‘Proyek Mata-mata Tajam’ Selimuti Pedesaan Mengubah Tiongkok Menjadi Distopia Orwellian

Otoritas Tiongkok baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan upaya untuk menyelimuti kawasan pedesaan negara tersebut dengan kamera-kamera keamanan, memperluas jenis pengawasan berteknologi tinggi, pengawasan yang diperluas dengan kecerdasan buatan (AI) telah digunakan terhadap penduduk kota sampai seluruh penduduk di daerah-daerah dan desa-desa terpencil.

Chen Yixin, sekretaris umum Komisi Urusan Politik dan Hukum, organ Partai yang memerintahkan aparat keamanan Tiongkok, mengisyaratkan peningkatan yang direncanakan tersebut selama pertemuan proyek nasional pada 21 Juni di Beijing. Dia mengatakan bahwa ada rencana untuk mencakup semua pedesaan dengan kamera pada tahun 2020 untuk “sepenuhnya mengendalikan dari awal hingga akhir.”

Disebut “Proyek Mata-mata Tajam” (“xueliang,” yang secara harfiah diterjemahkan menjadi “terang seperti salju”), pertama kali disusun pada tahun 2008 dalam sebuah dokumen Partai Komunis Tiongkok tentang rencana untuk “menghidupkan kembali pedesaan.”

Seperti halnya 20 juta kamera “Skynet” yang sudah ada di seluruh wilayah perkotaan Tiongkok, “Proyek Mata-mata Tajam” dipatok sebagai tindakan keamanan publik untuk membantu memerangi kejahatan dengan lebih efektif.

Rejim Tiongkok juga memuji proyek ini sebagai bagian dari upaya “memodernisasi” pedesaan dan mewujudkan tujuan “sosialisme dengan karakteristik Tiongkok.”

Tetapi proyek tersebut memiliki fitur tambahan yang telah menjadikan langkah ekstra dalam mengubah Tiongkok menjadi distopia Orwellian (tempat di mana kondisi kehidupan sangat buruk, seperti dari deprivasi, penindasan, atau teror. Terjadi karena kesejahteraan masyarakat yang bebas dan terbuka telah dirusak).

Televisi-televisi dan smartphone di dalam rumah tangga pedesaan akan dikaitkan dengan sistem-sistem pengawasan pemerintah, yang memungkinkan pihak-pihak berwenang memantau aktivitas para warga secara jarak jauh melalui pengawasan video.

Teknologi tersebut dikembangkan oleh AEBELL Technology Group Co. yang berbasis di Guangdong, menurut laporan Radio Free Asia. Polisi di Distrik Beichen Kota Tianjin bahkan telah merancang sebuah aplikasi yang memungkinkan mereka untuk mengakses rekaman pengawasan di smartphone mereka.

Semua Melihatnya

Seorang penduduk desa di Kabupaten Qiaojia, Provinsi Yunnan mengatakan kepada The Epoch Times dalam sebuah wawancara bahwa dia yakin Proyek Mata-mata Tajam adalah perpanjangan dari taktik lanjutan rezim Tiongkok untuk memantau warga dan menekan tanda-tanda apapun tentang perbedaan pendapat.

“Undang-undang sekarang digunakan untuk menyerang orang biasa, sementara pejabat dapat mengabaikannya,” katanya. “Ini sangat menyeramkan.”

Beberapa daerah sudah mulai menerapkan proyek tersebut. Di Distrik Luhe Kota Nanjing, pihak berwenang setempat menekankan pada situs web mereka bahwa kamera keamanan akan “benar-benar meliputi segalanya, tidak ada area yang tidak terlihat.” Di jalan-jalan kecil dan lorong-lorong yang tidak dapat diliput oleh kamera saat ini, pihak berwenang berencana untuk memasang 200 kamera “mini” yang menggunakan kecerdasan buatan untuk mengumpulkan informasi elektronik.

proyek mata-mata tajam cina tiongkok
Seorang pria menyesuaikan kamera pengawas yang ditampilkan di pameran internasional tentang keselamatan dan keamanan publik di Shanghai pada tanggal 27 April 2011. (Philippe Lopez / AFP / Getty Images)

Di Provinsi Sichuan, pihak berwenang mengatakan lebih dari 14.000 desa telah menyiapkan kamera “Mata-mata Tajam”, dengan total lebih dari 41.000 kamera.

Di Provinsi Shandong, pemerintah telah memasang 293.000 kamera, di samping menyiapkan hampir 2.500 “pusat pemantauan,” menurut laporan Februari oleh Legal Daily yang dikelola negara.

Proyek Mahal

Membangun jaringan kamera keamanan yang luas seperti itu adalah mahal. Di Nankang County di Kota Ganzhou, Provinsi Jiangxi, pihak berwenang memperkirakan akan menelan biaya 124 juta yuan (sekitar $18.9 juta) untuk menyelesaikan proyek “Mata-mata Tajam.”

Sementara itu, di Kabupaten Zhengning, Provinsi Gansu, salah satu daerah yang paling miskin di Tiongkok, pihak berwenang berencana untuk mendirikan 214 pusat pemantauan, 368 kamera, tiga mesin pengenalan wajah, di antara peralatan pengawasan lainnya, diperkirakan menelan biaya 5,5 juta yuan (sekitar $854.000) .

Kabupaten Luannan di Provinsi Hebei akan menginvestasikan 30 juta yuan (sekitar $4,5 juta) untuk membangun 2.300 fasilitas pemantauan.

Teknologi Tinggi

Rejim Tiongkok sedang mengejar teknologi terbaru untuk lebih agresif memantau warganya. Ini adalah pasar peralatan pengintaian terbesar di dunia.

Pada bulan Mei, pameran internasional untuk peralatan pengawasan diadakan di Beijing, yang diselenggarakan oleh Kementerian Keamanan Publik Tiongkok.

Pameran tersebut termasuk mesin yang dapat memantau konten di ponsel dan komputer dan secara paksa mengekstrak data dan kata sandi dari mereka, robot yang dapat mengidentifikasi orang-orang dalam kerumunan, dan kacamata polisi yang dapat memindai kerumunan orang.

Kamera pengenal wajah telah digunakan untuk mengidentifikasi dan menahan para pembangkang.

Sebagian besar peralatan berteknologi tinggi ini telah digunakan di wilayah barat daya Xinjiang, dimana pihak berwenang telah menekan populasi minoritas etnik Uighur dengan kampanye penindasan yang brutal.

Minggu ini, Tiongkok meluncurkan drone (pesawat tanpa awak) “burung mata-mata” baru yang terbang seperti burung. Ini telah digunakan secara luas di Xinjiang, menurut laporan oleh South China Morning Post.

Masing-masing mesin dilengkapi dengan kamera resolusi tinggi, antena GPS, dan kemampuan komunikasi satelit. (ran)

ErabaruNews