Dominasi Tanah Langka Tiongkok Mengancam Industri Mobil Listrik Eropa

Logam-logam tanah langka sangat penting untuk ekonomi modern karena merupakan bahan utama untuk membuat baterai yang menggerakkan kendaraan-kendaraan listrik; untuk ditambahkan ke layar sentuh dan papan sirkuit di smartphone; dan digunakan dalam sistem laser yang memandu rudal-rudal dan bom.

Sementara negara-negara Uni Eropa termasuk di antara pasar kendaraan listrik terbesar dunia, blok tersebut secara keseluruhan hanya memiliki sedikit endapan logam tanah langka. Selain endapan-endapan di beberapa negara lainnya seperti Greenland, Norwegia, dan Finlandia, UE bergantung pada impor untuk mendukung permintaan industri.

Kobalt, salah satu mineral utama dalam pembuatan baterai lithium-ion yang menggerakkan mobil listrik dan telepon pintar, saat ini hanya ditambang di Finlandia, di antara semua negara Uni Eropa.

Geological Survey of Sweden (GSS), sebuah badan pemerintah Swedia, menerbitkan laporan terbaru tentang endapan-endapan tanah langka negara Skandinavia pada tanggal 7 Desember, yang menjelaskan potensi geologis negara tersebut untuk penambangan logam tanah langka. Namun potensi ledakan pertambangan di Swedia dapat rusak karena dominasi Tiongkok di pasar tersebut, kata seorang analis Swedia.

“Tiongkok secara historis telah menggunakan pengaruhnya yang kuat untuk mempengaruhi harga dan meminimalkan persaingan,” Tobias Persson, seorang analis di Growth Analysis, mengatakan pada penyiar radio nasional Swedia Sveriges Radio AB, pada 10 Desember. Growth Analysis adalah sebuah think tank yang dikelola oleh pemerintah Swedia.

Tiongkok saat ini mengendalikan lebih dari 90 persen pasokan global untuk logam tanah langka, menurut laporan Januari 2017 oleh Departemen Energi AS. Sementara itu, Republik Demokratik Kongo menyumbang 65 persen dari pasokan kobalt global pada tahun 2017, menurut penelitian dan perusahaan konsultan Wood Mackenzie.

Banyak cara dilakukan sehingga Swedia bergantung pada impor-impor minyak, Persson mengatakan negara tersebut telah bergantung pada impor logam tanah langka, karena mereka sangat penting untuk sektor kendaraan listrik. Hal itu membuat Swedia menjadi sangat rentan.

Dominasi mineral tanah langka Tiongkok dapat dijelaskan dengan dua cara. Pertama, pada tahun 2009, Beijing mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan cadangan devisanya yang sangat besar untuk membeli akses pada sumber-sumber daya alam di luar negeri. Kedua, mineral tanah langka Tiongkok lebih murah karena tenaga kerja murah dan peraturan lingkungan lemah, menurut situs pertambangan Mining Technology. Ekstraksi tanah langka mulai dari bijih, yang melibatkan proses pemisahan dan pemurnian yang sering membutuhkan bahan kimia beracun seperti asam, dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang serius.

Dengan sengaja menurunkan harga logam-logam tanah langka dalam menghadapi persaingan, perusahaan-perusahaan Tiongkok telah memaksa para pesaingnya menjadi bangkrut, kemudian membeli tambang-tambang tersebut dari para pesaingnya yang telah gagal bersaing.

Geological Survey of Sweden (GSS) pertama kali merilis temuannya dalam sebuah laporan pada bulan Februari, dimana mengidentifikasikan Swedia akan menjadi kaya untuk logam tanah langka seperti lithium, kobalt, dan grafit. Dalam sebuah laporan pembaruan, yang dirilis pada 7 Desember, GSS melakukan pemetaan geologis yang lebih menyeluruh tentang endapan-endapan di sekitar Swedia, menemukan logam-logam tanah langka yang sebelumnya tidak terdeteksi di lokasi-lokasi baru.

“Jadi Eropa perlu memikirkan apakah benar-benar sehat untuk menjadi bergantung pada impor, misalnya, Kongo, di mana banyak eksplorasi dilakukan dalam beberapa kondisi yang sangat mengerikan,” kata perusahaan Swedish Enterprise dan Menteri Inovasi Mikael Damberg, dalam wawancara dengan situs berita berbahasa Inggris Swedia, The Local, tentang laporan Februari tersebut.

Laporan tahun 2017 oleh Amnesty International mendokumentasikan eksploitasi pekerja anak-anak di Kongo yang terlibat dalam kegiatan penambangan mineral. Kobalt yang ditambang oleh anak-anak tersebut sering berakhir di sebuah perusahaan pengolahan Tiongkok yang disebut Huayou Cobalt, kata laporan.

Swedia sedang berupaya untuk menghentikan ketergantungan negaranya pada rantai-rantai pasokan asing di sektor baterai kendaraan listriknya.

Pada bulan Oktober, pembuat baterai Swedia, Northvolt, yang didirikan oleh mantan pejabat Tesla Peter Carlsson, mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama dengan produsen mobil Jerman BMW dan perusahaan pertambangan Belgia, Umicore, untuk membentuk “konsorsium teknologi bersama, untuk bekerja sama secara erat di pengembangan rantai nilai yang lengkap dan berkelanjutan untuk sel baterai untuk kendaraan elektrik di Eropa,” menurut situs web perusahaan tersebut.

Salah satu proyek konsorsium tersebut adalah membangun pabrik yang akan menjadi pembuat baterai terbesar di Eropa.

Menurut Reuters, pabrik tersebut, yang akan memulai produksi pada tahun 2020 dan mencapai kapasitas 32-gigawatt jam (GWh) pada tahun 2023, ditujukan untuk bersaing dengan pesaing-pesaing Asia, seperti Samsung, LG Chem, dan CATL Tiongkok.

KEKHAWATIRAN AMERIKA SERIKAT

Pentagon, dalam laporan yang dikeluarkan pada bulan Oktober dan diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump, menyatakan keprihatinan serupa tentang dominasi Tiongkok di pasar logam tanah langka tersebut.

“Dominasi Tiongkok atas pasar logam tanah langka tersebut mengilustrasikan interaksi yang berpotensi berbahaya antara agresi ekonomi Tiongkok yang dipandu oleh kebijakan-kebijakan industri strategisnya dengan kerentanan-kerentanan dan kesenjangan di basis manufaktur dan industri pertahanan Amerika,” kata laporan itu.

Menurut data dari Survei Geologi AS, Amerika Serikat mengimpor sekitar $150 juta logam tanah langka di tahun 2017, yang sebagian besar berasal dari Tiongkok. Amerika Serikat tidak menghasilkan mineral tanah langka di dalam negeri pada tahun itu.

Laporan Pentagon tersebut menambahkan, “Tiongkok telah secara strategis membanjiri pasar global dengan mineral-mineral tanah langka dengan harga bersubsidi, mengusir keluar para pesaing, dan menghalangi pendatang-pendatang baru di pasar tersebut.”

Sebagai contoh, pada tahun 2015, Mountain Pass Mine, tambang mineral tanah langka di California, terdesak bangkrut ketika Tiongkok membanjiri pasar dengan mineral-mineral yang dikirim dengan harga jatuh. Tambang tersebut, yang dimiliki oleh Molycorp, akhirnya dibeli oleh konsorsium yang dipimpin Tiongkok, Shenghe Resources, pada Juni 2017.

Tiongkok juga telah berinvestasi di Afrika dan Amerika Latin, sebagai pertukaran untuk bahan-bahan komoditas dan mineral-mineral tanah langka mereka, laporan AS menunjukkan, menambahkan “sebagai tambahan tingkat pertimbangan untuk ruang lingkup ancaman ini terhadap keamanan ekonomi dan nasional Amerika.”

Tiongkok juga menggunakan dominasi mineral tanah langka untuk sarana politik untuk melenturkan “otot kekuatan lunaknya”

Pada September 2010, ketegangan antara Tiongkok dengan Jepang muncul setelah kapal nelayan Tiongkok bertabrakan dengan dua kapal penjaga pantai Jepang di dekat pulau tak berpenghuni di Laut China Timur yang diklaim oleh kedua negara tersebut sebagai wilayah mereka, menurut Reuters. Kapal itu kemudian ditangkap oleh pihak berwenang Jepang untuk penyelidikan, tindakan yang membuat marah Beijing, yang membalas dengan memberlakukan larangan ekspor logam-logam tanah langka ke Jepang. Beijing mencabut larangan tersebut sekitar satu bulan kemudian.

Namun ketergantungan Jepang pada Tiongkok bisa berkurang dalam waktu dekat. Para peneliti Jepang telah menemukan 16 juta ton tanah langka di zona ekonomi eksklusifnya di lepas Kepulauan Ogasawara, sekitar 2.000 kilometer barat daya Tokyo, pada bulan April, menurut surat kabar harian Jepang Asahi Shimbun. Deposit ini diperkirakan memiliki cukup mineral untuk memenuhi permintaan global selama berabad-abad. (ran)