Australia dan Vanuatu Bekerja Sama Menghadang Pengaruh Tiongkok

SYDNEY — Australia berjanji pada 25 Juni untuk meningkatkan kemampuan keamanan siber untuk Vanuatu sejak ia setuju untuk memulai negosiasi perjanjian keamanan dengan negara tetangganya di Pasifik tersebut.

Australia meningkatkan diplomasi di kawasan Pasifik Selatan untuk memerangi pengaruh Tiongkok yang semakin meningkat.

Sementara itu, ketegangan-ketegangan telah memicu dinginnya hubungan antara dua mitra dagang tersebut, yang mencapai titik terendah setelah Australia menuduh Tiongkok akhir tahun lalu karena ikut campur dalam urusan domestik dan mengumumkan tindakan keras terhadap campur tangan asing sebagai tanggapan.

Pada bulan April, Australia telah menyatakan “kekhawatiran besar” pada laporan-laporannya, yang kemudian dibantah oleh kedua belah pihak, bahwasanya Vanuatu dan Tiongkok sedang dalam pembicaraan untuk membangun kehadiran militer Tiongkok di negara Pasifik tersebut.

Selama kunjungan ke Canberra oleh Perdana Menteri Vanuatu, Charlot Salwai, Australia menawarkan bantuan pendidikan senilai AU$19,5 juta (AS$14 juta) dan mengatakan akan membelanjakan AU$400.000 (AS$296,020) untuk membantu mengembangkan kebijakan-kebijakan dan keamanan siber Vanuatu.

Pengawasan maritim, polisi, dan kerja sama pertahanan akan mendukung perjanjian keamanan tersebut, Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengatakan dalam sebuah pernyataan, tetapi dia tidak memberi tanggal untuk memulai perundingan.

Kunjungan tersebut datang di tengah upaya Australia untuk meningkatkan bantuan ke Pasifik dan mengikuti kunjungan serupa ke Canberra oleh perdana menteri Kepulauan Solomon, yang mendapatkan bantuan Australia untuk membangun kabel internet bawah laut untuk negaranya, secara efektif mengakhiri tawaran oleh perusahaan telekomunikasi Tiongkok Huawei untuk membangun kabel-kabel tersebut.

Tiongkok juga semakin aktif di Pasifik Selatan, menyediakan proyek-proyek infrastruktur, bantuan, dan pendanaan untuk negara-negara pulau kecil dan sedang berkembang.

Komitmen Tiongkok sebesar $1,8 miliar untuk wilayah tersebut pada Juni 2016 dikerdilkan oleh kontribusi Australia sebesar $7,7 miliar, menurut penelitian oleh lembaga think tank Australia, Lowy Institute, meskipun begitu investasi-investasi Tiongkok telah meningkatkan kemarahan Australia dengan kemungkinan mengikis pengaruh jangka panjang miliknya sendiri.

Keamanan siber telah menjadi penyebab konflik, pada saat bersamaan lembaga-lembaga keamanan Australia khawatir bahwa perangkat keras yang dipasang oleh Huawei dapat menimbulkan risiko keamanan data. (ran)

ErabaruNews