Tiga Kesalahpahaman Rakyat Daratan Tentang Perjuangan Rakyat Hong Kong

Li Muyang

Sejak akhir bulan April tahun ini, gelombang demi gelombang unjuk rasa rakyat Hongkong telah membuat pulau yang kedaulatannya sudah diserahkan kepada komunis Tiongkok pada  22 tahun yang lalu itu, jatuh ke dalam krisis politik terbesar.

Meskipun pihak berwenang Hongkong untuk pertama kalinya menggunakan tuduhan membuat kerusuhan untuk menuntut para pengunjuk rasa, namun gertakan itu tidak menyurutkan perjuangan rakyat Hongkong untuk mempertahankan kebebasan. 

Sebaliknya, hal itu justru menggerakkan semakin banyak warga Hongkong untuk bergabung dalam barisan menentang komunis Tiongkok. Bahkan departemen di pemerintah Hongkong yang dikenal karena efisiensi, netralitas, loyalitas, dan konservatif juga ikut bergabung dalam perjuangan itu.

Pada Jumat 2 Agustus, para pegawai negeri Hongkong turun ke jalan untuk berpawai. Jam 7 – 9 malamnya mereka berkumpul di Chater Garden untuk mengikuti rapat umum. Pegawai negeri menentang pemerintahan Hongkong. Peristiwa seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya.

Dari pawai yang diikuti oleh 1,03 juta warga Hongkong pada 9 Juni dan pawai akbar pada 16 Juni yang diikuti oleh 2 juta warga sampai saat ini, semua sektor di Hongkong turut  berpartisipasi dalam unjuk rasa. Unjuk rasa menyampaikan aspirasi menuntut Rancangan Undang Undang – RUU Ekstradisi dicabut, mempertahankan kebebasan dan demokrasi. 

Mereka bahkan berani menghadapi risiko persekongkolan polisi dengan preman, penindasan dengan kekerasan, dan tidak mengurangi laju perjuangan.

Komunitas internasional dapat memahami dan mendukung perjuangan rakyat Hongkong yang sangat gigih. Namun, banyak warga daratan Tiongkok justru tidak mengerti dan bertanya : Apa yang diperjuangkan oleh rakyat Hongkong ?

Blokade informasi dan mendistorsikan kebenaran oleh komunis Tiongkok membuat warga  tidak memahami

Alasan timbulnya kesalahpahaman berkaitan langsung dengan blokade informasi yang dilakukan komunis Tiongkok. 

Menurut media, sejak bulan Juni, berbagai platform media di daratan Tiongkok dijaga ketat terhadap penyebaran informasi yang berkaitan dengan gerakan anti-RUU Ekstradisi. Kata kunci seperti ‘Xiang Gang Jia You’ (香港加油) telah diblokir sejak 9 Juni. Satu-satunya saluran bagi warga daratan untuk mendapatkan informasi adalah melalui media resmi.

Namun, ketika dilaporkan, penyebab gerakan sengaja dikaburkan, dan terhadap polisi yang melakukan penegakan hukum dengan cara kekerasan tidak disebutkan.

Pada saat yang sama, pihak berwenang sengaja meloloskan komentar yang beredar di platform media swasta yang menguntungkan pihak berwenang atau mengutuk tindakan “rusuh” yang dilakukan warga Hongkong untuk membangkitkan emosi. 

Terhadap peristiwa polisi bersekongkol dengan preman untuk melakukan kekerasan di stasiun Kereta Api Yuen Long pada malam hari, sama sekali tidak dilaporkan.

Terpengaruh oleh propaganda komunis Tiongkok yang sengaja mendistorsikan kebenaran ditambah kena cuci otak, menyebabkan sejumlah netizen berpendirian, “Kebebasan tidak membuat perut kenyang !”

Mengapa rakyat Hongkong sekarang memperjuangkan hak untuk menentukan nasib sendiri ?

‘8 pertanyaan mengenai Hongkong’ kini sedang beredar luas di internet. Itu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori. 

Pertama, adalah pada era Hongkong dikuasai Inggris. Meskipun Hongkong memiliki undang-undang, rakyat juga tidak memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri. Mengapa mereka sekarang justru berjuang untuk itu ?

Sehubungan dengan hal itu, jurnalis senior ‘Deutsche Welle’ Frank Sieren mengatakan bahwa meskipun pejabat Inggris di Hongkong tidak memberikan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi rakyat Hongkong selama pemerintahan Inggris, tetapi mereka memperoleh kehidupan yang sangat positif. 

Jika pemerintah Inggris dan Hongkong tidak memberikan kebebasan kepada warga selama pemerintahannya, mengapa berbondong-bondong penduduk daratan sampai rela berenang menuju Hongkong dan menyelundup demi bisa hidup di Hongkong?

Namun, setelah pengalihan kedaulatan, kemakmuran Hongkong secara berangsur-angsur lenyap. Dan pengaruh Beijing semakin hari semakin besar. Hak pilih universal yang dijamin oleh ‘Hukum Dasar’ yang didambakan oleh rakyat Hongkong kian hari kian jauh dari jangkauan.

Berbicara soal kebebasan, pada kenyataannya, banyak penduduk daratan mungkin sudah tidak tahu lagi apa itu kebebasan. Di “negara polisi” yang dibangun oleh komunis Tiongkok, rakyat terus menerus dipantau oleh polisi, baik dari kehidupan nyata sampai ke dunia virtual. Pihak berwenang Tiongkok mengendalikan ucapan dan perbuatan warganya, mengendalikan cara berpikir rakyat dan mendorong rakyat untuk melihat dunia dari perspektif kepentingan ekonomi atau uang.

Namun, ada juga banyak warga daratan Tiongkok yang memiliki akses untuk memperoleh informasi nyata. Mereka umumnya menyatakan pro, salut, mengagumkan, ingin meniru gerakan protes terhadap pemerintah seperti yang dilakukan rakyat Hongkong. 

Sebagaimana yang dituturkan oleh Su Qi, seorang tokoh budaya Shanghai kepada BBC : “Banyak hal yang terjadi di daratan sekarang, jika salah satunya saja dikeluarkan untuk disampaikan kepada mereka yang hidup di negeri normal, saya yakin, banyak orang akan turun ke jalan-jalan untuk mengekspresikan keberatan mereka, tetapi bagi  warga daratan hal itu tidak dapat dilakukan”.

Oleh karena itu, warga daratan ingin memiliki kesempatan seperti warga Hongkong yang bisa turun ke jalan-jalan untuk mengekspresikan pendapat mereka. 

Seperti yang dikatakan oleh seorang pegawai pemasaran di Beijing : “Hongkong benar-benar lebih beruntung, kami di daratan tidak memiliki kesempatan untuk berkumpul seperti mereka. Dapat mengekspresikan pendapat, menuntut hak dengan cara yang rasional, sungguh luar biasa !”

Dalam artikel yang ditulis Liu Siyuan, mahasiswa yang pernah studi di Chinese University of Hong Kong menyebutkan, warga Hongkong sangat marah ketika terjadi pembunuhan terhadap seorang editor Ming Pao bernama Liu Jintu, dan penculikan staf lintas batas terhadap karyawan  toko buku Causeway Bay. 

Sekarang, otoritas Carrie Lam memperkenalkan hukum jahat yang merugikan rakyat yang semakin memperparah kepanikan rakyat Hongkong. Menurut hukum komunis Tiongkok, banyak warga Hongkong akan menjadi “penjahat”.

Liu Siyuan percaya bahwa perjuangan rakyat Hongkong saat ini akan berdampak besar terhadap nasib mereka di kemudian hari. Mereka sedang memperjuangkan tingkat kebebasan dan hak suara setelah 50 tahun peralihan kedaulatan Hongkong, yaitu setelah tahun 2047.

Apakah daratan Tiongkok yang menunjang pertumbuhan ekonomi Hongkong ?

Pandangan kedua adalah bahwa mengapa orang Hongkong masih saja tidak puas meskipun  menerima banyak dukungan keuangan dari daratan? 

Apakah Hongkong secara ekonomi dapat bertahan jika tidak memperoleh dukungan dari daratan? 

The New York Times berpendapat bahwa itu adalah akibat dari komunis Tiongkok terus menerus mendorong warga untuk melihat dunia dari perspektif kepentingan ekonomi atau uang semata. Seperti halnya orang kecewa melihat sistem kereta api bawah tanah di New York yang lusuh dan jalan raya yang banyak berlubang di Silicon Valley.

Markus Taube, seorang profesor ilmu ekonomi di Duisburg Essen University mengatakan kepada Suara Jerman bahwa hal itu adalah pemahaman yang menyimpang yang sepenuhnya menghapuskan signifikansi Hongkong terhadap daratan Tiongkok. 

“Coba Anda renungkan kembali sejarah 40 tahun terakhir, tidak perlu diragukan lagi bahwa daratan Tiongkok lebih diuntungkan oleh peranan Hongkong,” kata Markus Taube.

Menurut Markus Taube, ketika penyerahan kedaulatan, Hongkong memainkan peran sentral dalam ekspor produk industri Tiongkok. Hampir setengah dari perdagangan luar negeri Tiongkok dicapai melalui Hongkong. 

Meskipun Tiongkok telah mengalokasikan dana untuk mendukung Hongkong selama krisis ekonomi pada tahun 2007, tetapi itu bukan tindakan amal. Itu lebih pada komunis Tiongkok menghendaki Hongkong terus memainkan peran sebagai pusat layanan ekonomi dan keuangan demi kepentingan daratan Tiongkok.

Apakah “superioritas warga Hongkong” tidak ada lagi ?

Pandangan ketiga adalah bahwa perasaan “superioritas warga Hongkong” telah lenyap karena warga daratan Tiongkok memiliki daya beli yang lebih kuat dan seterusnya. 

Setelah pengalihan kedaulatan, pertumbuhan ekonomi Hongkong menurun dari waktu ke waktu. Pada tahun 1997, kekuatan ekonomi per kapita warga Hongkong adalah sekitar 11 kali lebih besar dari daratan Tiongkok, dan sekarang selisihnya kian mengecil. Tetapi meskipun demikian  masih 4 kali lipat daratan Tiongkok.

Selain itu, timbulnya masalah ekonomi Hongkong lebih banyak diakibatkan oleh invasi modal merah komunis Tiongkok.

Zheng Yushuo, seorang profesor di Chinese University of Hong Kong kepada Suara Amerika mengatakan bahwa bisnis komunis Tiongkok tidak dipertimbangkan dari sudut pandang keuntungan operasional, tetapi pendekatannya adalah memindahkan uang dari daratan. Jadi Hongkong telah dijadikan pusat pencucian uang bagi para Pembesar Merah Tiongkok. 

Mereka gila-gilaan membeli real estat membuat harga perumahan semakin membumbung tinggi. Selain itu menyuntikkan budaya kolusi yang korup antara pejabat dengan pengusaha. Itulah yang mengakibatkan Hongkong yang dahulu pernah dijuluki sebagai Mutiara Timur kehilangan sinarnya.

Hongkong saat ini sedang mengalami krisis paling serius dalam beberapa dasawarsa terakhir. Karena itu, tidak mengesampingkan akan muncul lebih banyak perjuangan rakyat di masa mendatang. 

Meskipun komunis Tiongkok berusaha untuk menyaring, memblokir berita, tetapi cepat atau lambat masyarakat daratan Tiongkok akan mengetahui kebenarannya. (sin)