Terungkap! Krisis Sosial di Balik Mogok Kerja Besar-Besaran Pengemudi Truk Tiongkok

oleh Xiao Lusheng – Epochtimes.com

Pemogokan nasional pengemudi truk yang sedianya akan berlangsung secara bersamaan pada 10 Juni 2018 tetapi telah terjadi pada 8 Juni lalu, dan masih berlanjut sampai berita tersebut diturunkan.

Para pengamat berpendapat bahwa pengemudi truk tersebut hanya merupakan bagian kecil dari kekuatan masyarakat. Namun jika seluruh kekuatan masyarakat bergabung untuk menentang kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok, maka akan memberikan kontribusi besar pada keruntuhan partai jahat itu.

Belakangan ini, puluhan ribu pengemudi truk kargo di seluruh negeri melakukan pemogokan kerja untuk memprotes perlakuan tidak adil seperti harga minyak yang tinggi, tarif angkutan rendah, dan pungutan liar polisi lalu lintas, sehingga penghasilan pengemudi menurun sampai tingkat yang sulit untuk bertahan hidup.

Pemogokan itu semula dijadwalkan akan dimulai pada 10 Juni. Namun, pengemudi truk di Shandong sudah mulai mogok pada 8 Juni, kemudian sejumlah besar pengemudi truk pada 9 Juni juga menyambut pemogokan kerja dengan menghentikan kendaraannya di jalan tol. jalan raya, jalan jalur nasional, dan tempat-tempat parkir.

Setelah itu, pengemudi truk kota-kota lain di Shandong, Jiangxi, Shanghai, Hubei, Anhui, Chongqing, Guizhou, Henan dan lainnya ikut berpartisipasi.

Sampai pada 10 Juni, masih ada ratusan truk besar yang diparkir di Taman Logistik Gedadian di Distrik Baohe, Kota Hefei, Provinsi Anhui. Dilaporkan bahwa protes ini akan berlangsung selama 10 hari.

Ma Xiaoming, mantan wartawan media dari Provinsi Shaanxi kepada Epoch Times mengatakan bahwa ia sendiri memiliki kerabat sebagai pengemudi truk kargo, mereka bekerja sangat keras sampai makan dan tinggal di dalam kendaraan, bila badan letih, mereka menghentikan kendaraan di pinggir jalan atau tempat-tempat perawatan kendaraan untuk beristirahat. Terkena denda bila kelebihan muatan, tetapi jika muatan tidak dilebihkan mereka tidak dapat memperoleh uang yang cukup untuk biaya hidup. Belum lagi pungutan-pungutan yang berbau institusional.

Pada saat yang sama, di internet juga muncul 10 hal yang dipertanyakan oleh para pengemudi truk kepada pihak berwenang PKT, antara lain SIM keluaran negara yang berlaku 15 tahun mengapa akan dihapus ? Bagaimana kelangsungan hidup kita bila truk akan dikurangi dari lebih seratus ribu buah menjadi sekitar lima puluh ribu buah ? Siapa sebenarnya yang berwenang melakukan pemeriksaan terhadap truk yang berada di jalanan, polisi lalin atau Banpol ? Siapa yang menerima uang suap itu polisi lalin atau Banpol ? Kapan hal itu bisa diatasi ….

Ma Xiaoming mengatakan bahwa PKT telah menyebabkan meletusnya konflik sosial di Tiongkok dan telah menggunakan berbagai istilah dan cara untuk mengeksploitasi pekerja Tiongkok.

“Eksploitasi terhadap pengemudi truk terjadi berlapis-lapis melalui belasan macam cara denda, pemeriksaan… Sampai pemogokan bisa terjadi serentuk di seluruh negeri ini menjelaskan bahwa masalah sudah sangat serius dan sudah tidak tertahankan lagi, untuk itu para sopir bergerak serentak untuk melakukan protes”, kata Ma Xiaoming.

Sesungguhnya pemogokan berskala besar seperti ini telah terjadi lebih dari sebulan lalu. Pada akhir bulan April, pengemudi kendaraan katrol di lebih dari 40 kota dari hampir 20 provinsi di Tiongkok memaparkan spanduk yang bertuliskan tuntutan untuk kenaikan gaji, dan menetapkan 1 Mei untuk melakukan pemogokan besar nasional.

Namun, beberapa pengemudi diundang wawancara kemudian ditangkap oleh pihak berwenang. Aksi Mogok Sopir Kendaraan Katrol Pada 1 Mei akhirnya hanya berlangsung di beberapa provinsi dan kota sebagaimana yang sudah dijadwalkan semula.

Ma Xiaoming menganalisis bahwa pemogokan nasional merupakan unjuk rasa dalam bentuk  yang rasional, mereka protes setelah segala cara yang ditempuh mengalami kebuntuan. Hasil dari keluhan yang sudah menumpuk.

“Rakyat percaya terhadap pemerintah, tetapi pemerintah dan partai sendiri yang menghancurkan kepercayaan yang diberikan oleh rakyat. Seluruh masyarakat, termasuk penduduk lapisan paling bawah, akan bangkit untuk melakukan perlawanan akibat terus menerus ditekan”.

PKT tidak mungkin mengubah diri sendiri, tidak mungkin membubarkan diri, Ma Xiaoming mengatakan bahwa, jika massa sudah mengenali partai jahat itu kemudian melawan dan menentangnya, niscaya partai bisa hancur dan bubar.

“Partai Komunis Tiongkok tidak akan dengan mudah mengambil tindakan untuk menyelesaikan tuntutan rakyatnya. Dari sifat dasar partai itu sudah dapat dikenali bahwa partai tersebut baru dapat berlangsung dengan menjarah kekayaan rakyat, jadi ia tidak akan berdisiplin, mengoreksi diri untuk berbuat yang menguntungkan rakyat,” kata Ma Xiaoming.

Ma Xiaoming mengatakan :  “Dari timbulnya satu, dua kasus unjuk rasa tenaga kerja pabrik berkembang sampai pemogokan yang berskala besar, nantinya akan memancing protes yang berskala lebih besar. Pada akhirnya, setelah semua jenis sinergi masyarakat bergabung, dari yang kecil sampai yang besar, melawan partai itu sampai ia membubarkan diri dan mengakhiri kediktatoran satu partai.” (Sin/asr)