Media Tiongkok Balik Arah, Kritik Trump Pamer Kekuatan Dalam Perang Dagang

Setelah berminggu-minggu berurusan dengan dampak perang perdagangan AS-Tiongkok, Beijing sedang mengubah taktik-taktiknya.

Media pemerintah Tiongkok baru-baru ini melakukan serangan, dengan artikel-artikel yang secara agresif mengkritik Presiden Donald Trump dan tarif-tarif perdagangannya.

Pada 6 Agustus, corong Partai Komunis Tiongkok, People’s Daily, menerbitkan editorial yang sangat bernada kasar, menyebut tarif perdagangan Trump sebagai “permainan gaya ‘pejuang jalanan abad ke-21’ untuk pemerasan dan intimidasi.” Artikel tersebut menuduh Trump “sedang mengubah perdagangan internasional menjadi zero-sum game (permainan di mana total semua keuntungan dan kerugian adalah nol)” dan mengancam bahwa Tiongkok akan melawan.

“Ketika menyangkut masalah kepentingan nasional dan martabat nasional, Tiongkok tidak akan pernah menyerah untuk memeras dan pasti akan bangkit sebagai tanggapan,” bunyi pesan tersebut.

Editorial lain, oleh koran yang dikelola negara tersebut, Global Times, pada 6 Agustus, mengecam Trump karena menggunakan “taktik-taktik bisnis untuk mengatur sebuah negara, yang tidak hanya meruntuhkan kedudukan Amerika, tetapi juga sangat merusak reputasi Amerika Serikat.”

Sementara itu, sebuah artikel yang awalnya diposting di media sosial WeChat dan diposting ulang oleh situs berita yang dikelola negara, Guancha, telah menyebut Trump buruk dalam matematika.

Retorika seperti itu diulang dalam corong berbahasa Inggris rezim tersebut, China Daily, dengan artikel opini 8 Agustus yang menjelaskan “Betapa sia-sianya perang dagang dengan Tiongkok, dan bagaimana mencoba untuk memojokkan Tiongkok secara publik dengan tekanan ekonomi akan menjadi bumerang.”

Serangan lain di luar lingkup perang dagang tersebut, dengan artikel 8 Agustus di kantor berita Xinhua yang dikuasai pemerintah yang menunjukkan bahwa sanksi-sanksi Iran dari Trump adalah contoh “bermain dengan api” di Timur Tengah.

Serangan-serangan tersebut menandakan pembalikan tajam arahan-arahan pemerintah yang dikirim ke media pemerintah bulan lalu, ketika mereka diperintahkan untuk tidak mengobarkan ketegangan perdagangan dengan secara terbuka mengomentari perang dagang atau mengkritik Trump secara langsung.

“Ketika mengekspos dan mengkritik kata-kata dan tindakan Amerika, berhati-hatilah untuk tidak menghubungkannya dengan Trump dan sebagai gantinya mengarahkannya ke pemerintah AS,” menurut memo kepada media negara yang dicatat oleh Reuters.

Demikian pula pada bulan Juni, otoritas pusat mengeluarkan instruksi bahwa media Tiongkok tidak melaporkan komentar-komentar yang dibuat oleh Trump, juru bicara pemerintah AS, atau pejabat AS lainnya. Mereka juga tidak melaporkan komentar-komentar yang dibuat oleh media Amerika.

Mengapa media pemerintah Tiongkok tiba-tiba berubah arah?

Heng He, seorang komentator Tiongkok untuk The Epoch Times, percaya bahwa perubahan di dalam nada tersebut terutama untuk memberi suguhan seperti sebuah kampanye publisitas internal bagi masyarakat, untuk meyakinkan mereka bahwa Tiongkok masih percaya diri dalam memenangkan perang perdagangan tersebut.

Tiongkok telah kehabisan taktik untuk menantang Amerika Serikat, “namun harus memasang sebuah penampilan yang tidak akan kalah, sehingga perang melawan kata-kata,” kata Heng.

Sejak serangkaian tarif pertama diberlakukan pada awal Juli, pasar keuangan Tiongkok telah menderita, sementara yuan terus terdepresiasi dan pabrikan asing telah mengalihkan rantai pasokan mereka keluar dari Tiongkok untuk menghindari retribusi.

Berhadapan dengan konsekuensi ekonomi yang keras dan ketidaksenangan warga pada bagaimana kepemimpinan Beijing telah menangani perang dagang tersebut, sebagaimana dibuktikan oleh komentar-komentar netizen dan kritik terbuka yang jarang beredar secara online, Tiongkok sedang berusaha untuk melenturkan otot-ototnya mengenai subyek tersebut.

Banyak artikel media negara dalam beberapa hari terakhir telah mengancam pembalasan, sementara menyerukan warga untuk mendukung negara. Tetapi beberapa netizen Tiongkok mengekspresikan dukungan untuk Amerika Serikat sebagai gantinya.

Di tengah pengungkapan baru-baru ini bahwa perusahaan-perusahaan farmasi Tiongkok mungkin telah mendistribusikan vaksin kadaluwarsa di seluruh negeri, banyak netizen telah beralih ke akun Weibo (platform yang mirip dengan Twitter) milik kedutaan Amerika Serikat di Beijing untuk meminta bantuan.

“Tolong, Tuan Presiden, selamatkan anak-anak ini di Tiongkok,” terbaca satu tulisan. Banyak vaksin yang secara khusus diberikan kepada anak-anak untuk menyuntikkannya melawan penyakit-penyakit serius.

“Harap tingkatkan hukuman di Tiongkok melalui perdagangan,” terbaca postingan lain. (ran)

ErabaruNews