
Oleh: Lin Shi yuan
Sejak Darwin mengemukakan teori evolusi, semakin banyak fakta menunjukkan tidak dapat menemukan cukup bukti untuk membuktikan teori evolusi.
Dan faktanya justru terbalik dengan harapan Darwin 150 tahun silam, karena semakin banyak bukti lebih lanjut menyebutkan bahwa evolusi bukan teori ilmiah, tidak sesuai dengan prinsip-prinsip percobaan ilmiah yang dapat diuji.
Fakta pertama:Tidak dapat menemukan bukti evolusi yang dapat diamati
Dalam video “mencari kebenaran” yang diproduksi Al Najat Charitable Society Kuwait menunjukkan, para evolusionis dan mereka yang percaya pada teori ini tidak bisa menyebutkan satu contoh bukti konkret yang menegaskan bahwa kehidupan sedang berevolusi, mereka hanya membayangkan bagaimana wujud evolusi puluhan juta tahun silam itu sebagai alasan.
Saluran TV “mencari kebenaran”mewawancarai profesor evolusi dan Mahasiswa di University of California Los Angeles (UCLA), dan hasilnya ditemukan bahwa meskipun mereka percaya dengan evolusi, tapi tidak bisa menyebutkan contoh bahwa “evolusi itu nyata”.
Mereka menjawabnya seperti ini, “Sebagai contoh, kita melihat makhluk hidup pada 65 juta tahun yang lalu ……” Tapi, tidak ada yang bisa melihat secara konkret bagaimana bentuk lingkungan hidup dan kondisi kehidupan mereka pada 65 juta tahun silam itu.
“Evolusi tidak dapat dideteksi oleh waktu,” kata Dr. Gail E. Kennedy, asisten Profesor Antropologi dalam sebuah wawancaranya.
Sementara mahasiswa yang percaya pada evolusi ini mengatakan, mereka hanya percaya pada buku pelajaran sekolah, tapi tidak dapat melihat sebuah contoh ril yang dapat disaksikan.
Fakta kedua:Tidak ada spesies sedang “berevolusi”
Pewawancara bertanya pada seorang profesor, bisakah menyebutkan sebuah contoh yang menunjukkan bahwa spesies sedang berubah. Tidak, jawab mereka. Mutasi resistensi bakteri yang sering disinggung dalam sains bukan bukti dari “perubahan spesies.”Karena, resistensi bakteri tidak pernah berubah menjadi spesies lain, yang berubah hanya kemampuan bertahan hidup bakteri -dapat dibasmi tanpa obat.
“Saya pikir contoh yang dapat saya kemukakan adalah kucing dan anjing puluhan juta tahun silam. Tapi ini bukan contoh dari suatu spesies menjadi spesies lain. Ini murni hanya perubahan kelompok yang terjadi pada spesies kucing dan anjing saja (misalnya, kucing banyak jenisnya, tetapi mereka adalah kucing), dan tidak ada hubungan apapun dengan perubahan seluruh spesies seperti yang dibayangkan Darwin,” kata Peter Nonacs, profesor ekologi dan biologi evolusi.
Fakta ketiga: Spesies Tanpa Link
Teori Evolusi berusaha menghadirkan alasan ilmiah dengan membeberkan banyak bukti kalau kehadiran banyak spesies di bumi adalah bukti kebenaran teori evolusi. Pernyataan ini dangkal dan tidak ilmiah. …. coba bayangkan, teori evolusi menjajarkan beberapa gambar spesies yang mirip dan mengklaim kalau mereka berevolusi satu sama lain.
Manusia adalah contoh paling bagus. Di buku teks biologi dijelaskan kalau banyak ratusan spesies kera yang hidup dan sudah punah. Ditunjukkkan gambaran monyet dari spesies paling historical atau pra sejarah sampai kera modern hingga akhirnya manusia sejarah hingga manusia modern. Terutama tulang tengkorak spesies-spesies ini yang ditonjolkan pembahasannya.
Darwin hanya berusaha membuat sebuah keyakinan baru kalau ada sebuah “missing link” atau kesenjangan antara manusia dan monyet. Ini bisa dilakukan karena ada monyet dan kera yang sudah punah. Tapi bagaimana dengan gajah dan jerapah? Apakah ada pembahasan tulang gajah pra sejarah yang kuno kemudian menjadi bentuk lain (karena kera berubah menjadi manusia)?
Inilah kepalsuan teori Evolusi. Gambar-gambar jenis spesies tersebut hanyalah sebuah pengelompokan mahluk tapi tidak bisa membuktikan kebenaran teori Evolusi.
Sebenarnya Darwin tidak pernah memastikan teorinya. Menurut ilmuwan, sebenarnya teori evolusi hanya sebuah teori hipotesis, Darwin berharap kelak dapat menemukan bukti yang meyakinkan. Untuk membuktikan bahwa teori evolusinya itu benar, bukti yang ada tidak dapat bertahan hingga saat ini, lagi pula teori evolusi sangat jauh berbeda dengan kenyataan, bukti masih samar-samar, dan kesimpulanya juga tidak dapat diulang. Namun demikian masih ada sarjana yang belakangan meneruskannya dan menganggap teori itu sebagai suatu keyakinan yang ilmiah. (Epochtimes/joni/rmat)