Penjebakan Dokter Mengungkap Korban Penyakit Paru-paru di Tiongkok

Penahanan tiga dokter Tiongkok selama tujuh bulan telah menempatkan situasi yang tidak menguntungkan bagi kelompok rentan di Tiongkok langsung di bawah sorotan media.

Huang Hengping, Zhao Xiaobo, dan Dong Youru adalah tiga dokter yang mengkhususkan diri dalam pengobatan pneumoconiosis, penyakit paru-paru yang tak tersembuhkan yang disebabkan oleh menghirup partikel seperti debu atau asbes. Mereka dipekerjakan di Rumah Sakit Kedirgantaraan Guizhou di Provinsi Guizhou, Tiongkok barat daya. Orang yang bekerja di tambang batu bara sangat rentan terhadap penyakit ini, terutama jika mereka bekerja tanpa alat pelindung yang tepat seperti masker-masker pelindung wajah.

Rumah sakit tersebut adalah target penyelidikan polisi setelah polisi setempat diberitahu tentang tip (uang suap) yang telah diterima oleh Departemen Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial Guizhou pada tahun 2016, menurut laporan 19 Juni oleh surat kabar Medical Weekly yang dikelola negara.

Adanya tip tersebut telah menuduh tiga dokter menikmati “pertalian uang” dengan para buruh setempat, yang berarti para dokter dengan sengaja salah mendiagnosis para buruh dengan pneumoconiosis sebagai imbalan atas manfaat-manfaat yang berhubungan dengan keuangan.

Menurut Medical Weekly, sebanyak 10.708 orang mengambil tes foto rontgen dada tegangan tinggi di rumah sakit dari tahun 2012 hingga 2016. Sekitar 2.274 dari mereka kemudian bertemu dengan seorang dokter pneumoconiosis di rumah sakit tersebut, dan 1.640 ditemukan menderita penyakit paru-paru.

Untuk memverifikasi klaim tip tersebut, polisi meninjau ulang laporan-laporan diagnosis medis dari 547 pasien yang didiagnosis dengan pneumoconiosis oleh Huang, Zhao, atau Dong. Setelah meninjau diagnosa dan melihat foto x-ray para pasien tersebut, polisi memutuskan bahwa hanya 42 pasien yang menderita penyakit paru-paru.

Berdasarkan temuan tersebut, pada bulan November 2017, polisi menahan tiga dokter tersebut di bawah tuduhan melalaikan tugas, dan memperkirakan malpraktek dokter yang telah mengakibatkan hilangnya 300 juta yuan (sekitar $46 juta) dalam asuransi nasional. Jaksa lokal telah berusaha untuk menuntut dokter-dokter tersebut, tetapi kasus tersebut dikirim kembali ke polisi beberapa kali untuk penyelidikan lebih lanjut.

Pada 23 Juni, beberapa sumber berita Tiongkok melaporkan bahwa ketiga dokter itu dibebaskan dengan jaminan sambil menunggu persidangan, dan kembali ke rumah sekitar tengah malam.

Beberapa pengamat menduga bahwa dokter-dokter tersebut dijebak oleh polisi karena pihak-pihak berwenang setempat tidak ingin publik mengetahui tentang merebaknya pneumoconiosis di wilayah tersebut.

Deng Liqiang, direktur departemen hukum di Chinese Medical Doctors Association, telah mengikuti kasus ini sejak Februari. Dia berbicara dengan salah satu dokter yang dituduh, Dong, pada pukul 7 pagi pada 23 Juni, sebelum dia dan yang lainnya dibebaskan dengan jaminan. Dong mengatakan dia tidak bersalah dan bahwa dia tidak pernah menerima suap dari pasiennya, menurut situs berita yang dikelola negara Red Star News.

Kesimpulan medis polisi sendiri sejak itu telah ditentang. Pada bulan Maret, Mao Rong, seorang direktur di Universitas Tongji yang berafiliasi dengan Rumah Sakit Paru-paru Shanghai, menulis sebuah artikel yang diterbitkan di Medical Weekly, menjelaskan bahwa dokter yang berbeda mungkin mendapat kesimpulan yang berbeda dengan foto x-ray dada yang sama, yang berarti bahwa foto x-ray saja tidak akan menjadi sumber yang dapat diandalkan untuk menentukan apakah seseorang mengalami pneumoconiosis.

Liu Yang, seorang pengacara yang berbasis di megacity Chongqing Tiongkok, sebelumnya telah mewakili klien-klien dalam kasus-kasus gugatan yang melibatkan para korban dengan pneumoconiosis. Dia berbagi pandangan Mao ketika berbicara dengan stasiun televisi New Tang Dynasty Television (NTD) yang berbasis di New York.

“Ketika dokter membuat prognosis (prediksi kemungkinan) tentang pneumoconiosis, ada pandangan subjektif dan obyektif, dari perspektif medis dan hukum,” kata Liu, menambahkan bahwa tinjauan medis polisi sendiri tidak bisa menjadi dasar untuk menentukan apakah ketiga dokter tersebut telah melakukan kejahatan.

Ketiga dokter itu menjadi sasaran karena pemerintah setempat ingin menutupi penderitaan orang-orang yang menderita pneumoconiosis, kata Zhu Xinxin, seorang penulis lepas dan mantan editor Hebei Radio Online dalam sebuah wawancara dengan NTD.

Pneumoconiosis adalah penyakit akibat kerja. Ini berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja di wilayah tersebut,” kata Zhu, menambahkan bahwa penyakit itu akan mengungkap fakta bahwa pemerintah setempat tidak melakukan perlidungan yang cukup untuk melindungi para pekerja batubara.

Menurut beberapa sumber Tiongkok, setidaknya 6 juta orang Tiongkok menderita pneumoconiosis. Sebagian besar korban penyakit paru-paru terjangkit penyakit saat bekerja di pertambangan di Tiongkok, tetapi sangat sedikit dari mereka telah menerima kompensasi, menurut laporan Reuters pada tahun 2010.

Xu Xinsheng, seorang aktivis lama untuk para korban pneumoconiosis dari Leiyang, sebuah kota di Provinsi Hunan, Tiongkok selatan, mengungkapkan kekhawatirannya dalam sebuah wawancara dengan NTD bahwa ketiga penangkapan dokter tersebut bisa memiliki efek pembungkaman yang langgeng pada dokter-dokter.

“Dokter mungkin takut untuk menarik kesimpulan dari diagnosis mereka tentang bahaya-bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan,” kata Xu. (ran)

ErabaruNews