Demi Kedekatan Hubungan dengan Korut, Otoritas Beijing Pulihkan Penerbangan ke Pyongyang

oleh Luo Tingting –NTDTV.com

KTT Trump – Kim Jong-un kian mendekat, upaya otoritas Beijing bergegas untuk mempererat hubungan dengan Pyongyang kian nyata.

Maskapai penerbangan Air China pada 5 Juni mengeluarkan pengumuman yang menyatakan bahwa penerbangan Beijing – Pyongyang akan dilangsungkan kembali mulai 6 Juni.

Sebelumnya, akibat sanksi yang diberikan kepada Korea Utara, Air China menghentikan penerbangan rute termaksud.

Penanggungjawab Air China pada 5 Juni mengatakan, penerbangan rute Beijing – Pyongyang akan diadakan 3 kali dalam seminggu dengan pesawat CA121.

Pada Nopember tahun lalu, Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara atas uji coba senjata nuklir, dan hubungan diplomatik Tiongkok – Korea Utara pun menjadi buruk. Akhirnya Air China menghentikan pelayanan penerbangan jalur tersebut.

Menanggapi pemulihan penerbangan tersebut, analisis media Korea Selatan Yonhap menyebutkan bahwa akibat belakangan ini khususnya menjelang KTT Trump – Kim Jong-un terjadi berulang situasi yang ‘kurang menghargai kedudukan Beijing’, sehingga otoritas Beijing melepaskan sinyal kepada Korea Utara untuk mempererat persahabatan. Dalam rangka untuk memulihkan pengaruh Beijing di Semenanjung Korea yang sedang melemah.

Menurut analisis lain, upaya Beijing mempererat tali hubungan dengan Korea Utara adalah situasi di mana Beijing menaruh kewaspadaan tinggi terhadap KTT Trump – Kim, atau dalam proses mengumumkan berakhirnya Perang Korea muncul situasi mengesampingkan Beijing.

Sumber asal Beijing juga mengatakan bahwa Beijing baru-baru ini meluncurkan sejumlah program pertukaran sipil dengan Korea Utara, adalah karena Tiongkok khawatir tentang menurunnya pengaruh Beijing di semenanjung. Pemulihan penerbangan dari dan ke Pyongyang oleh Air China juga merupakan bagian dari pertimbangan yang sama.

Saat ini, jadwal KTT Trump – Kim tidak mengalami perubahan. Khususnya setelah Trump bertemu dengan utusan Korea Selatan pada 3 Juni lalu. Dan persiapan pun sedang berlangsung.

Media Korea Selatan baru-baru ini memberitakan bahwa Presiden Moon Jae-in besar kemungkinan akan menghadiri KTT tersebut di Singapura. Pembicaraan nantinya mungkin juga menyangkut soal deklarasi gencatan senjata demi mengakhiri Perang Korea.

Beijing menyatakan sikap tidak puas atas pernyataan tersebut karena tanpa melibatkan pihak Tiongkok, mengklaim bahwa tanpa partisipasi Tiongkok, deklarasi gencatan senjata adalah tidak valid.

Karena tekanan dari sengketa perdagangan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, Beijing secara rutin menarik Korea Utara dalam upaya untuk meningkatkan daya tawar dengan Amerika Serikat.

Dan, Trump menyatakan ketidakpuasannya dengan kontak yang sering terjadi antara Tiongkok dengan Korea Utara, dan dia tidak dapat mentolerir sikap Korea Utara yang selalu berubah. Bahkan telah dengan tegas membatalkan pertemuannya dengan Kim.

Kim Jong-un yang ketakutan dengan cepat mencari bantuan lewat Korea Selatan. Di bawah penengahan Presiden Korea Selatan, KTT akhirnya dapat diteruskan. (Sinatra/asr)