Siksaan Fisik dan Seksual Bekerja di Perusahaan Tiongkok di Zimbabwe

MUTARE, Zimbabwe – Pekerja-pekerja di beberapa perusahaan Tiongkok di Zimbabwe mengalami pelecehan dan penganiayaan, aktivis mengatakan, mengklaim bahwa karena Tiongkok adalah investor terbesar di Zimbabwe, perusahaan-perusahaan tersebut menikmati perlindungan dari pemerintah Zimbabwe terhadap tuduhan-tuduhan pelanggaran.

Cosmas Sunguro, yang sebelumnya dipekerjakan oleh Anjin Investments Ltd., perusahaan penambangan berlian yang beroperasi di ladang berlian Marange di Zimbabwe, mengatakan kondisi-kondisi kerja di perusahaan-perusahaan milik Tiongkok tidak baik.

pelanggaran perusahaan tiongkok di zimbabwe afrika
Pintu masuk ke Tambang Berlian Anjin di Marange, Zimbabwe. (Courtesy of James Mupfumi)

Sunguro mengatakan banyak pekerja terluka di tambang Anjin Investments, karena perusahaan tidak mengikuti langkah-langkah keselamatan tempat kerja yang tepat. Ada juga dugaan serangan-serangan seksual dan fisik.

“[Di Anjin,] kami memiliki masalah serangan seksual yang dilakukan oleh orang Tiongkok,” kata Sunguro kepada The Epoch Times. “Kami memiliki beberapa kasus percobaan sodomi; mungkin lima kasus telah dilaporkan.”

Sunguro, yang sekarang ketua Serikat Pekerja Gabungan dan Berlian Zimbabwe (Zimbabwe Diamonds and Allied Workers Union), mengatakan bos-bos Tiongkok terus-menerus menyiksa para pekerja di berbagai bagian negara, dan hanya ada sedikit dukungan untuk para pekerja tersebut.

“Kami melaporkan beberapa kasus kepada polisi tetapi tidak ada yang ditangani. Seorang pekerja ditendang oleh bos Tiongkok di selangkangannya dan kandung kemihnya rusak, tetapi tidak ada yang dilakukan terhadap pelaku tersebut,” kata Sunguro. “Saya pikir polisi telah mengecewakan kami selama waktu itu. Beberapa kasus kami masih tertunda.”

Dia mengatakan beberapa pekerja menderita efek jangka panjang karena perlakukan kejam

“Beberapa pekerja yang dianiaya menderita berbagai masalah medis, dan ada efek psikologis dan fisiologis jangka panjang. Orang putus asa, mereka menginginkan pekerjaan, mereka tidak punya pilihan. Kasus-kasus kekerasan meningkat. Dan ketika rakyat miskin, mereka tidak bisa membela diri,” katanya.

Anjin adalah perusahaan patungan antara perusahaan Tiongkok, Anhui Foreign Economic Construction Co. Ltd., dengan Matt Bronze Enterprises, yang dibentuk oleh Kementerian Pertahanan Zimbabwe dan Pasukan Pertahanan Zimbabwe melalui perusahaan perantara.

Perusahaan tersebut telah dicabut izinnya oleh administrasi Presiden Robert Mugabe pada tahun 2016, dengan alasan kurangnya transparansi dan akuntabilitas di dalam operasi-operasinya dan bahwa pemerintah tidak mendapatkan banyak pendapatan dari berlian tersebut. Tuduhan-tuduhan tentang penyalahgunaan tidak disebutkan sebagai salah satu alasan untuk mencabut lisensi perusahaan tersebut.

MASALAH LUAS

Kasus dugaan di Anjin bukan satu-satunya, karena perusahaan-perusahaan Tiongkok lainnya telah dituduh menyalahgunakan para pekerja Zimbabwe. Para pekerja telah mengeluh tentang tekanan intimidasi, pemukulan, praktik-praktik kerja yang tidak adil, dan pemecatan, serta pelecehan seksual.

James Mupfumi, direktur sebuah LSM investigasi, Center for Research and Development
James Mupfumi, Pusat Penelitian dan Pengembangan. (Courtesy of James Mupfumi)

James Mupfumi, direktur sebuah LSM investigasi, Center for Research and Development (CRD), mengatakan organisasinya telah mengangkat isu penyalahgunaan para pekerja di perusahaan milik Tiongkok dengan pemerintah Zimbabwe dan Anjin pada beberapa kesempatan, namun mereka dengan datar membantah tuduhan-tuduhan tersebut.

Bahkan ketika CRD tersebut adalah anggota dari Kimberley Process Certification Scheme Civil Society Coalition, kelompok yang memantau etika perdagangan berlian, dari tahun 2009 hingga 2012, Menteri Pertambangan Zimbabwe Obert Mpofu menolak untuk mengakui bahwa ada pelanggaran hak asasi manusia di Anjin dan perusahaan-perusahaan pertambangan lainnya, kata Mupfumi.

CRD tersebut, Mupfumi mengatakan, telah menyerahkan laporan pemangku kepentingan (stakeholder) pada tahun 2013 untuk peninjauan berkala Universal Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang berfokus pada kegiatan-kegiatan penambangan Tiongkok di sub-Sahara Afrika.

“Pemerintah Tiongkok diminta untuk bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia dari perusahaan-perusahaan penambangannya di Afrika,” kata Mupfumi.

Namun, seorang direktur tambang Anjin, Munyaradzi Machacha, dengan tegas membantah bahwa para warga negara Tiongkok di perusahaan berlian tersebut memperlakukan para pekerja dengan buruk.

“Tuduhan ini [perlakukan kejam pada para pekerja] tidak benar. Tidak ada yang seperti itu [di tambang Anjin],” kata Machacha pada The Epoch Times.

PERLINDUNGAN

Seorang legislator Zimbabwe, Prosper Mutseyami, menuduh bahwa perusahaan-perusahaan Tiongkok menikmati perlindungan dari pemerintah, karena Tiongkok saat ini adalah investor terbesar di Zimbabwe.

Mutseyami, kepala cambuk untuk partai oposisi, Gerakan untuk Perubahan Demokratis, di Dewan Perwakilan Zimbabwe, mengatakan pada The Epoch Times bahwa pemerintah khawatir hal tersebut akan membuat marah Tiongkok, yang berada di antara beberapa negara yang saat ini mendukung pemerintah Zimbabwe.

perlakuan perusahaan tiongkok terhadap pekerja zimbabwe
Hotel Golden Peacock, dimiliki oleh orang Tiongkok, di Mutare, Zimbabwe. (Andrew Mambondiyani/Special to The Epoch Times)

“Mereka [pemerintah Zimbabwe] takut mereka akan menakut-nakuti investor-investor potensial dari Tiongkok. Dan pemerintah kita tidak dengan tulus bersungguh-sungguh menghormati hak-hak para pekerja kita,” kata Mutseyami.

Dia menambahkan bahwa beberapa pejabat pemerintah senior yang korup diduga telah menerima pembayaran-pembayaran dari perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk mengabaikan penderitaan para pekerja tersebut.

“Pejabat-pejabat pemerintah senior telah disuap oleh orang Tiongkok, maka mereka selalu menutup mata (atas pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada para pekerja),” katanya.

Menurut pemerintah Zimbabwe, Tiongkok tetap merupakan sumber investasi luar negeri langsung terbesar bagi negara tersebut, karena raksasa Asia tersebut berinvestasi dalam bidang konstruksi, pariwisata, pertanian, dan pertambangan.

Pada tahun 2012, mantan duta besar Tiongkok untuk Zimbabwe, Lin Lin, mengatakan para investor dan warga negara Tiongkok tidak boleh diperlakukan dengan lunak jika mereka melanggar hukum di Zimbabwe.

“Jika mereka melakukan kejahatan, mereka harus dihukum. Mereka harus dibawa ke pengadilan,” kata Lin pada surat kabar milik pemerintah The Chronicle.

Namun sejak itu, tidak ada warga negara Tiongkok yang dihukum karena melanggar undang-undang tenaga kerja di Zimbabwe, kata aktivis Sunguro.

Menteri Pekerjaan Umum, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Sosial Zimbabwe, Sekai Nzenza, mengatakan bahwa kementeriannya bekerja dengan para majikan dan karyawan untuk memastikan bahwa mereka mematuhi standar pekerjaan dan gaji yang layak. Nzenza ditunjuk sebagai menteri tenaga kerja negara pada bulan September.

“Ada situasi-situasi di mana kami mendengar malpraktek. Kami akan membutuhkan lebih banyak rincian tentang situasi-situasi tertentu sehingga para petugas tenaga kerja saya dapat menyelidikinya,” kata Nzenza dalam tanggapan singkat terhadap pertanyaan-pertanyaan dari The Epoch Times.

INVESTASI

Pemerintah Zimbabwe baru-baru ini mengumumkan bahwa perdagangan tahunan antara Tiongkok dan Zimbabwe telah melewati angka 1 milyar dolar.

Wakil Menteri Industri Zimbabwe Raji Modi dikutip oleh surat kabar The Daily mengatakan bahwa pemerintah secara intensif bekerja untuk memastikan investor-investor Tiongkok akan menyuntikkan modal segar untuk membantu Zimbabwe menjadi negara berpenghasilan menengah pada tahun 2030.

Sebagai bagian dari inisiatif One Belt One Road Tiongkok, Menteri Luar Negeri Zimbabwe dan Menteri Perdagangan Internasional, Sibusiso Moyo, mengatakan pada surat kabar lokal, negara tersebut telah memiliki setidaknya tiga proyek yang didanai, termasuk perluasan Bandara Internasional Robert Mugabe.

Dan dengan pemerintahan Presiden Emmerson Mnangagwa meminta bantuan dana talangan (bailout) US$2 miliar dari Tiongkok untuk menghidupkan kembali ekonominya yang sedang koma, pemerintah Zimbabwe mungkin akan kesulitan untuk menyensor bisnis-bisnis Tiongkok dalam menyalahgunakan para pekerja.

Zimbabwe saat ini terbebani sekitar US$300 juta tunggakan pembayaran dari pinjaman-pinjaman Tiongkok sebelumnya. (ran)

Rekomendasi video:

Di Balik Gelontoran Dana Tiongkok untuk Afrika, Ekonomi ataukah Politis?

https://www.youtube.com/watch?v=abxt-0TXluE&t=7s