Intel Batalkan Kemitraan dengan Pembuat Chip Tiongkok yang Didukung Negara

Perusahaan teknologi AS, Intel, telah mengakhiri kemitraan dengan pembuat chip Tiongkok, Unisoc, dalam mengembangkan chip 5G untuk pasar Tiongkok, sekitar setahun setelah menandatangani kesepakatan.

Kemitraan ini merupakan kolaborasi strategis jangka panjang pada generasi berikutnya untuk komunikasi seluler 5G, termasuk pengembangan platform smartphone 5G untuk pasar Tiongkok yang mengutamakan keunggulan chip modem 5G Intel, menurut siaran pers Intel yang diterbitkan pada Februari 2018.

Kesepakatan itu juga mencakup serangkaian kolaborasi produk menggunakan chip-chip modem 5G Intel seri XMM 8000. Model chip tersebut memungkinkan perangkat yang ada, termasuk PC, ponsel, dan kendaraan, untuk terhubung ke jaringan 5G, menurut Intel.

Keputusan untuk mengakhiri kemitraan tersebut adalah keputusan bersama antara kedua perusahaan, kata Robert Topol, manajer umum Kantor Strategi dan Program 5G Intel, selama briefing baru-baru ini di Mobile World Congress tahun ini, sebuah konferensi perdagangan yang diadakan di Barcelona, Spanyol, saat dilaporkan dalam laporan 26 Februari oleh media Jepang, Nikkei.

Pembatalan ini terjadi di tengah-tengah ketegangan perdagangan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat; salah satu keluhan terakhir yang utama tentang praktik-praktik perdagangan tidak adil Tiongkok adalah bahwa kebijakan ekonomi Tiongkok sering kali menekan perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di Tiongkok untuk menyerahkan teknologi sensitif, sebagai imbalan atas akses memasuki pasar Tiongkok.

PEMBUAT CHIP TIONGKOK

Unisoc, sebelumnya dikenal sebagai Spreadtrum Communications, adalah pembuat chip ponsel Tiongkok yang berbasis di Shanghai. Ia juga merupakan anak perusahaan dari produsen chip top Tiongkok, Tsinghua Unigroup, yang pada gilirannya, dimiliki oleh grup manajemen aset milik negara, Tsinghua Holdings.

Saat kemitraan itu akan memberi Intel akses yang lebih besar ke pasar Tiongkok, itu bukan masalah besar bagi pembuat chip AS untuk kehilangan mitra seperti Unisoc, Sean Yang, seorang analis CINNO, konsultan pasar berbasis di Shanghai, mengatakan kepada Nikkei.

“Intel masih bisa terlibat dengan pelanggan-pelanggan potensial Tiongkok lainnya untuk memperluas pasarnya di sana,” kata Yang.

Sebaliknya, untuk Unisoc, itu bisa berarti “kehilangan kesempatan untuk belajar cepat dari seseorang di industri yang memiliki kemampuan untuk membangun teknologi itu,” tambah Yang.

Nikkei, mengutip orang-orang yang tidak mengidentifikasi nama, mengatakan sengketa perdagangan saat ini antara Washington dengan Beijing adalah faktor dalam keputusan Intel untuk membatalkan kesepakatan tersebut.

“Intel khawatir dengan hubungan yang lebih dekat dengan perusahaan yang disponsori pemerintah Tiongkok itu, bagaimanapun juga, dapat mengecewakan pihak berwenang AS, mengingat ketegangan saat ini antara kedua belah pihak,” kata seorang sumber anonim yang mengetahui informasi langsung tentang pembatalan tersebut mengatakan kepada Nikkei.

Orang anonim tersebut menambahkan bahwa adalah mantan CEO Intel Brian Krzanich yang menganjurkan dan memprakarsai kemitraan pada awalnnya. Krzanich telah mengundurkan diri pada bulan Juni tahun lalu setelah media mengungkapkan bahwa ia berselingkuh dengan seorang bawahan.

Secara bertepatan, Unisoc telah meluncurkan chip modem 5G sendiri di Mobile World Congress pada 26 Februari, menjelaskan bahwa desain chip tersebut dilakukan tanpa bantuan dari Intel, menurut Nikkei.

Chip 5G Unisoc, bernama IVY510, disebut-sebut oleh media pemerintah Tiongkok sebagai pencapaian besar bagi negara tersebut. Sebagai contoh, sebuah artikel 27 Februari oleh Jiefang Daily yang dikelola pemerintah telah membual bahwa chip tersebut akan menjadi chip buatan Tiongkok pertama yang dijual di seluruh dunia, dan dengan demikian, mampu bersaing dengan para pemasok chip 5G global lainnya.

Tahun lalu, raksasa teknologi Tiongkok Huawei telah meluncurkan chip 5G, tetapi hanya digunakan di ponsel Huawei.

KEKHAWATIRAN AS

Tidak jelas apakah Unisoc memperoleh pengetahuan dari Intel untuk digunakan dalam chip IVY510-nya.

Namun kekhawatiran AS tentang kolaborasi antara perusahaan semikonduktor Tiongkok dengan pembuat chip asing memiliki sejarah, mengingat bahwa chip semikonduktor yang memberi kekuatan pada hampir setiap perangkat elektronik, dan rezim Tiongkok telah secara agresif mendorong pengembangan teknologi pembuatan chip dalam negeri sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada impor-impor asing.

Pemerintahan A.S terutama waspada terhadap akuisisi dan kesepakatan usaha patungan yang melibatkan perusahaan-perusahaan AS dengan Tiongkok.

“Jalur Tiongkok [ke] pangsa pasar global yang signifikan akan dipercepat secara signifikan jika mereka dapat mengakuisisi atau membentuk usaha patungan dengan perusahaan semikonduktor asing terkemuka, karenanya fokus mereka pada akuisisi dan transfer teknologi paksa,” Robert D. Atkinson, presiden Lembaga think tank Information Technology and Innovation Foundation (ITIF) yang berbasis di Washington, mengatakan pada sidang kongres AS pada April 2017.

Atkinson merangkumnya sebagai berikut: “Singkatnya, Tiongkok akan melakukan apa pun untuk membangun industri semikonduktor domestik kelas dunia. Jika mereka berhasil, ia tidak hanya akan mengambil pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan AS, ia akan merusak inovasi semikonduktor global dengan mengarah pada margin yang lebih rendah dan lebih sedikit investasi untuk Riset&Pengembangan (R&D).”

Transfer teknologi secara paksa telah menjadi salah satu masalah inti yang berusahan diatasi oleh Presiden AS Donald Trump dalam diskusi perdagangan dengan Tiongkok. Perusahaan-perusahaan asing sering ditekan untuk mentransfer teknologinya pada mitra usaha patungannya Tiongkok dengan imbalan akses ke pasar Tiongkok.

Dalam kebijakan industri “Made in China 2025”, Beijing jelas menguraikan bahwa akuisisi dan transfer teknologi adalah kunci bagi perusahaan Tiongkok untuk mengejar ketinggalan dari pesaing-pesaing asing.

Unisoc telah menyatakan dukungannya untuk Beijing. Selama konferensi Juni 2015 yang diadakan di kota Xiamen Tiongkok selatan, Unisoc dan para eksekutif Unigroup Tsinghua telah bertemu dengan para pejabat dari pemerintah Xiamen dan Kementerian Perindustrian dan Informasi nasional.

Menurut siaran pers yang diterbitkan di situs web Unisoc, mereka membahas bagaimana mereka dapat “menyatukan” perkembangan ekonomi Xiamen dengan “Made in China 2025” dan inisiatif “One Belt, One Road”. Unisoc memiliki cabang di Xiamen. (ran)

Video pilihan:

Ponsel Anda Bisa Mengkhianati Anda!!! Mengapa pemerintah AS memblokir Huawei?