Mengungkap Rencana “Perahu Nuh Pada Hari Kiamat” Komunis Tiongkok, Kemana Tiongkok Akan Melangkah Di Masa Depan?

NTD/Epochtimes.com

Erabaru.net. Krisis kepemimpinan yang disebabkan oleh intensifikasi perselisihan Tiongkok dengan Amerika Serikat telah menyebabkan rezim komunis Tiongkok yang goyah berada dalam keruntuhan.

 Menurut laporan media luar negeri, ditilik dari jajaran elite komunis Tiongkok hingga Sekolah Partai Komite Sentral Komunis Tiongkok, telah lama dipikirkan akhir dari rezim Komunis itu.

 Beberapa diantaranya bahkan mengungkapkan bahwa pejabat elite komunis Tiongkok menyembunyikan rencana “Perahu Nuh pada hari kiamat”.

Kiasan itu bermakna persiapan menyelamatkan diri dari akhir atau runtuhnya kekuasaan komunis. Begitu rezim komunis Tiongkok runtuh, maka mereka akan menyelamatkan diri masing-masing.

 Dalam pertemuan peringatan 40 tahun reformasi dan keterbukaan Komunis Tiongkok, Xi Jinping telah memperingatkan bahwa Tiongkok mungkin akan menghadapi “badai dan gelombang yang tak terbayangkan” di masa mendatang.

 Dalam pidato penyambutan Tahun Baru 2019 lalu, Xi Jinping juga menekankan bahwa komunis Tiongkok menghadapi perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam 100 tahun terakhir, namun, penuh dengan ketidakpastian apakah berubah semakin baik atau buruk.

 Xi Jinping juga berulang kali menekankan kewaspadaan atas insiden ” black swans” dan “grey rhinos”. Ditambah dengan bayang-bayang “kutukan pemusnahan partai Komunis Tiongkok pada peringatan yang ke-70 tahun berdirinya komunis Tiongkok pada tahun 2019 ini.

 Komunis Tiongkok khawatir akan mengulangi keruntuhan Uni Soviet. Beijing telah berulang kali menekankan perlunya stabilitas politik dan penggunaan hukuman berat untuk mempertahankan otoritas absolut komunis Tiongkok.

 Wang Hu-ning, anggota politbiro komunis Tiongkok dan tokoh utama pembangunan ideologi partai Komunis Tiongkok sejak tahun 1980an juga meminta persiapan dalam menghadapi “kondisi terburuk”.

 Setelah perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok kembali membara, komunis tidak bisa melakukan apa pun selain menghasut sentimen nasional. Musnahnya partai yang ditakuti petinggi di Zhongnanhai, tempat kediaman resmi presiden dan pusat pemerintahan Tiongkok,  sudah mendekati.

 Sementara itu tekanan ekonomi Tiongkok dan tensi perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok telah menyebabkan kekuatan politik komunis Tiongkok goyah, dan krisis kepemimpinan juga memicu kontradiksi di internal komunis Tiongkok.

 Sebelum perang dagang, ada orang di dalam Sekolah Partai Komunis yang mulai memikirkan masalah yang tidak pernah dipikirkan oleh siapa pun di masa lalu, yakni akhir dari komunis Tiongkok.

 Pada 2013, Jamil Anderlini, koresponden Financial Times yang berbasis di Beijing, mewawancarai sekolah partai pusat Komunis Tiongkok membahas masalah-masalah seperti korupsi tingkat tinggi dan legitimasi kepemimpinan komunis Tiongkok.

 Ketika ditanya apakah komunis Tiongkok akan runtuh, seorang profesor Sekolah Partai Pusat, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, berkata secara pribadi.  “Sejujurnya, ini adalah pertanyaan yang sama dengan masyarakat Tiongkok, tetapi sulit untuk dijawab,” katanya.

Sumber internal komunis Tiongkok sendiri berulang kali memperingatkan tentang “krisis kematian partai.” Para elite di Zhongnanhai, seperti Xi jinping, Hu Jintao, Liu Yuan, Liu Yazhou dan pejabat elite lainnya berulang kali menyebutkan tentang “krisis kematian Partai Komunis Tiongkok.”

 Pada Agustus 2004 silam, mantan presiden Tiongkok Hu Jintao memperingatkan bahwa korupsi komunis Tiongkok semakin buruk dan itu akan berakibat fatal bahkan kematian pada partai komunis.

 Sementara itu, Xi Jinping juga berulang kali memperingatkan komunis Tiongkok menghadapi krisis hidup dan mati pada pertemuan Politbiro.

 “Di beberapa daerah, orang-orang telah mencapai titik didih dan kemarahan publik mendekati titik kritis.” “Hilangnya kepercayaan rakyat akan memusnahkan partai,” kata Xi Jinping.

 Para cendekiawan Maois dari ajaran asli juga mengakui bahwa fenomena korupsi di dalam partai sangat serius dan dapat menjadi masalah serius “kematian partai”.

 Banyak orang percaya bahwa masyarakat Tiongkok saat ini tidak berbeda dengan dinasti terakhir di akhir Dinasti Qing atau dinasti lain dalam sejarah Tiongkok.

 Tanda-tanda dinasti terakhir meliputi: Partai Komunis sendiri tidak percaya pada teori komunis, korupsi meresap ke dalam kekuasaan politik, tidak dapat memberikan jaminan sosial dan kesejahteraan publik. Masyarakat pada umumnya panik, gelisah, tidak puas dan tidak berdaya.

 Tanda-tanda terakhir juga dimanifestasikan dalam kontradiksi yang berkembang antara masyarakat dan bangsa, kurangnya sistem hukum, meningkatnya kontradiksi internal pada tingkat penguasa, meningkatnya beban pajak, dan kesenjangan yang semakin besar antara si kaya dan si miskin.

 Beberapa akademisi mengatakan bahwa hanya perlu melihat berapa banyak pejabat komunis Tiongkok telah mengirim keturunan, anak-anak dan aset mereka ke luar negeri, maka sudah bisa memahami seberapa besar keyakinan para elitenya terhadap sistem mereka sendiri.

 Orang-orang itu dapat melarikan diri kapan saja. Mereka masih berada di Tiongkok untuk memeras yuan terakhir sebelum jatuhnya rezim Komunis Tiongkok. (Jon/rp/asr)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=Unz5ZA0S50M