Profesor Obat Alternatif : Manusia Perlu Introspeksi dalam Melakukan Pencegahan Epidemi yang Mungkin Sudah Salah Kaprah

oleh Profesor Yang Jingduan

Sejak merebaknya epidemi pneumonia komunis Tiongkok (COVID-19) para ahli medis di seluruh dunia telah mencari metode medis terbaik dalam menghentikan penyebaran atau membasmi virus tersebut. Tetapi, pada kenyataannya baik laju infeksi maupun jumlah orang yang meninggal dunia karenanya bahkan menunjukkan kenaikan. Ini berarti bahwa metode pencegahan yang ada belum memberikan pengaruh yang sangat baik. Dalam perang melawan epidemi pneumonia komunis Tiongkok ini, metode pengobatan modern mungkin sudah menjadi salah kaprah.

Langkah-langkah pencegahan epidemi saat ini adalah berfokus pada virus, tetapi umumnya mengabaikan satu masalah, yaitu kesehatan setiap individu. Misalnya, pasien yang terinfeksi parah, atau yang meninggal dunia karena positif COVID-19, seringkali itu disebabkan oleh kesehatan fisiknya yang buruk, atau karena memiliki berbagai riwayat penyakit kronis. 

Bisa jadi, karena kebiasaan dalam hidup, keadaan mental dan emosional yang bersangkutan tidak baik untuk kesehatan, sehingga membuat tubuhnya masuk ke keadaan imunitas rendah. Dan, kelompok inilah yang paling banyak dalam masyarakat modern ini. Sekarang kita bukannya memecahkan faktor penyebab penyakit kronis dan faktor penyebab sub kesehatan masyarakat, tetapi memfokuskan semua perhatian pada cara melawan virus. Dengan demikian, kita tidak dapat menemukan kunci untuk melawan epidemi.

Ada banyak sekali penyakit fatal di dunia ini, beberapa di antaranya bahkan lebih parah daripada COVID-19, seperti stroke dan serangan jantung (infark miokard) yang tidak boleh dianggap enteng. Pengobatan tradisional Tiongkok mengajarkan bahwa “Bila energi (qi) kebenaran tersimpan (dalam tubuh), maka yang jahat (dari luar) tidak berdaya”. Jadi, untuk menjaga kesehatan tubuh dan mencegah diserang penyakit, solusinya hanya dimulai dari diri sendiri dengan mengubah cara hidup kita.

Kesehatan manusia sangat terkait dengan perilaku dan kebiasaan hidup. Perilaku kita terkait dengan pikiran dan emosi kita. Sedangkan pikiran dan emosi kita terkait dengan keyakinan kita. Semuanya itu terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan.

Lawan epidemi dari diri sendiri, ubah melalui 4 aspek

Bagi setiap orang yang hidup, masing-masing memiliki 4 aspek :

Aspek struktural : Bagian dari tubuh yang dapat dilihat dan disentuh, seperti kulit, rambut, organ, dan tulang.

Aspek biokimia : Nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi organ-organ, seperti air, vitamin, elemen jejak, asam amino, dan asam lemak.

Aspek energi : Suara berbicara, detak jantung, suhu tubuh semuanya didukung oleh energi.

Aspek jiwa : Setiap orang memiliki jiwa, temperamen, karakter, kebiasaan, dan pemahaman terhadap kehidupan, itu disebabkan karena manusia memiliki aspek jiwa.

Untuk meningkatkan kekebalan tubuh agar mampu dalam melawan virus, manusia harus memperhatikan keempat aspek tersebut pada saat yang bersamaan dan membuat perubahan tertentu.

1. Perhatikan tanda-tanda peringatan dari tubuh

Ketika ada kelainan pada tubuh, seperti kelelahan, kurang tidur, masuk angin, dan nafsu makan berkurang, kita sudah perlu mulai waspada. Misalnya, beberapa orang setelah berusia paruh baya mulai mengalami obesitas, bentuk fisik seperti ini, yaitu perubahan pada aspek struktural, adalah sebuah peringatan. Ini sebenarnya kita sedang diberitahu bahwa kemampuan metabolisme kita mungkin mulai menurun, atau mengalami stres yang berlebihan dan pola makan tidak sesuai. Pada saat ini, kita harus merenungkan hal ini, lalu menyesuaikan pola makan dan gaya hidup kita agar stres berkurang atau hilang.

Jika kita tidak mengubahnya, dan terus tidak berolahraga, duduk di sofa, mengonsumsi junk food, menonton TV, dan terus begadang sampai larut malam. Maka sampai kita terinfeksi COVID-19, daya tahan tubuh kita jelas memburuk. Jika kita tidak ingin mengubah kebiasaan kita sendiri, maka tidak ada orang yang bisa menyelamatkan kita.

2. Menjaga kecukupan nutrisi 

Hanya dengan melengkapi nutrisi yang seimbang dan mencukupi kita dapat melawan serangan virus, ini merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari aspek biokimia.

Saat ini, 60% hingga 70% masyarakat kekurangan vitamin D. Padahal vitamin D selain membantu penyerapan kalsium, tetapi juga berperan penting dalam fungsi kekebalan, semua sel kekebalan memiliki reseptor vitamin D di permukaannya. 

Biasanya, vitamin D dapat ditambah dengan berjemur, diet atau mengkonsumsi suplemen. Jejak elemen seng dapat mencegah berkembang biaknya virus COVID-19 di dalam tubuh kita. 

Begitu pula vitamin A, vitamin C, vitamin E dan lainnya yang semuanya merupakan nutrisi penting dalam meningkatkan kekebalan tubuh.

3. Mengubah dari aspek energi

Pengobatan tradisional Tiongkok merawat kesehatan dan melakukan penyembuhan penyakit dari sudut pandang energi. Aktivitas mental dan fisik manusia semuanya adalah manifestasi dari energi.

Pengobatan tradisional Tiongkok dalam mencegah pandemi, tidak ditempuh dengan cara frontal, tetapi dari meningkatkan daya tahan terhadap serangan virus dengan memperbaiki kerugian yang dialami oleh aspek energi manusia akibat serangan virus yang muncul dalam bentuk seperti panas, dingin, hangat, kering, lembab yang pada dasarnya akan berbeda antara satu dengan orang lain. 

Saat melawan virus yang datang dari luar, kinerjanya pun berbeda. Jadi, untuk mengalahkan serangan virus yang datang dari luar yaitu dengan memperkuat aspek energi kita.

Mengapa pengobatan Tiongkok menekankan kondisi emosional dan mental orang ? Karena emosi yang berbeda memiliki efek yang berbeda terhadap energi tubuh.

Ada orang yang mudah gugup dan cemas saat menghadapi situasi tertentu, maka tekanan darahnya naik, suaranya menjadi kasar, dan amarahnya sangat kuat. Ada orang yang membanting barang ketika sedang marah. Ada orang yang tak henti-hentinya makan saat kesal…. Ini akan membawa banyak konsekuensi kesehatan. Orang-orang seperti itu, jika mereka tidak mengubah cara mereka memandang pekerjaan dan berbagai hal, dan tidak mau mengatur emosi mereka dengan baik, mereka sangat mungkin mengalami pendarahan otak atau serangan jantung (infark miokard) meskipun tidak ada COVID-19.

4. Memiliki keyakinan atau pandangan nilai yang benar

Lantas, mengapa seseorang mudah marah, cemas, tidak berpikir logis, dan tidak bisa melepas ketergantungan ? Lebih jauh, ini terkait erat dengan iman seseorang. Dan, iman adalah sesuatu yang berada dalam aspek jiwa.

Keyakinan seseorang menentukan bagaimana dia menilai apakah sesuatu itu baik atau buruk baginya maupun orang lain. Orang seringkali merasa bahagia saat ada sesuatu yang baik untuk dirinya (yang menguntungkan dirinya), dan marah saat menganggap ada sesuatu yang buruk untuk dirinya. Namun, melihat sesuatu dari sudut yang berbeda akan menghasilkan reaksi emosional yang berbeda pula.

Ketika saya mengobrol dengan banyak teman Kristen, saya pernah bertanya dengan satu kalimat kepada mereka. Saya mengatakan bahwa Yesus pernah berfirman : Jika seseorang menampar pipi kiri Anda, Anda ingin memberinya pipi kanan. Apa artinya ini ? Jika Anda bertemu seseorang dan Anda menamparnya, bagaimana reaksinya ? Dia selain tidak memberi pipi kanannya (untuk ditampar), tapi mungkin akan membalas.

Apa artinya ? Jika kita berpikir bahwa hal itu buruk bagi kita, maka kita akan merasa terhina, sedih, dan marah. Tetapi jika kita berpikir bahwa itu adalah hal yang baik, misalnya, banyak kepercayaan berpendapat bahwa perbuatan baik dan jahat akan mendapat ganjaran, maka orang yang menampar / memukul itu sebetulnya orang yang menyedihkan. Jika kita berpikir dari sudut ini, maka kita tidak akan merasa terhina, dirugikan, atau marah. bahkan ada kelegaan di dada. Kita mungkin akan saling mengingatkan untuk tidak melakukan pemukulan terhadap orang dengan tanpa emosi. Tentu saja, derajat keimanan seseorang juga menentukan mentalitasnya.

Menghadapi epidemi kita perlu memutar arah

Kita sering mengatakan bahwa tubuh manusia adalah sebuah alam semesta kecil. Ketika orang mengalami diare, maka akan ada sejumlah sel pencernaan yang mati dan selaput lendir yang dikeluarkan dari tubuh. 

Jadi mengapa mereka harus dibersihkan ? Karena mereka sudah rusak, atau dengan kata lain ketika tubuh perlu melindungi dirinya sendiri, ia harus membersihkan hal-hal yang buruk. Apakah epidemi ini merupakan bentuk pembersihan yang dilakukan oleh alam semesta kita ? Untuk membersihkan beberapa hal buruk yang baik terlihat atau tidak agar kehidupan masyarakat dapat terus berlanjut.

Banyak hal yang dilakukan manusia sekarang bertentangan dengan kodrat alam. Manusia selalu ingin mengontrol dan mengubah alam. Misalnya, dengan melakukan beberapa “penelitian ilmiah” dan secara artifisial melanggar hukum alam. Pada masa berkecamuknya pandemi SARS, banyak ilmuwan yang terus menerus mencoba membuat virus dan mengubah struktur genetik virus pada tikus. Studi ini mungkin saja membawa konsekuensi yang mengerikan.

Alam sebenarnya sangat sederhana. Pengobatan tradisional Tiongkok berbicara tentang yin dan yang, lima elemen. Ada yin dan yang, ada siang ada malam. Sekarang beberapa orang bersikeras mengatakan bahwa yin adalah yang dan yang adalah yin, mencampurkan keduanya. Bahkan ada orang ingin menutupi matahari untuk mengurangi apa yang disebut masalah pemanasan iklim global.

Apakah itu epidemi atau malapetaka yang terjadi pada masa lampau atau sekarang, itu mungkin saja kita manusia yang menyebabkannya. Saat ini manusia sedang menghadapi suatu masa sulit, namun yang terpenting adalah kita semua dapat berintrospeksi, melakukan perbaikan diri demi meningkatkan kondisi kesehatan. ‘Kendalikan kesehatan dalam genggaman sendiri tanpa bergantung pada faktor eksternal’.

Epidemi bukannya bisa diatasi dengan pengobatan sederhana. Dalam menghadapi epidemi manusia harus berpikir secara mendalam. (sin)

Keterangan Foto : Petugas medis di overall membawa pasien dalam perawatan intensif ke rumah sakit sementara Columbus Covid 2 yang baru dibangun untuk melawan infeksi virus corona baru, pada 16 Maret 2020 di rumah sakit Gemelli di Roma. (Foto oleh ANDREAS SOLARO / AFP via Getty Images)