Beijing Menekan Taiwan dan Sekutu AS Keluar dari Kepulauan Pasifik

Keterlibatan rezim Tiongkok yang semakin meningkat di wilayah Kepulauan Pasifik menekan ruang internasional Taiwan yang sudah terbatas selain itu juga menghadirkan tantangan-tantangan keamanan ke Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya Australia dan Selandia Baru, sebuah laporan Kongres mengatakan.

Kepulauan Pasifik, sebuah wilayah di Samudra Pasifik yang luas yang terdiri dari 14 negara, 7,7 juta mil persegi luas area, serta wilayah-wilayah AS di Samoa, Kepulauan Mariana Utara, dan Guam, cenderung kurang mendapat perhatian di kalangan pengamat Asia-Pasifik. .

Republik Rakyat Tiongkok, bagaimanapun, dengan cepat bergerak untuk membangun kehadiran politik, ekonomi, dan militer di seluruh wilayah tersebut, terutama melalui Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative) yang telah diluncurkan, merupakan kebijakan pembangunan ekonomi dan diplomatik besar yang dirancang untuk menegaskan kepentingan strategis Beijing di seluruh dunia.

Sebuah laporan baru yang diterbitkan oleh Komisi Kajian Keamanan dan Ekonomi AS (USCC) yang diamanatkan oleh Kongres tersebut mengatakan bahwa desain Beijing untuk Kepulauan Pasifik bertujuan untuk mengurangi ruang internasional Taiwan dan mendapatkan akses ke bahan baku dan sumber daya alam.

Enam dari 14 negara yang ada, Kiribati, Kepulauan Marshall, Nauru, Palau, Kepulauan Solomon, dan Tuvalu, memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan. Mereka adalah beberapa dari sekutu diplomatik Taipei yang tersisa di arena internasional yang dapat secara resmi berbicara atas nama negara pulaunya dan mendukung keikutsertaannya dalam organisasi-organisasi internasional utama.

Beijing sekarang menggunakan insentif ekonomi sebagai alat untuk menarik atau memaksa negara-negara ini untuk meninggalkan Taiwan, kata laporan USCC. Palau, misalnya, telah melihat industri pariwisata pentingnya terpukul keras setelah Beijing melarang kelompok tur Tiongkok mengunjungi negara tersebut, menyusul tuan rumah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada November 2017.

Taiwan bukan satu-satunya di bawah ancaman tersebut. Australia dan Selandia Baru, dua mitra penting AS lainnya di Pasifik yang memiliki sejarah panjang dan hubungan-hubungan akhir-akhir ini dengan Kepulauan Pasifik tersebut, juga terlihat keberadaannya di sana di bawah ancaman sejak Beijing secara agresif menegaskan pengaruhnya di seluruh kawasan tersebut.

“Sejak Beijing meningkatkan keterlibatan komprehensifnya di kawasan itu, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya serta mitra yang terlibat di kawasan tersebut, terutama Australia, Selandia Baru, dan Taiwan, menghadapi tantangan yang semakin meningkat dalam memastikan lingkungan yang bebas dan terbuka dan menjaga kepentingan-kepentingan mereka,” laporan mengatakan.

USCC mengutip laporan April 2018 oleh Sydney Morning Herald yang menuduh bahwa sebuah perusahaan milik negara Tiongkok telah mendekati negara Kepulauan Pasifik, Vanuatu, untuk membangun pangkalan militer Tiongkok di sana. Rumor itu dibantah keras oleh pemerintah Beijing dan Vanuatu, tetapi para pengamat mengatakan tuduhan tersebut sesuai dengan ambisi Beijing demi memperpanjang proyeksi kekuatan luar negeri untuk  Tentara Pembebasan Rakyat (PLA)-nya ke wilayah Kepulauan Pasifik tersebut.

“Meskipun ukuran atau cakupan pangkalan yang menunjukkan kapasitas untuk menjadi atau berkembang di masa depan di Kepulauan Pasifik tersebut tidak jelas, ia akan melayani beberapa kepentingan keamanan Tiongkok,” kata laporan USCC. “Ia akan menyediakan pos-pos strategis paling depan bagi PLA  di luar Rantai Pulau Kedua tersebut, memperluas kemampuan-kemampuan proyeksi kekuatannya di Pasifik Barat.” (ran)

ErabaruNews