Meskipun Ada Perlawanan Beijing, Trump Membuat Rezim Komunis Dalam Kesulitan

Para ahli Tiongkok mengatakan bahwa dalam menghadapi tarif yang melumpuhkan dan pembatasan lain yang diterapkan pemerintahan Trump terhadap Beijing, kepemimpinan komunisnya berada di bawah tekanan besar untuk menyerah pada beberapa tuntutan.

Meski begitu, seorang mantan profesor di sebuah universitas di Beijing, yang sekarang tinggal di Washington, telah mengutip pernyataan seorang pejabat tinggi Tiongkok yang mengatakan bahwa pemimpin Tiongkok Xi Jinping tidak akan mundur dalam perang dagang tersebut.

Qiao Mu telah beremigrasi ke Amerika Serikat bersama keluarganya setelah mengundurkan diri dari posisinya di Foreign Studies University pada Maret 2017, sebagai tanggapan terhadap kritik atas penulisan artikel yang sensitif secara politik. Dalam sebuah tweet baru-baru ini, dia mengatakan bahwa Xi tidak akan tunduk pada tuntutan AS, bahkan jika Washington memberlakukan hukuman ekonomi lebih banyak lagi.

“Kita tidak takut dengan embargo komprehensif dan sanksi-sanksi setelah demonstrasi-demonnstrasi Lapangan Tiananmen tahun 1989, mengapa kita harus khawatir tentang tarif-tarif itu sekarang? Di masa lalu, hubungan dengan Amerika Serikat adalah prioritas pertama kita, tetapi sekarang kita memiliki proyek Belt and Road, serta pasar di seluruh dunia di Afrika dan Amerika Latin,” Qiao mengutip pernyataan resmi dari pejabat tersebut.

Namun, komentator yang berbasis di AS, Xia Xiaoqiang, mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) berada dalam krisis dan bahwa “pukulan tersebut terhadap ekonomi Tiongkok adalah fatal” bagi PKT.

“Satu-satunya legitimasi bahwa PKT sedang mengendalikan Tiongkok yang ia yakinkan pertumbuhan ekonominya. [Selama ini berlanjut,] ia tidak takut dengan kritik tentang hak asasi manusia atau masalah-masalah lain,” tulis Xia dalam artikel 21 November dalam The Epoch Times edisi bahasa Mandarin.

“Setelah kehilangan kendali atas ekonomi Tiongkok, kekuasaan PKT sudah berakhir,” tulis Xia.

Menurut Xia, tarif-tarif Trump atas barang-barang ekspor Tiongkok yang masuk ke Amerika Serikat telah membebani Beijing, dengan konsekuensi-konsekuensi meliputi perusahaan-perusahaan asing memindahkan produksi dan modalnya keluar dari Tiongkok, meningkatnya pengangguran, dan kerusuhan sosial.

Tang Jingyuan, pengamat Tiongkok lainnya, mengatakan bahwa Xi dan para pemimpin PKT lainnya sedang bekerja sangat keras untuk membuat kesepakatan dengan Amerika Serikat.

“Pemerintahan Xi mencoba bernegosiasi dengan Trump, tetapi dengan beberapa prasyarat,” kata Tang. Dia percaya bahwa Xi ingin melindungi rencana Made in China 2025, yang dirancang untuk memberikan dukungan dalam manufaktur berteknologi tinggi.

“Ia [PKT] tidak menyebutkan rencana itu sekarang, tetapi nasib PKT bergantung pada apakah ia dapat menerapkan rencana Made in China 2025.”

Tang mengatakan bahwa ada beberapa rumor tentang PKT sedang mempersiapkan skenario terburuk karena akan memutus hubungan dengan Amerika Serikat sepenuhnya, seperti yang diisaratkan Qiao di posting Twitter-nya, mengakhiri negara itu akan terbukti lebih mudah dikatakan daripada dilakukan.

“Masyarakat Tiongkok benar-benar berbeda dari yang ada pada tahun 1989,” kata Tang. “Bagaimana bisa PKT menggunakan model yang sama untuk mengendalikan rakyat? Beberapa orang mengatakan bahwa PKT kemungkinan memperluas metode yang ia gunakan pada orang-orang Uighur Xinjiang untuk mencakup seluruh populasi Tiongkok jika negosiasi berjalan buruk, tetapi saya pikir itu tidak mungkin. Tujuh ratus juta orang Tiongkok memiliki akses internet. Informasi menyebar terlalu cepat, dan ia akan kesulitan untuk membuat semua orang dikendalikan seperti ini.”

Tang mencatat bahwa rezim Tiongkok bergantung pada cadangan-cadangan dolar AS untuk perdagangan internasionalnya. Jika Beijing menjual obligasi Treasury AS-nya, bank-bank sentralnya akan kehilangan sebagian besar aset mereka dan pengaruh global rezim Tiongkok akan menyusut secara dramatis. “PKT tidak dapat bertahan tanpa dolar AS,” kata Tang.

Sementara Xia dan Tang setuju bahwa pihak berwenang Tiongkok ingin mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat untuk mengakhiri perang dagang, proses sebenarnya akan penuh dengan kesulitan.

“Amerika Serikat menginginkan PKT untuk menerapkan reformasi perdagangan yang komprehensif, tetapi kondisi fundamental PKT untuk bertahan hidup adalah bahwa ia harus melanggar peraturan internasional dan mencuri kekayaan intelektual. Jika PKT harus setuju dengan reformasi yang sesungguhnya, Tiongkok akan mengembangkan ekonomi pasar, itu berarti bahwa PKT akan kehilangan dominasi ekonominya,” kata Xia.

PKT dapat menerapkan strategi penundaan yang dicampur dengan trik-trik curang dengan menyetujui beberapa tuntutan tetapi kemudian mengingkarinya.

“Presidensi Presiden Trump dibatasi oleh masa jabatannya di posisinya. Dia memiliki enam tahun lagi [mulai sekarang] jika dia memenangkan pemilihan pada tahun 2020,” kata Tang. “PKT dapat menggunakan strategi Kim Jong Un [pemimpin Korea Utara] di pertemuan KTT Trump-Kim, yang setuju untuk menerapkan reformasi secara bertahap, dan kemudian mengagalkan untuk melakukan sesuai janji atau hanya menerapkannya secara perlahan.” (ran)

Rekomendasi video:

Upaya Memfitnah Trump, Komunis Tiongkok Salah Perhitungan

https://www.youtube.com/watch?v=sEKHPv1N5-o