menunjukkan kedalaman perbedaan antara kedua kekuatan.

Selama pertemuan video itu, satu sama lain saling menyatakan ketidakpuasan terhadap beberapa masalah yang dilakukan pihak lawan. AS menyuarakan keprihatinannya tentang catatan hak asasi manusia di daratan Tiongkok, praktik ekonomi dan perdagangan yang tidak adil, perilaku di Laut Tiongkok Selatan, dan masalah-masalah seperti Taiwan dan Hongkong. Selain itu, komunis Tiongkok memperingatkan AS agar tidak “bermain api” dalam isu mengenai Taiwan.

Pejabat AS : Tujuan pertemuan itu bukan untuk meredakan ketegangan

Seorang pejabat senior pemerintah AS dalam briefing kepada wartawan usai konferensi video mengatakan bahwa, pertemuan kedua kepala negara bukanlah semata-mata bertujuan untuk meredakan ketegangan.

“Saya pikir hubungan AS-Tiongkok harus dilihat sebagai hubungan pasang surut yang agak mirip dengan hubungannya di masa lalu. Sampai batas tertentu, kami dapat menganggapnya sebagai keadaan yang stabil. Jadi dalam kondisi seperti ini, kami dapat melakukan dan sedang melakukan banyak hal yang berbeda pada saat yang sama”, kata pejabat tersebut.

 “Jadi, saya tidak berpikir bahwa tujuan (pertemuan) adalah khusus demi meredakan ketegangan, atau ini akan menjadi hasilnya. Kami ingin memastikan bahwa kompetisi dikelola secara bertanggung jawab. Kami punya cara untuk melakukan ini. Presiden sangat jelas dan yakin bahwa dirinya akan berpartisipasi langsung dalam kompetisi yang sengit ini,” tambahnya. 

Para pejabat AS juga mengatakan bahwa masalah hak asasi manusia telah berulang kali disinggung di tempat yang berbeda selama dialog. 

“Anda tahu, selama bertahun-tahun, para pemimpin Amerika Serikat dan komunis Tiongkok telah membahas masalah hak asasi manusia berkali-kali, dan mereka telah membahasnya secara lebih mendetail. Saya pikir memang ada perbedaan dalam pandangan dunia mereka. Ini bukan rahasia lagi”.

Pejabat itu juga menyatakan bahwa, presiden sangat jelas dan jujur ​​tentang serangkaian masalah hak asasi manusia yang ia khawatirkan, serta bagaimana pemerintah komunis Tiongkok berupaya membentuk kembali aturan mainnya. Presiden percaya bahwa metode ini pada dasarnya tidak sesuai dengan jenis tatanan internasional yang telah lama mendukung dunia.

Pejabat itu mengatakan bahwa pemimpin kedua negara juga berbicara tentang masalah ekonomi. 

“Saya ingin menunjukkan secara khusus bahwa presiden memang menekankan pentingnya komitmen Tiongkok pada perjanjian perdagangan tahap pertama, dan dirinya berharap dapat melihat adanya kemajuan nyata dalam dialog antara Katherine Tai (Perwakilan Dagang AS) dengan Liu He (Wakil Perdana Menteri Tiongkok). Kedua pemimpin itu juga berbicara tentang bidang-bidang dimana kedua belah pihak perlu mengambil beberapa tindakan lebih lanjut”, kata pejabat tersebut.

Seorang wartawan bertanya, apakah dalam konferensi video itu Biden ada meminta Xi Jinping untuk ikut berpartisipasi dalam pertemuan untuk membicarakan soal stabilitas senjata nuklir, serta membentuk pagar pembatas pada masalah Taiwan ? pejabat itu menjawab, bahwa tidak setiap poin yang disebutkan dibahas secara rinci, “Tapi yang pasti adalah bahwa presiden memang membahas bidang-bidang yang diyakini saling bersinggungan sehingga menghadapi risiko dalam hubungan, termasuk risiko strategis. Oleh karena itu ia menekankan pentingnya untuk dapat menyelesaikan sejumlah masalah melalui dialog lebih lanjut”.

“Jadi, saya tidak bermaksud untuk menguraikan masalah ini lebih lanjut, hanya untuk mengatakan bahwa serangkaian masalah ini harus menjadi bagian dari diskusi malam ini (15 November waktu AS Timur)”, katanya.

Pakar : AS dan Tiongkok masing-masing mengeluarkan pernyataan yang menyoroti perbedaan antara kedua negara

Meskipun Presiden Biden mengatakan bahwa dia dan Xi Jinping mengadakan pertemuan yang cukup baik, dan pertemuan ini akan membawa banyak pekerjaan lanjutan. Namun, kedua negara tidak mengeluarkan pernyataan bersama, tetapi berbicara dengan kata-kata mereka sendiri. Para pakar percaya bahwa pernyataan terpisah menunjukkan kedalaman perbedaan antara kedua kekuatan.

‘The Guardian’ mengutip Todd Hall, direktur China Center di Universitas Oxford yang mengatakan : “Kedua  pihak sangat jelas dengan perbedaan yang ada pada diri mereka masing-masing dan tidak mungkin ada kesepakatan yang tercapai”.

“Tetapi kedua belah pihak juga mengakui bahwa mereka memiliki kepentingan bersama dalam mengurangi potensi bahaya utama dalam hubungan antara kedua negara dan, jika dimungkinkan, ya bekerja untuk mencapai tujuan bersama”, kata Todd Hall.

‘The Washington Post’ mengutip Ja Ian Chong, seorang pakar keamanan Asia dari National University of Singapore yang mengatakan : “Kedua belah pihak menghadapi beberapa masalah nyata. Kedua belah pihak tampaknya tidak ingin ketegangan lepas kendali sehingga menjadi konflik, tetapi mereka tidak bermaksud mundur dari posisinya masing-masing”.

Tidak ada pernyataan dari kedua belah pihak yang menunjukkan bahwa salah satu pihak bersedia mengalah. Posisi konfrontatif ini telah membawa hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia ini ke titik pergolakan bersejarah, terutama pada masalah Taiwan.

Reuters yang mengutip ucapan Scott Kennedy, seorang pakar urusan Tiongkok dari lembaga pemikir Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington, melaporkan bahwa sulit untuk melihat pengaruh yang nyata dari KTT tersebut. Kedua kepala negara secara terbuka bertukar pandangan tentang semua masalah, tetapi tidak ada keputusan atau langkah kebijakan yang diumumkan.

Scott Kennedy juga mengatakan bahwa mungkin hasil pertemuan ini, akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan, tetapi jika tidak, maka pertemuan ini hanya akan menjadi penegasan kembali posisi dasar kedua belah pihak. 

Kepala negara AS dan Tiongkok tampaknya setuju bahwa hubungan antara kedua negara membutuhkan beberapa pagar pembatas demi stabilitas, “Tetapi mereka gagal mencapai konsensus tentang bagaimana mencapai hal itu”, tegasnya.

KTT tersebut mencakup isu-isu seperti perubahan iklim dan klaim teritorial Beijing di Laut Tiongkok Selatan, tetapi nyaris tidak ada terobosan yang dibuat dalam mengatasi isu-isu yang paling kontroversial seperti Taiwan, perdagangan dan hak asasi manusia.

KTT tidak mencapai kemajuan nyata, komunis Tiongkok masih saja aktif mempromosikan hasil

‘The Washington Post’ menyebutkan bahwa meskipun KTT tidak mencapai kemajuan nyata, tetapi pemerintah Tiongkok memujinya sebagai awal dari hubungan yang lebih setara.

Sejumlah media daratan Tiongkok dibanjiri berita positif tentang KTT ini. Berbagai komentar pun bermunculan bahwa pertemuan ini menandai babak baru dalam menjalin hubungan yang lebih setara antara Beijing dengan Washington.

Kantor Berita Xinhua yang menjadi corong pemerintah melaporkan bahwa, Xi Jinping dalam pertemuan tersebut terus menekankan perlunya memperkuat kerja sama antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, juga mengatakan bahwa pertemuan itu berlangsung dalam suasana terus terang, konstruktif, substantif, yang akan berdampak positif terhadap hubungan kedua negara, dan sebagai sinyal kuat yang dikirim baik ke Tiongkok, Amerika Serikat juga dunia.

Artikel yang disajikan media corong Partai Komunis Tiongkok ‘Renmin Rebao’ dengan nada tinggi menyoroti tentang “Biden kembali menegaskan bahwa dirinya tidak mendukung kemerdekaan Taiwan”.

Komunitas bisnis menyambut baik pembicaraan AS-Tiongkok

Investor optimis dengan pertemuan tersebut. Dengan terselenggarakannya KTT ini, nilai tukar RMB di darat Tiongkok terhadap dolar AS naik 0,3%, yang mendekati level tertinggi sejak tahun 2018. Meskipun kemudian mengalami sedikit menurun pada penutupan transaksi bursa pada hari itu.

Pihak Amerika Serikat dengan jelas telah menyatakan bahwa pertemuan kali ini tidak akan mencapai hasil yang konkrit, yang ternyata terbukti demikian. Kedua belah pihak tidak membuat kemajuan dalam banyak masalah dalam konflik. Kecuali pemerintah Tiongkok yang mengumumkan lewat kesempatan tersebut, bahwa pihak berwenang Tiongkok setuju untuk menyediakan versi yang lebih ditingkatkan dari “jalur cepat” bagi pengusaha Amerika Serikat yang hendak melakukan perjalanan ke daratan Tiongkok. Dan, hal ini mendapat sambutan baik dari kelompok bisnis Amerika Serikat di Tiongkok.

Bloomberg melaporkan bahwa Ker Gibbs, ketua Kamar Dagang Amerika di Shanghai (AmCham) mengatakan  optimis dengan hubungan ini”.

“Semua yang perlu disampaikan sudah diutarakan. Sepertinya kedua pemimpin mengambil sikap yang sangat pragmatis terhadap hubungan ini”, kata Ker Gibbs. (sin)

Tiongkok dan India Mengubah Nasib Batu Bara? KTT Iklim Menyelesaikan Aturan Pasar Karbon

Li Qingyi dan Huang Wei – NTD

KTT Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa berakhir pada 13 November, tetapi pada menit terakhir, Majelis Umum merevisi perjanjian tersebut, mengubah “penghapusan bertahap” batu bara menjadi  “pengurangan bertahap”, yang mengecilkan kata-kata kunci tentang batu bara.

Perubahan ini karena kegigihan Tiongkok dan India, Ketua KTT Iklim Alok Sharma pada 14 November, mengatakan bahwa kedua negara perlu membuktikan bahwa langkah itu benar.

“Tentu saja, saya ingin memastikan bahwa  semuanya terus ‘menghapus secara bertahap’ daripada mengubah kata menjadi ‘mengurangi secara bertahap’. Namun, dalam proses penghapusan,  harus secara bertahap dikurangi. Tentu saja, terkait dengan Batubara, Tiongkok dan India harus membuktikan kepada negara-negara yang rentan terhadap pemanasan global bahwa apa yang terjadi (perubahan ini) adalah benar,” kata Alok Sharma, Ketua KTT Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-26.

Kesepakatan tersebut untuk pertama kalinya menyebutkan bahwa bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam merupakan faktor pendorong krisis iklim. Selain itu, menyebutkan bahwa batu bara merupakan penyumbang terbesar perubahan iklim.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson menuturkan, Untuk pertama kalinya dalam sejarah, lebih dari 190 negara  sepakat untuk membunyikan lonceng kematian bagi energi batu bara.”

Perjanjian tersebut meminta semua negara untuk mengajukan rencana baru pada tahun 2022 untuk mempercepat pengurangan emisi karbon.

KTT iklim juga menyelesaikan aturan pasar karbon yang belum terselesaikan dari Perjanjian Paris. Negara-negara dapat memperdagangkan kuota emisi karbon di pasar global dengan menciptakan insentif moneter untuk pengurangan karbon. Kesepakatan ini terutama memecahkan dua masalah: jika satu negara menyumbangkan uang untuk membantu negara lain mengurangi karbon, seperti penghijauan atau pembangunan fasilitas energi terbarukan di negara lain, maka pencapaian pengurangan karbon negara lain dapat dihitung sebagai miliknya. Ada juga metode perhitungan kredit emisi karbon.

Selain itu, meskipun tuan rumah, Inggris, berharap dapat mengendalikan pemanasan iklim global hingga 1,5 derajat Celcius. Para ilmuwan PBB menilai pekan lalu bahwa rencana iklim terbaru dari berbagai negara memanaskan bumi hingga 2,7 derajat Celcius.

Ada juga banyak orang yang meragukan tentang KTT iklim apakah telah membuat kemajuan nyata. Pasalnya, penghasil utama gas rumah kaca belum membuat komitmen yang kuat. (hui)

Undang-Undang Baru Sensor Film di Hong Kong Paling Mengancam Sutradara Independen

Michael Washburn

Undang-Undang Sensor film yang disahkan oleh legislatif Hong Kong minggu lalu, seolah-olah ditujukan untuk mempromosikan keamanan nasional, para pengamat mengatakan di tengah memburuknya  kebebasan intelektual dan kreatif di Hong Kong, undang-undang sensor film tersebut sebagai salah satu upaya  terang-terangan untuk menindas Hong Kong lebih dekat dengan mesin pemerintahan otoriter di Beijing.

Secara teoritis Undang-Undang Sensor film Hong Kong, ditujukan kepada konten film yang dapat membahayakan keamanan negara serta mengancam para pelanggar dengan denda dan hukuman kurungan hingga tiga tahun. 

Undang-Undang sensor film tersebut adalah sebuah bagian pendekatan tangan-besi Beijing yang lebih umum, seperti yang dicontohkan oleh Undang-Undang Keamanan Nasional yang diberlakukan di Hong Kong pada tahun 2020.

Langkah baru-baru ini adalah bagian upaya Beijing dalam mengantisipasi tahun 2046—–akhir periode 50 tahun di mana Beijing mempertahankan kebebasan dan otonomi Hong Kong yang tidak ditemukan di Daratan Tiongkok.

“Dari sudut pandang Beijing, undang-undang baru ini adalah bagian proses menyelaraskan standar, nilai, dan praktik Hong Kong dengan pedoman di seluruh Republik Rakyat Tiongkok,” kata Chris Berry, seorang profesor studi film di King’s College London yang telah banyak menulis mengenai bioskop Tiongkok dan menyunting dua seri buku untuk Hong Kong University Press.

“Saat kita berjalan hingga tahun 2046 … keselarasan yang semakin dekat adalah tujuannya. Tetapi dari sudut pandang penduduk setempat di Hong Kong yang menghargai sistem keberadaan mereka, hal itu adalah bukti lebih lanjut dari kemunduran,” tambahnya. 

Penindasan yang Ditingkatkan

Undang-undang baru tersebut adalah tidak mengejutkan, mengingat penolakan pemimpin Tiongkok Xi Jinping secara eksplisit terhadap nilai-nilai “Barat” seperti kebebasan berbicara adalah tidak sesuai dengan sebuah  masyarakat yang harmonis, kata Chris Berry. 

Hal ini mewakili sebuah ekspansi, dalam kedok yang tidak meyakinkan untuk mempromosikan keamanan nasional, dari banyak tindakan otoriter dan represif  yang sama oleh Beijing telah berlaku di Tiongkok dan di Hong Kong selama bertahun-tahun.

Namun, undang-undang tersebut kemungkinan akan memengaruhi beberapa pembuat film dan genre film lebih dari yang lain. Untuk semua nilai yang banyak di Hong Kong menempatkan kemerdekaan politik dan artistik, tidak semua pembuat film di Hong Kong berupaya mengikuti sebuah jalan yang benar-benar independen dari Beijing, mengingat potensi pasar yang sangat menguntungkan untuk film di Tiongkok, di mana pengembalian box office melebihi pasar lain di dunia.

Produksi bersama Tiongkok–Hong Kong seperti “Project Gutenberg,” “Operasi Laut Merah” dan “L Storm” telah melakukan dengan sangat baik secara komersial, dan sutradara terkemuka Hong Kong seperti Tsui Hark mempertahankan sebuah kantor di Tiongkok.

Chris Berry melihat industri film Hong Kong mengalami penurunan sebuah jalur bercabang setelah pelaksanaan sebuah perjanjian perdagangan bebas antara Tiongkok Daratan dengan Hong Kong pada 1 Januari 2004. Di bawah perjanjian tersebut, produksi bersama Hong Kong–Tiongkok menikmati status film domestik dan tidak tunduk pada kuota ketat Tiongkok untuk film asing. Para pembuat film Hong Kong yang berpikiran komersial telah memanfaatkan peluang tersebut dan memasukkan proyek mereka ke dalam kebudayaan Daratan Tiongkok, sangat banyak termasuk sensor yang berlaku di sana, kata Chris Berry.

Oleh karena itu, Undang-Undang baru ini tidak banyak berubah bagi para Filmmaker bersama Hong Kong–Tiongkok. Di mana hal itu mungkin memiliki sebuah efek yang jauh lebih besar, dan menjadi lebih mengikis sedikit kebebasan politik dan kreatif yang tersisa di Hong Kong, berada dalam domain para pembuat film lokal yang mengejar proyek film independen.

“Para pembuat film Hong Kong yang ingin fokus pada kebudayaan dan isu-isu di Hong Kong, dan terus-menerus menggunakan kebebasan berbicara membangun sebuah kebudayaan yang hidup dari film beranggaran kecil, mulai dari dokumenter, Film pendek hingga fitur dramatis,” kata Chris Berry. 

“Sebuah industri distributor setempat dan bioskop mengedarkan film mereka. Kelangsungan hidup industri setempat ini adalah diragukan di bawah kondisi-kondisi undang-undang yang baru itu,” ujarnya. 

Siapa yang Paling Dalam Bahaya?

Meskipun akan menyenangkan untuk membayangkan bahwa film diproduksi dan dirilis sebelumnya untuk pelaksanaan hukum tersebut dikecualikan. Chris Berry melihat hukum tersebut terjadi saat ini yang mempengaruhi masa lalu, dan di situlah bahayanya mungkin yang terhebat bagi para pembuat film independen. 

Tentu saja, ketika para pembuat film independen membuat pekerjaannya, mereka tidak mengetahui bahwa konten dalam film mereka akan melanggar sebuah undang-undang yang belum ada di buku.

Chris Berry menilai mungkin atau bahkan cenderung seperti film antologi dystopia tahun 2015 “Ten Years,” yang memenangkan Best Picture di Penghargaan Film Hong Kong ke-35 dan menjadi target serangan ganas dari pers yang dikendalikan Partai Komunis Tiongkok, karena penggambaran “Ten Years” mengenai memburuknya represi politik dan pelecehan terhadap penduduk, mungkin sekarang berada di bawah pengawasan sensor.

“’Ten Years’ adalah sebuah koleksi film pendek yang membayangkan seorang distopia masa depan di Hongkong. Pada saat itu, “Ten Years” tampak histeris dan berlebihan bagi banyak orang. Sekarang, hanya enam tahun kemudian, komentator yang sama mengatakan “Ten Years” adalah tepat,” kata Chris Berry.

Dalam pandangan Chris Berry, komunitas kecil para pembuat film Tiongkok Daratan yang diasingkan ke Hong Kong dengan harapan menemukan sebuah lingkungan yang lebih bebas di mana untuk bekerja sekarang mungkin menemukan kebebasan itu dibatasi.

‘Penahanan’ dan Kebudayaan Setempat

Michael Berry (tidak berkaitan), Direktur Pusat UCLA untuk Studi Tiongkok, juga melihat integrasi yang semakin ketat dari sebagian besar industri film Hong Kong dengan Republik Rakyat Tiongkok, dan sebuah peran yang berkembang untuk banyak nama terkemuka di Hong Kong dalam film-film yang diproduksi di Daratan TIongkok. 

Michael Berry mengatakan Peter Chan, Tsui Hark, Dante Lam, dan Stephen Chow adalah contoh talenta Hong Kong yang mengambil kesempatan untuk membuat film beranggaran besar di Tiongkok, dengan semakin berkurangnya minat pada kebudayaan setempat Hongkong. Kehidupan profesional mereka cenderung mengalami gangguan yang relatif sedikit akibat undang-undang baru tersebut.

“Penahanan yang tinggal di Hong Kong untuk membuat film berbahasa Kanton yang diisi dengan warna setempat dan diinformasikan oleh sebuah sikap politik yang lebih tegang adalah sudah cukup kecil jumlahnya dibandingkan dengan eksodus daftar-A ke Daratan Tiongkok,” kata Michael Berry.

Sekarang, hal-hal tersebut bahkan lebih sulit bagi penahanan, yang tidak hanya harus bergulat dengan kesulitan ekonomi membuat film-film dengan anggaran lebih kecil tetapi dengan apa yang disebut Michael Berry sebagai “sebuah ladang ranjau baru dari zona merah politik yang harus dihindari.”

Menurut Berry, Sebagai akibatnya, banyak pembuat film Hong Kong memilih untuk membuat film dengan nama samaran, menyensor pekerjaannya sendiri, pergi ke luar negeri, atau menyerah dan berhenti memproduksi film.

Michael Berry melihat apa yang terjadi di Hong Kong sebagai gejala “kebaikan kisah Tiongkok” bahwa Partai Komunis Tiongkok telah secara agresif didorong, yang membuat Hong Kong kesulitan, jika bukan tidak mungkin, bagi para pembangkang untuk mengklaim legitimasi dan membawa pesan mereka ke masyarakat. 

Michael Berry menunjuk ke Denise Ho, Chapman To, dan Anthony Wong sebagai contoh para pembuat film dan seniman yang telah berbicara secara terbuka menentang penindasan Partai Komunis Tiongkok dan yang mungkin sekarang menemukan hidup mereka bahkan lebih sulit.

Tetapi efek dari undang-undang yang baru itu tidak berhenti sampai di situ.

“Selain aktivis-aktivis publik dan selebriti-selebriti, bahkan film dokumenter independen yang beranggaran kecil mengenai topik-topik seperti 4 Juni, Gerakan Payung, Hak Asasi LGBTQ, dan area lain yang dianggap ‘sensitif’ di Tiongkok Daratan mengalami risiko dihapus,” kata Chris Berry.

“Industri film Hong Kong selalu merupakan sebuah industri yang didorong lebih komersial daripada daerah lain dan perubahan baru ini akan lebih lanjut memastikan bahwa suara film seni ikonoklastik yang sudah terpinggirkan dan sinema politik yang tegang akan didorong lebih jauh dari pusat.” (Vv)

Michael Washburn adalah reporter lepas berbasis di New York yang meliput topik terkait Tiongkok. Ia memiliki latar belakang jurnalisme hukum dan keuangan, dan juga menulis tentang seni dan budaya. Selain itu, ia adalah pembawa acara podcast mingguan “Reading the Globe.” Buku-bukunya termasuk “The Uprooted and Other Stories,” “When We’re Grownups,” dan “Stranger, Stranger.”

China Evergrande Mendapat Suntikan Dana Sebesar RMB. 7 Miliar Hasil Penjualan Aset Pribadi Dewan Direksinya Xu Jiayin

0

oleh Li Jing

Krisis utang berjumlah triliunan dari China Evergrande sedang mendapat sorotan pasar keuangan global. Untuk menjaga likuiditas perusahaan, Xu Jiayin, ketua dewan direksi Evergrande, menyuntikkan dana dari hasil penjualan aset pribadinya.

Pada 16 November, media Tiongkok ‘yicai’ mengutip informasi yang disampaikan oleh sumber terpercaya melaporkan bahwa, sejak 1 Juli tahun ini hingga sekarang, untuk menjaga likuiditas grup, Xu Jiayin telah mengumpulkan dana melalui penjualan aset pribadi atau pelepasan hak atas ekuitas yang dijanjikan. Kabarnya akumulasi dana yang kemudian disuntikkan ke grup sudah mencapai lebih dari RMB. 7 miliar.

“Saat ini, Xu Jiayin secara pribadi mengumpulkan dana demi menyambung hidup Evergrande”, kata sumber.

Bulan lalu, dua orang sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters, bahwa pihak berwenang Tiongkok mendesak Xu Jiayin menggunakan sebagian dari penjualan kekayaan pribadinya untuk membantu pembayaran hak pemegang obligasi perusahaannya.

Laporan semi-tahunan China Evergrande yang telah dirilis sebelumnya menunjukkan bahwa pada 31 Juni, Evergrande berutang total RMB. 1,97 triliun (setara USD. 300 miliar) kepada pemasok, kreditur, dan investor.

Pada awal Oktober tahun ini, JPMorgan Chase mengeluarkan berita yang menyatakan bahwa China Evergrande Group memiliki sejumlah besar hutang tersembunyi, yang menyita 55% dari total hutang aktual, dan rasio utang bersih perusahaan juga lebih tinggi dari 177%, lebih besar 100% dari yang mereka nyatakan dalam laporan.

Frank Tian Xie, ​​​​seorang profesor dari Aiken School of Business di University of South Carolina, Amerika Serikat menjelaskan bahwa dari perspektif bisnis, ekonomi, dan hukum, tidak masuk akal membiarkan Xu Jiayin secara pribadi yang mendanai pembayaran utang perusahaan. Tetapi ada faktor perselisihan di internal Partai Komunis Tiongkok dan faktor politik yang membelakangi tindakan yang diambil Xi Jinping itu. Karena sebagai konglomerat asal pemegang kekuasaan, kekayaan yang diraih Evergrande mungkin tidak seluruhnya berada di tangan Xu Jiayin, dan lebih banyak lagi yang berada di tangan para mantan penguasa yang beroposisi dengan Xi.

Baru-baru ini, berita tentang penjualan aset pribadi Xu Jiayin juga telah banyak beredar di pasar. Kabarnya bahwa paket aset Xu Jiayin yang telah dijual meliputi 3 buah gedung apartemen di Hongkong, rumah mewah di Guangzhou dan Shenzhen, dan beberapa pesawat jet pribadi.

Wall Street Journal mengutip sumber yang mengetahui masalah ini pada 5 November mengungkapkan bahwa China Evergrande mengumpulkan lebih dari USD. 50 juta melalui penjualan 2 unit pesawat milik pribadi pada bulan Oktober, membawa uang tunai yang sangat dibutuhkan perusahaan untuk membantunya pembayaran hutangnya.

Pada akhir September, China Evergrande menyatakan bahwa salah satu anak perusahaannya berencana untuk menjual hampir 20% saham Shengjing Bank, yang berkantor pusat di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, kepada Shengjing Finance (Kelompok Investasi Holding Keuangan Shenyang Shengjing). Setelah transaksi selesai, perusahaan milik negara ini setelah menerima pengalihan menjadi pemegang saham terbesar Shengjing Bank.

Di sisi lain, Reuters yang mengutip ungkapan 2 orang sumber itu pada 15 Oktober mengatakan bahwa, pengembang China Yuexiu Real Estate telah menarik diri dari transaksi akuisisi gedung kantor pusat China Evergrande di Hongkong yang nilainya mencapai USD. 1,7 miliar.

Menyangkut hasil akhir dari krisis Evergrande, komentator politik Zhang Tianliang dalam program medianya sendiri menuturkan bahwa Evergrande dapat mengikuti jejak yang ditempuh HNA, yakni bangkrut kemudian reorganisasi. Yang mana pada akhirnya, menggiring Xu Jiayin dimintai pertanggungjawaban atau bahkan masuk penjara.

Pada 4 November, majalah Forbes mengumumkan daftar orang kaya daratan Tiongkok tahun 2021. Xu Jiayin, telah turun dari peringkat 10 tahun lalu dengan kekayaan RMB. 180,82 miliar menjadi peringkat 44 dengan kekayaan yang turun tajam menjadi RMB. 76,4 miliar. (sin)

Marsekal Hadi Tjahjanto Resmi Serahkan Jabatan Panglima TNI ke Jenderal Andika Perkasa

0

ETIndonesia- Marsekal TNI Hadi Tjahjanto resmi menyerahkan jabatan Panglima TNI kepada  Jenderal TNI Andika Perkasa di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (18/11/2021).

Melansir dari siaran pers Puspen TNI, sebelumnya dilaksanakan penyerahan Naskah Memorandum Panglima TNI dari Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kepada Jenderal TNI Andika Perkasa di Ruang Rapat Paripurna Mabes TNI.

Dalam pelaksanaan upacara tersebut bertindak selaku Inspektur Upacara adalah Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa. Dilanjutkan dengan penyerahan Panji TNI “Tri Dharma Eka Karma” dan penandatanganan naskah serah terima jabatan dari Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kepada Jenderal TNI Andika Perkasa.

Jenderal TNI Andika Perkasa mengucapkan terima kasih banyak kepada Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang sudah membuat acara serah terima jabatan pagi ini demikian berbeda.

“Kami merasa terhormat semuanya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Andika Perkasa mengatakan akan melanjutkan tugas-tugas yang sudah dilakukan oleh Marsekal TNI Hadi Tjahjanto sesuai tugas pokok yang sudah dibuat spesifik dalam UU 34 Tahun 2004.

“Saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk melanjutkannya,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan bahwa selaku senior yang akan mengakhiri masa dinasnya tidak akan berhenti untuk terus mendoakan yang terbaik untuk TNI. 

“Kepada Panglima TNI, adik saya Jenderal TNI Andika Perkasa saya selalu berdoa untuk senantiasa untuk diberikan kesehatan dan dapat melaksanakan tugas negara yaitu tugas mulia dengan aman dan lancar,” ucapnya. (Puspen TNI/asr)

Minyak Goreng di Pasaran Mahal, Pelaku Usaha Guyur Minyak Kemasan 11 Juta Liter Seharga Rp 14.000 per Liter

0

ETIndonesia- Pemerintah mengapresiasi   komitmen   pelaku   usaha   untuk menyediakan  minyak  goreng  kemasan  sederhana  sebanyak  11  juta  liter seharga Rp14.000 per  liter di  tengah  tren  kenaikan  minyak  goreng  saat  ini. 

Penyediaan tersebutdilakukan  produsen  minyak goreng  yang  tergabung  dalam  Gabungan  Industri  Minyak  Nabati  Indonesia  (GIMNI)  dan Asosiasi Industri  Minyak  Makan  Indonesia(AIMMI) bekerja  sama  dengan  ritel  modern  anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO).

Direktur  Jenderal  Perdagangan  Dalam  Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengatakan Pemerintah mengapresiasi komitmen produsen yang bersedia mengurangi keuntungan dalam rangka memberikan  minyak  goreng  terjangkau  bagi  masyarakat  di  tengah  kenaikan  harga minyak  sawit mentah (crude  palm  oil/CPO)sebagai  bahan  baku  minyak  goreng.  

“Diharapkan langkah  tersebut segera  diikuti  produsen  minyak  goreng  lainnya  untuk  menambah  ketersediaan  minyak  goreng kemasan sederhana di masyarakat saat ini,” ujarnya Senin(15/11).

Oke   menambahkan,  penyediaan   minyak   goreng   kemasan   sederhana  dengan  harga   terjangkau dilakukan minimal hingga menjelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.

“Penyalurannya telah dimulai pada awal November di AEON Jakarta Garden City (JGC) dan segera akan diikuti ritel modern  lainnya. Penjualannya dibatasi 1 kemasan per orang per hari,”ujar Oke.

Saat ini, harga CPO Dumai dilaporkan sebesar Rp12.700 per literatau naik 5,06 persen dibandingkan bulan  lalu. Berdasarkan  pantauan  Kemendag,  harga  minyak  goreng  per  12  November  2021  lalu tercatat  sebesar  Rp16.500per  liter untuk  minyak  goreng  curah,  Rp16.800per  liter untuk  minyak goreng kemasan sederhana, dan Rp 18.300per liter untuk minyak goreng kemasan premium. (asr)

Garda Nasional Oklahoma Menolak Mandat Vaksin, Pentagon Merespon

Xiao Jing

Menanggapi penolakan Garda Nasional Negara Bagian Oklahoma terhadap mandat vaksin COVID-19 Pentagon terhadap semua prajurit, Departemen Pertahanan menyatakan bahwa mereka akan menanggapi gubernur negara bagian Kevin Stitt .

“Kami mengetahui memorandum yang dikeluarkan oleh letnan gubernur Oklahoma mengenai vaksinasi Garda Nasional terhadap COVID, dan permintaan gubernur untuk pengabaian. Kami akan menanggapi gubernur dengan tepat,” kata juru bicara Pentagon, John Kirby  dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan kepada media pada 13 November.

Kirby tidak merinci bagaimana Departemen Pertahanan akan merespons. Dia mengatakan Menteri Pertahanan Lloyd Austin “percaya bahwa tentara yang divaksinasi adalah tentara yang lebih siap.” Inilah sebabnya mengapa dia memerintahkan vaksinasi wajib dari seluruh tentara. Garda Nasional, telah memberikan kontribusi yang signifikan untuk misi domestik dan misi luar negeri.”

Dua hari lalu, pada Hari Veteran 11 November, Komandan Garda Nasional Oklahoma yang baru diangkat dan Brigadir Jenderal Thomas Mancino, mengeluarkan memorandum yang menyatakan bahwa dia akan menolak mandat vaksin dari Pentagon.

Batas waktu wajib vaksin militer ini adalah 2 November. Menurut pernyataan September lalu dari Sistem Kesehatan Militer Federal atau Military Health System Pentagon, telah menetapkan batas waktu vaksinasi untuk semua personel cadangan Angkatan Darat dan anggota Garda Nasional pada 30 Juni 2022.

Mancino menulis dalam memorandumnya: “Terlepas dari persyaratan federal lainnya, saya dengan ini memerintahkan agar Garda Nasional Oklahoma tidak diharuskan untuk divaksinasi terhadap COVID-19.” 

Komando Negara Bagian Oklahoma akan melanjutkan  dengan kebijakan Departemen Pertahanan, pengecualian vaksin federal akan diproses .

“Selain itu, tidak ada tindakan administratif atau hukum negatif yang akan diambil terhadap Garda Nasional yang menolak menerima vaksin COVID-19,” tulis Mancino.

Menurut memorandum Mancino, Partai Republik dan Gubernur Kevin Stitt sebelumnya meminta Menhan Austin dan para pemimpin Pentagon lainnya, untuk mengecualikan arahan vaksin. Sampai saat ini, dia masih menunggu keputusan.

Memorandum itu dikeluarkan sehari setelah Mancino diangkat menjadi komandan Oklahoma Army and Air National Guard, menggantikan Mayor Jenderal Michael Thompson. Sedangkan Thompson adalah pendukung mandat vaksin. Ia pernah mengatakan anggota Garda Nasional (yang menolak untuk divaksinasi) akan menanggung konsekuensinya.

“Selama berbulan-bulan, gubernur telah mencari perubahan. Thompson (Jenderal)  mengajukan pengunduran dirinya. Begitu dia memilih Mancino (Jenderal) sebagai penggantinya, gubernur akan segera membuat keputusan,” kata Juru bicara Gubernur Negara Bagian Oklahoma, Carly Atchison dalam sebuah pernyataan kepada The Epoch Times.

Pada waktu  pers, Pentagon tidak menanggapi permintaan komentar dari  English Epoch Times.

Pada saat yang sama, mandat vaksin Departemen Pertahanan AS untuk anggota Garda Nasional juga menghadapi banyak gugatan hukum, termasuk  yang diajukan oleh anggota SEAL awal bulan ini. Mereka menuntut  pengecualian mandat vaksin dengan alasan agama. 

Mereka mengajukan pengaduan ke Pengadilan Distrik untuk Distrik Utara Texas. (hui)