Protes Hong Kong Menunjukkan Rakyat Tidak Takut Lagi dengan Komunis Tiongkok

Joshua Philipp – The Epochtimes

Dua juta orang dari penduduk Hong Kong yang berjumlah lebih 7 juta jiwa keluar ke jalan-jalan pada Minggu (16/6/2019). Mereka memprotes Undang-Undang yang memungkinkan Komunis Tiongkok di daratan untuk mengekstradisi orang-orang dari Hong Kong yang seharusnya memiliki otonomi.

Aksi protes meningkat, memicu keterlibatan orang-orang dari berbagai kalangan muda maupun tua. Tampaknya aksi massa tidak akan berhenti dalam waktu dekat.

Pada 15 Juni, para demonstran secara teknis meraih kemenangan. Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, pemimpin kota itu, akhirnya menangguhkan rancangan Undang-Undang ekstradisi yang diusulkan tanpa batas waktu.

Namun, alih-alih mengosongkan jalanan dan kembali ke rumah mereka, para pengunjuk rasa justru kembali menuntut agar Carrie Lam mengundurkan diri sepenuhnya dari jabatannya.

Banyaknya jumlah pengunjuk rasa, bersama dengan fakta-fakta bahwa mereka masih terus memprotes, bahkan setelah mencapai tujuan awal untuk menghalangi undang-undang yang diusulkan. Fakta ini menunjukkan sesuatu yang penting bahwa Orang-orang Tionghoa tidak lagi mendukung Komunis Tiongkok, terlebih lagi mereka tidak lagi takut.

Foto-foto menunjukkan beberapa tambalan lengan berbeda yang dikenakan oleh pengunjuk rasa. Di antaranya adalah yang bertuliskan “Pasukan Bermusuhan.” Ini adalah lakon dari salah satu label favorit dari Komunis Tiongkok dalam propagandanya tentang “pasukan asing bermusuhan” yang harus disalahkan atas peristiwa besar  membuat Komunis Tiongkok terlihat buruk.

Fakta dari beberapa pemrotes mengenakan tambalan lengan mengklaim bahwa mereka adalah bagian dari label fitnah ini. Fakta ini menunjukkan keinginan terbuka untuk menentang Komunis Tiongkok. Ini menunjukkan bahwa mereka menganggap stempel yang kerap disematkan oleh Komunis Tiongkok hanya sebagai lelucon belaka. Selain itu, mengungkapkan ketika mereka sangat takut kepada Komunis Tiongkok sehingga mereka ingin publik memakai nama propaganda musuh kambing hitamnnya Komunis Tiongkok yang tidak terlihat.

Bagi Komunis Tiongkok, slogan “pasukan asing bermusuhan” dimaksudkan untuk menandakan kekuatan asing yang berbahaya bagi komunis yang bersatu melawannya. Namun, malah menjadi simbol perlawanan terhadap Komunis Tiongkok.

Tentu saja, ini bukan pertama kalinya rakyat Hong Kong bersatu untuk memprotes Komunis Tiongkok.

Pada 2014, dari September hingga Desember, lebih dari 100.000 orang turun ke jalan memprotes keputusan Komunis Tiongkok untuk mengatur sistem pemilihan Hong Kong – yang dilihat Komunis Tiongkok sebagai cara untuk mengendalikan kandidat di kota itu.

Komunis Tiongkok dan pemerintah Hong Kong menyatakan protes 2014 itu adalah ilegal; mereka berakhir tanpa para demonstran mendapatkan banyak balasan.

Pemerintah Hong Kong hanya berjanji untuk menyerahkan “laporan Kependudukan Baru” kepada Komunis Tiongkok yang pada akhirnya menjadi fokus kritik.

Namun, protes saat ini hampir tidak jauh berbeda. Ini bukan lagi sekadar protes dari kalangan mahasiswa, seperti pada 2014. Protes saat ini sudah sekitar 20 kali lebih besar daripada 2014. Akhirnya pemerintah Hong Kong sudah mengalah dengan tuntutan mereka.

Di Hong Kong, protes saat ini dapat membentuk kembali lanskap politik. Paling tidak, kemungkinan berarti akhir masa jabatan Lam, dan  kemungkinan juga akan mempengaruhi pemilihan di masa depan, dalam hal seberapa dekat calon-calon akan berani menyelaraskan diri dengan Beijing. Tetapi pada tingkat yang lebih dalam, dampaknya bahkan lebih besar.

Protes menyampaikan pesan kepada orang-orang di daratan Tiongkok, dan menyampaikan bahwa Komunis Tiongkok tidak perlu lagi untuk ditakuti. Perlawanan terbuka memiliki dampak yang cukup, tetapi fakta bahwa tuntutan awal para pemrotes sudah terpenuhi menunjukkan lebih jauh lagi bahwa pemahaman Komunis Tiongkok telah gagal total.

Menghadapi masalah ini, Komunis Tiongkok hanya memiliki dua opsi: membiarkan protes terus berlangsung dan kemungkinan berhasil, atau menghancurkan para demonstran, seperti yang mereka lakukan dalam pembantaian Lapangan Tiananmen tahun 1989 silam.

Namun, di era media sosial ini, ketika setiap orang memiliki sebuah smartphone dengan kamera video, dan ketika seorang presiden Trump telah menunjukkan kesediaan untuk melawan Komunis Tiongkok, opsi kekerasan tidak lagi layak.

Aksi protes membuktikan orang-orang Tionghoa tidak lagi takut dengan Komunis Tiongkok dan  Partai Komunis Tiongkok telah kehilangan mekanisme ketakutan yang dulunya merupakan kunci mereka berkuasa. (asr)

FOTO : Pengunjuk rasa di Hong Kong pada 16 Juni 2019. (Yu Gang / The Epoch Times)